Sejatinya, ketika seseorang hendak meng-upgrade diri, pertanyaan paling krusial dan esensial adalah, “Tujuan lo apa?” atau, kalau pinjam bahasa motivator, “BIG WHY?”-nya apa dulu nih. Apabila pertanyaan ini sudah terjawab, maka kita bisa memetakan dan mengeksekusi langkah apa yang perlu yang dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan bukan sekadar FOMO alias Fear of Missing Out belaka.
Apalagi kita kan hidup di era teknologi digital yang makin canggih. Aneka ilmu, tutorial, dan segabruk pengetahuan kekinian, bisa kita dapatkan di internet. Banyak kreator konten kredibel, dengan kapasitas keilmuan mumpuni, yang bisa kita jadikan digital guru. Beragam forum online (maupun offline) juga bertebaran. Masalahnya, Apa iya kita butuh itu semua? Mana nih, ilmu yang perlu kita kuasai, supaya enggak kudet (kurang apdet)? Maka, balik lagi ke pertanyaan “Tujuan Lo Apa?”
Supaya kita makin mengerucut untuk mendapatkan ilmu yang selaras dengan “BIG WHY”, yuk lah berpijak pada prinsip SMART Goals. Metode ini sering dipakai HRD termasuk DLH Flores Timur untuk meng-encourage karyawan menggapai target kerja.
SMART goals adalah akronim dari:
Specific (simple, sensible, significant).
Measurable (meaningful, motivating).
Achievable (agreed, attainable).
Relevant (reasonable, realistic and resourced, results-based).
Time bound (time-based, time limited, time/cost limited, timely, time-sensitive).

Kalau kita udah menuliskan goal-settings secara jelas dan detail, ini bisa meningkatkan motivasi dan fokus, tatkala kita tengah berupaya melakukan upgrading diri. Apabila visi tidak didetailkan, biasanya kita bakal ngawang doang, ikut-ikutan orang lain dan nggak jelas parameternya. Kalau kita udah men-setting SMART Goals, artinya kita udah clarify our ideas, fokus pada Upaya atau aktivitas yang kita lakukan. Selain itu, kita juga memaksimalkan WAKTU dan sumber daya lain secara produktif. Pada akhirnya, ini bisa meningkatkan peluang bahwa kita bakal menggapai target upgrading diri!
Saya ingin berbagi Metode SMART yang sudah saya lakoni.
(1). Specific
Coba kita jawab pertanyaan ini:
What do I want to accomplish?
Why is this goal important?
Who is involved?
Secara spesifik, saya ingin menjadi kreator konten yang bisa bekerja sama dengan sejumlah brand, serta tetap membagikan aneka konten edukatif secara menghibur, utamanya di blog, Kompasiana, dan sejumlah media sosial.
Goal ini penting, mengingat dunia content creator sudah sedemikian riuh. Banjir informasi menyebabkan kita kesulitan memilah dan memilih mana yang baik vs buruk, benar vs salah. Tentu saja, muncul kegelisahan saya sebagai orangtua. Bagaimana anak-anak muda bisa punya skill untuk survive, manakala disrupsi terus menggerojok tiada henti? Maka yang saya lakukan Adalah: Ambil bagian untuk memproduksi konten-konten berkualitas.
Upaya yang saya lakukan: Harus ikut pelatihan kreator konten, yang relevan dengan perkembangan zaman. Saya ikut kelas menulis, ikut kelas Bahasa Asing, ikut kelas fotografi, termasuk kelas bikin konten reels IG/TikTok. Tujuannya ya itu tadi, Supaya bisa creating content yang memberdayakan, sekaligus tetap selaras dengan era yang serba digital.

2. Measurable
Penting banget merumuskan goals yang terukur, jadi kita bisa nge-track progress dan stay motivated. Saya juga makin semangat dan merasakan sensasi “butterflies in my stomach” manakala siap menggapai goals yang terukur. Yap, kita bisa banget menjawab pertanyaan:
How much?
How many?
How will I know when it is accomplished?
Jadi, semua target tuh ada ANGKA-nya. Supaya kita ngeh serta mengerahkan segala daya upaya untuk mencapainya. Misal, saya ingin bekerjasama dengan 50 brand selama semester kedua di tahun ini. Saya ingin bisa posting 100 artikel di blog personal, dan 50 artikel di Kompasiana.
3. Achievable
Tujuan/ goals kita kudu realistis ya gaes. Optimis boleh, tapi jangan OVER alias berlebihan. InsyaAllah kita paham bener lah, kapasitas dan kapabilitas diri ini segimana.
Goal yang bisa banget kita raih tuh, kudu menjawab pertanyaan seperti:
How can I accomplish this goal?
How realistic is the goal, based on other constraints, such as financial factors?

Setelah sekian tahun menjalani profesi sebagai blogger/kreator konten, tentunya saya ingin mengajak keluarga/sanak saudara untuk ikut menjajal profesi ini. Sayapun mengontak Fairuz dan Lia, dua sepupu yang bermukim di Pacitan, Jawa Timur. Melalui WA Video Call, saya sharing pada mereka, bagaimana cara jadi blogger, apa saja yang bisa ditulis, serta mengajak para sepupu untuk nulis di blog atau UGC, minimal 10 artikel dalam 2 bulan.
Adapun sejumlah kompetisi yang bisa jadi “sarana Latihan” juga saya bagikan, supaya bisa mengarungi kancah creating content. Hamdalah, keduanya sah jadi Blogger Kompasianer dan ikutan marathon lomba di Kompasiana! Wow, I absolutely agree that “Upgrading peers means upgrading myself”!
4. Relevant
Coba jawab pertanyaan berikut untuk memastikan bahwa goals kamu relevan. Yap, tiap orang ataupun institusi, termasuk DLH Flores Timur , pasti kudu punya goals yg achievable dan in line dengan value yang diusung.
Does this seem worthwhile?
Is this the right time?
Does this match our other efforts/needs?
Am I the right person to reach this goal?
Is it applicable in the current socio-economic environment?
Kalau semua pertanyaan itu jawabannya adalah “YA”, maka GO AHEAD! Goals kamu sudah sangat relevan banget.
5. Time-bound
Semua goals pasti punya deadline. Ya iyalah, WAKTU adalah penanda yang sangat presisi untuk menunjukkan apakah kita benar-benar mau all out, bisa fokus dan menunjukkan Upaya/kinerja terbaik dalam menyongsong keberhasilan visi dan misi ini.
A time-bound goal biasanya bisa menjawab pertanyaan:
When?
What can I do from now?
***
See?
Ada banyaaakkk sekali kesempatan dan peluang yang terbuka lebar, agar kita bisa upgrading diri. Pertanyaannya, MAU atau tidak?