Unyu-nya Masjid Pink

 

Cewek pink di Masjid pink
Cewek pink di Masjid pink

Wow! Buat pecinta warna pink, ungu, dan variannya, harus mampir ke Masjid ini! Warnanya dong, kinclong merah mudaaa… Termasuk kubah besar di atasnya juga pink. Nggak heran, warga Malaysia kerap menyebut masjid ini dengan sebutan “Masjid Pink”. Nama aslinya: Masjid Putra. Berlokasi dekat kantor Perdana Menteri Malaysia. Adem banget di sini, karena nih masjid seluas 1,37 hektar ini dikelilingi Danau Putrajaya.

Membangun Masjid yang indah, punya diferensiasi, plus “unyu” memang bisa menjadi magnet para wisatawan. Tapi, yang tak kalah penting, bagaimana kita menghidupkan semangat ber-Islam di dalamnya. Jangan sampai Masjid megah, tapi jamaah kosong melompong.

“Foto ini diikutsertakan dalam Lomba Foto Blog The Ordinary Trainer”

logo

Sakit dan Pedih

“Kalau manusia itu tidak pernah mendapat cobaan dengan sakit dan pedih, maka ia akan menjadi manusia ujub dan takabur. Hatinya menjadi kasar dan jiwanya beku. Karenanya, musibah dalam bentuk apapun adalah rahmat Allah yang disiramkan kepadanya. Akan membersihkan karatan jiwanya dan menyucikan ibadahnya. Itulah obat dan penawar kehidupan yang diberikan Allah untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi bersih dan suci karena penyakitnya, maka martabatnya diangkat dan jiwanya dimuliakan. Pahalanya pun berlimpah-limpah apabila penyakit yang menimpa dirinya diterimanya dengan sabar dan ridha.” (Ibnu Qayyim)

Hilal THR Sudah Tampak…..

Tanggal-tanggal segini, nyaris seisi kantor pada heboh. Kasak-kusuk di seluruh ruangan. Semua ngomongin satu topik yang HOT banget. Dan, sayup-sayup, ada sebiji manusia yang berkoar,

“Bro, brooo…. hilal THR sudah tampak…” 

Segitunya ya, mendambakan kehadiran makhluk bernama THR alias Tunjangan Hari Raya. Lebih heboh daripada mempersiapkan 10 malam terakhir, yang penuh dengan guyuran pahala, plus iming-iming Lailatul Qodar. Ckckckkk… sungguh, ther-laaaa-luuu!

Tapi, ya gimana lagi. Namanya juga manusia lah ya. Kalau dapat suntikan dana segar, nafsu membara pengin segera ngabisin tuh duit. Apalagi, THR itu kan kita dapetin hanya dengan menunggu datangnya Idul Fitri. Nggak kerasa banget kerja kerasnya. THR itu laksana segepok duit yang mak jegagig ada di hadapan kita. Beda dengan gaji. Kalau gaji, kita kudu kerja kenceng banget. Perform selama sebulan penuh, baru deh bisa dapat gaji.

That’s why, banyak yang mengeluh, kok duit THR gampang banget sih raibnya?

Itulah sifat asli duit. Easy come, easy go. Duit yang datangnya gampang (macem THR itu), ya gampang pula abisnya. Hihihi.

Makanya, kalau mau THR-nya “selamet”, begitu dapat ya better JANGAN dibelanjain. Dikekepin aja di rekening deposito, atau tabungan berjangka, semacam itulah.

Lah, kalau pengin belanja-belanji untuk lebaran? Silakan ambil duit gaji aja.

Hlo, apa bedanya? Kan sama-sama duit, ini?

Oh, ya beda. Kalau duit gaji, kita akan ada perasaan “berhati-hati” dan enggak ngawur pas belanja. Karena kita akan mengingat setiap tetesan keringat, rintihan, buliran air mata, pengorbanan yang kita lakukan ketika kerja. Duit gaji itu kan bukan duit yang easy come, tho??

Trus, trusss… sebelum belanja untuk keperluan Lebaran, kita kudu banget bikin budget alias anggaran dengan pola pikir yang sehat bin waras. JANGAN IMPULSIF. Jangan mentang-mentang mau Lebaran, trus seenak udel belanja-belanji barang, yang boleh jadi, bakal enggak kita butuhin SAMA SEKALI.

Jangan terperdaya dengan rayuan toko-toko retail. Dengan baju-baju model Hana #CHSI, model kerudung ala Tukang Bubur Naik Haji, toh semua baju itu juga enggak kita pakai SEMUANYA pas Lebaran kan? 

Satu pertanyaan penting yang harus banget kita ajukan saban mau belanja “Are we living the lifestyle we deserve???”

Ngemeng-ngemeng, selama ini, ente ngejalanin hidup berdasarkan duit dan status lo SESUNGGUHNYA, atau… lo cuma ikut2an temen dan lingkungan lo, biar dinilai gaya dan gaul geto loooh???

a1 b2

Tulisan ini disertakan dalam “ngaBLOGburit” Blogdetik.

 

 

 

 

 

 

Wahai Anak Muda, Menikahlah SEBELUM Kalian Mapan!

Ustadz Umam–pengasuh Pesantren Anak Sholih–terbata-bata berbicara di depan khalayak. Antara haru dan bahagia, ia berkisah soal kelahiran putra pertamanya. Di ujung cerita, ia berujar, “Ada satu kutipan yang saya baca di social media. Kurang lebih, bunyinya seperti ini: 

“Wahai anak muda, menikahlah SEBELUM kalian mapan… Agar anak anda dibesarkan bersama kesulitan Anda…. Agar anda dan anak anda kenyang dengan betapa besarnya keajaiban Allah… Jangan sampai anda meninggalkan anak anda dalam keadaan tidak paham akan arti hidup, bahwa hidup adalah perjuangan….” 

Jleb. 

Nih quote of the day banget nih…

Dari dulu, saya tuh mendambakan punya suami yang udah mapan banget. Jadi saya nggak perlu kelewat rempong untuk menuhin kebutuhan susu, popok, pampers, baju dan printhilan-printhilan barang-barang khas keluarga kecil itu. 

Daaan… terus terang, saya–mungkin seperti yang dirasakan jutaan ortu lain–sama sekali enggak pengin, anak kita MERASAKAN KESULITAN YANG SAMA seperti yang kita rasakan tatkala kita kecil dulu. 

Ya kan???

Saya enggak pengin anak saya kulitnya jadi menggosong, kena panasnya Surabaya yang “ala neraka bocor” itu. 

Saya enggak pengin anak saya menghirup kadar polusi udara yang segede dosa. 

Saya enggak pengin anak saya mengkaing-kaing kelaparan, nangis tanpa bisa keluarin air mata. Huh. Ternyata, saya SALAH.

Sikap memisahkan anak dari “kesulitan hidup” justru membuat anak kita ogah berpayah-payah, tak mau berlelah-lelah untuk mendapatkan apa yang dia dambakan. Sikap ortu yang over-sayang banget itu, bakal bikin anak kita jadi gampang cranky, manja, dan jadi generasi instan. 

Duh. 

Sidqi @Ciputra World
Sidqi @Ciputra World

Kok saya jadi khawatir banget yak? Bukan berarti saya dan suami sudah ada di zona SANGAT MAPAN sih, tapi, memang kudu diakui bahwa kita berdua nyaris menjauhkan Sidqi dari berpayah-payah. 

Dudududuududuuuuu…. semoga belum terlambat. Semoga Allah masih beri kami kesempatan, kekuatan, dan ‘ketegaan” untuk bisa melatih Sidqi. 

 

 

 

Calon Penghuni Surga yang Bisa Masuk dari Pintu Mana Saja

Kalau saya lagi bete, uring-uringan gak jelas, dan nggondok sama pak suami, maka saya akan membuka ingatan saya akan seorang perempuan yang amat mulia. Perempuan yang rela menikah dengan seorang pria lumpuh. Pria yang separuh badannya tak dapat digerakkan. Perempuan yang tak pernah mengeluh, komplain, apalagi menggalau, akan kondisi suaminya. Perempuan yang selalu berbakti, bahkan mengabdi tanpa henti. Perempuan itu, bernama Dini Rahayu.

kiri-kanan: Bu Dini Rahayu-adek Ainun-dan saya
kiri-kanan: Bu Dini Rahayu-adek Ainun-dan saya

Wajahnya cantik, manis, teduh bersahaja. Menyiratkan sebuah rasa ikhlas yang tak pernah menuntut balas. Dini, adalah seorang guru sebuah SMK di Malang. Suatu ketika, ia cari agen tabloid, untuk keperluan belajar-mengajar di sekolahnya. Tibalah ia di tempat Bapak Winarto, seorang ustadz yang juga agen koran dan tabloid.

Ketika Allah berkehendak, maka apapun bisa terjadi. Sebuah isyarat hadir, rasa yang tidak biasa tengah menyelimuti Pak Win. Perempuan manis ini, insyaAllah bisa jadi pendamping dunia-akheratku….

Tapi, tentu saja, di tengah berkecamuknya rasa, Pak Win harus tahu diri. Ia lumpuh. Tubuhnya terkoyak lantaran kecelakaan hebat yang ia derita beberapa tahun lalu. Ia bukan seperti pria normal lain.  

Di tengah gejolak hati, Pak Win memohon pada Sang Penggenggam Kehidupan. Maha Besar Allah, yang menggerakkan hati Dini Rahayu, untuk kemudian ikhlas menerima pinangan Pak Win. Mereka memadu janji suci dalam sebuah ikatan pernikahan. Maha Bijaksana Allah, yang karuniakan putri cantik dalam kehidupan mereka. Pak Win hanya bisa tercenung dan berucap hamdalah bila mengingat itu semua.

***

Saya ini termasuk perempuan yang sulit ditaklukkan dengan cerita cengeng, mellow dan sebangsanya. Kali ini lain. Saya merasa tersudut. Tertusuk batin, demi mendengar kisah cinta tak bersyarat yang diperagakan perempuan mulia, bernama Dini.

Setiap hari, Dini harus memandikan, membersihkan kotoran, menyiapkan segala keperluan suaminya. Dengan cara bagaimana? Digendong! Yap, tubuh mungil Dini itu ternyata begitu kuat menggendong suaminya untuk mandi, dan semua kegiatan lain. Toh, Dini tetap tersenyum. Tetap mengukir ikhlas dalam balutan amal yang tak butuh diobral.

Pasangan ini juga rutin berbagi sedekah plus mengajar ilmu-ilmu Islam ke warga sekitar. Di bulan Ramadhan, “kegilaan” pasangan ini kian menjadi. Mereka “gila” membumikan Al-Qur’an. Mereka mengajar ngaji di TPQ Ya Syafii. Rasa gelisah menjalari hati insan mulia ini, manakala tidak mendakwahkan Islam.

Pak Ustadz Winarto dan istri di tengah santri mereka
Pak Ustadz Winarto dan istri di tengah santri mereka

Coba simak apa kata Pak Win tentang betapa ia sangat passionate dalam membumikan Al-Qur’an:

“Saya merasa hingga saat ini diberi umur panjang oleh Allah, karena berkah Al-Qur’an. Lho, kok bisa? Ceritanya begini. Menjelang kecelakaan hari itu (Sabtu, 27 Januari 1996) saya kelelahan setelah dari Surabaya. Tapi, saya tetap memaksa pulang ke Malang karena ada 100 santri TPQ Al-Hidayah Polowijen yang menunggu saya untuk mengajar mereka ngaji. Dalam perjalanan pulang itulah, kecelakaan terjadi. Kalau kata dr Sherly (dokter spesialis RSUD Syaiful Anwar Malang yang merawat beliau) dalam kasus seperti yang saya alami, jarang ada korban yang bertahan hidup. Allahu Akbar, saya makin yakin bahwa Allah masih teramat sayang pada saya. Hanya fisik saya yang sakit. Tapi, jiwa, akal dan mental saya tetap sehat wal afiat. Kedua tangan saya juga masih normal. Saya harus lebih bersemangat lagi, dan memegang komitmen untuk selalu mengajarkan Al-Qur’an hingga akhir hayat….”

Merinding saya dengarnya. Aseli. Merinding banget.

Saya, yang Alhamdulillah, diberi otak dan fisik normal –yeah, walau agak obesitas dikit sih—sering mengeluh dan cari alesan saban kudu mendakwahkan Islam. Saya, yang sehat wal afiat dan Alhamdulillah sering dapat kelapangan rezeki, sering bersikap medit bin merki, saban kudu kasih sumbangan, atau infaq, atau sebagainya.

Duh. Bedaaaa banget, antara saya dan Pak Ustadz Win plus istrinya itu. Malu. Bener-bener saya ngerasa malu.

Mengenal pasutri luar biasa ini, membuat saya yakin untuk SEMANGAT berbuat baik plus #SemangatBerbagi. Sungguh, saya ingin bisa seperti mereka, yang insyaAllah mereka bisa masuk surga dari pintu mana saja.

Pasutri Calon Penghuni Surga
Pasutri Calon Penghuni Surga

Mumpung Ramadhan, bulan mulia masih bercengkrama dengan kita, hayuk ahhh… tingkatkan lagi kepedulian diri untuk berbagi rezeki. Berbagi kebaikan. Berbagi ilmu. Berbagi apaaa ajaaa…

Jangan sampai, kita baru terpikir dan tergerak untuk berbagi, manakala nafas sudah tinggal satu-satu, dan tersendat, berhenti sampai di tenggorokan….

Bersama Kita Sebarkan Kebaikan dengan #SemangatBerbagi. Ikuti acara puncak Smarfren #SemangatBerbagi tanggal 19 Juli 2014 di Cilandak Town Square Jakarta.

Jumlah kata: 664 kata

 Smartfren Peduli

 

Astri Ivo yang Tak Kunjung Menua

Begitu dapat info kalo Astri Ivo bakal jadi pembicara di Danar Hadi, Sby, saya langsung meluncuuuurrr ke sono.

Maklum. saya kan masuk pasukan Kemal alias Kepo Maksimal. Apanya yang dikepoin? Ya itu tuh, jeung Astri Ivo kok awet kinyis-kinyis, imut-imut, cuantiiiik, uuuaaayuuu puooolll.

Padahal. September tahun ini umur doi 50 tahun!

Hiks.

Astri Ivo paling unyuuuuuu 🙂

Daaan, yang paling bikin mupeng, bodinya itu loooh, awet langsiiing. Wiks. Kok iso yo?

Sebagai pasukan Kemal, tanyalah saya apa saja rahasia bodi singset-kulit indah-walau tak perlu minum produk….. kabar gembira dari kita semuaaa… kulit manggis kinii adaaa…. *STOP!!!*

Ini beberapa quote doi:

“Perempuan itu makhluk yang sibuk. Mulai terbit matahari, sampai terbenam mata suami, perempuan tetap beraktivitas. Ya masak, ya ngurus anak, ya ngurus rumah, jadi kita harus bugar. Saya saja sudah beraktivitas sejak jam 2 malam!”

“Pagi hari saya sempatkan untuk berenang. Yoga, bersepeda. Kalau lagi puasa, maka saya bersepedanya jelang buka puasa. Allah memberi kesempatan pada kita untuk bisa jadi makhluk yang cantik, dengan berpuasa. Puasa ternyata bisa jadi terapi penyembuhan penyakit akut. Jantung koroner, diabetes, dan sebagainya… Itu bisa sembuh dengan puasa.”

“Coba lihat, orang-orang muda sekarang sering kena penyakit akut. Kenapa? Karena gaya hidup kita tidak sehat! Padahal, perut kita itu laboratorium tercanggih di dunia. Kalau kita perlakukan dengan tidak semestinya, maka perut dan organ tubuh kita bisa rusak.”

“Kalau ingin cantik, JANGAN pakai cara instan. Karena jika kita pakai cara instan, maka bisa bahaya. Saya ada kenalan, saking pengin kurus, ikut liposection (sedot lemak). Apa yang terjadi? Ia malah meninggal. Justru, kita harus mau menjalani segala proses. Bagaimana ketika kita tua, kita tetap bahagia dan cantik….”

“Kalau usia kita sudah masuk jelita alias jelang limapuluh tahun, jangan bergaya ala ABG. Karena malah aneh. Justru kita harus pilih penampilan yang ccok, menyenangkan dan tidak membahayakan di usia kita. Makan harus proporsional, jangan pilih yang banyak lemak. Daging boleh, silakan, karena Rasul kita juga mengonsumsi daging kambing. Syaratnya, jangan berlebihan!”

Wuih. Sekian dulu ya. Masih banyak sih quote doi yang cihuy. Tapi saya udah jiper bin minder duluan nih *sembari menatap gundukan lemak dan gelambir yang bersemayam di perut eikeh*

Pokoknya, mbak Astri Ivoooo…. aku padamuuuu….. 🙂

Yang nanya juga unyu kan? *hihihi*
Yang nanya juga unyu kan? *hihihi*

Helvy Baca Mahanazi

#PeduliGaza! Bismillah… lakukan apa yang memang harus kita lakukan. Doa. Donasi. Berjuanglah, dengan cara kita sendiri!

Pena Kecil

Helvy Tiana Rosa membaca puisi “Mahanazi” yang baru ditulisnya hari itu dalam acara Forsimpta: Simpati untuk Palestina, 25 Juni 2011. Beberapa hari kemudian ia membacakan puisi yang sama dalam Pembukaan Konferensi Asia Pasific untuk Palestina di Jakarta, 29 Juni 2011.
Berikut teks lengkapnya yang juga dimuat di buku Mata Ketiga Cinta, 2012

APAKAH SAMPAI PADAMU BERITA TENTANG MAHANAZI?

Kabar apakah yang sampai padamu tentang Palestina?

Apakah sampai padamu berita
tentang rumahrumah yang dihancurkan
tanahtanah meratap berpindah tuan,
bahkan manusia yg dibuldozer?

Apakah sampai padamu berita
tentang airmata yang tumpah
dan menjelma minuman seharihari
tentang jadwal makan yang hanya sehari sekali
atau listrik yang menyala cuma empat jam sehari?

Apakah sampai padamu
berita tentang kanakkanak yang tak lagi berbapak
tentang ibu mereka yang diperkosa atau diseret ke penjara?
Para balita yang menggenggam batu
dengan dua tangan mungil mereka
menghadang tentara zionis Israel
lalu tangan kaki mereka disayat dan dibuntungi

Apakah…

View original post 295 more words

[Flash Fiction] Sang Pencinta Qur’an

Aku tidak tahu mengapa aku bisa berada di tempat yang luar biasa indah ini. Aroma harum, namun tetap lembut menguar dari seluruh penjuru ruangan. Ornamen yang menakjubkan… Tempat yang cantik… Dimana aku sekarang?

Tercekat, aku pandang sekeliling. Masya Allah… buah-buahan mahal yang selama ini tak pernah bisa kubeli! Sekarang ada di sini! Dan, dan, oooh… aku bisa menggapainya dengan begitu mudah! Padahal, selama hidup, mati-matian aku menyisihkan uang hasil mengemis, tapi suliiit sekali bisa menyamai harga buah mahal-mahal itu. Ugh.

alquran2

Eh, tunggu dulu. Selama hidup?

Hidup? Berarti, apakah aku sekarang sudah enggak hidup?

“Silakan, Ibu… Anda berhak masuk ke jannah Firdaus.”

App…app…aappa?? Apa aku tidak salah dengar??? Jannah? Firdaus? Surga?

Ingin aku langsung bertanya, “Sumpeh looo? Ciyus looo?” Tapi… kuurungkan. Karena oh, masya Allah… jangan-jangan, makhluk ini, malaikat?

“Benar, Ibu. Saya malaikat yang bertugas mengantarkan Ibu ke surga. Saya juga sudah menyiapkan gaun untuk Ibu pakai. Gaun ini lebih indah daripada dunia dan seisinya.”

Masya Allah…. Merinding aku mendengarnya… Jantungku bergetar hebat. “Kenapa saya? Kenapa bisa? Ke.. keee… kenapa saya bisa mendapat ini semua, wahai malaikat?”

Malaikat itu tersenyum syahdu. “Karena putra Ibu. Dia telah istiqomah membaca, mentadabburi, menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an.”

Hah?!? Kuingat-ingat lagi. Sidqi, anakku.

Dia laki-laki biasa-biasa saja. Tak terlalu ganteng. Badannya pun kalah gede dibandingkan teman-temannya. Tapi, satu hal yang membuat ia istimewa adalah, betapa Sidqi sangat mendamba Al-Qur’an. Ia berkali-kali memohon padaku, agar aku menghadiahi ia Qur’an.

Tak pernah ia minta sepeda, atau handphone, atau playstation, tak pernah! Tapi, ia selalu memohon sebuah Al-Qur’an.

Hingga suatu ketika, uang hasil ngamen-ku cukup untuk membeli Syaamil Quran. Mata Sidqi berbinar. Ia mengerjap sambil berucap hamdalah berkali-kali. Lalu, ia mencium pipiku, keningku, bahkan kakiku! Waduh, tolee… kaki emakmu ini kan lagi kena kutu air tho….

“Maturnuwun, ibu sayang… Sidqi akan semakin giat membaca Al-Qur’an, supaya ibu bahagia…”

Gerimis di mataku berubah jadi rintik. Dan, saat ini, aku tengah didera bahagia yang tak terperi.

“Kalau begitu, saya resmi masuk surgakah?” aku masih tak percaya. Malaikat di hadapanku mengangguk mantap.

“Lantas, dimana Sidqi, anak saya?”

Sekonyong-konyong, aku melihat tubuh laki-laki nan gagah berwibawa. Untaian senyum itu… Mata yang teduh itu… sebuah kombinasi indah yang selalu menerbitkan rasa haru. Dadaku kian sesak. Takzim, ia mencium kakiku. (*)

FF 366 kata. Ditulis khusus untuk Lomba Menulis Cinta Al-Qur’an.

Terinspirasi dari Hadits Rasul, “Kemudian kedua orang tuanya, dipakaikan dengan pakaian yang lebih indah daripada dunia dan seisinya.” Kedua orang tuanya berkata,”Apa yang menyebabkan kami mendapatkan hal ini ? Kemudian dikatakan kepda keduanya,”Karena anak kalian berdua membaca Al-Qur’an.”

lomba-nulis-cinta-al-quran

 

Amal-Booster #Ramadhan

Ramadhan tahun ini, saya kok ngerasa…..

……enggh… apa yaaa…. awkward? 

Jadi begini. Saya tuh udah punya ambisi bla-bla-bla terkait pencapaian amal ibadah di bulan suci. Tapi, sampai hari kesekian, kok saya ngerasa masih jauuuhhh banget? 

Yang lebih bikin mellow lagi adalah, anak saya sama sekali belum bisa diajak latihan puasa. 

Mosok sahurnya jam 7 pagi, lalu buka jam 11, lalu puasa lagi, lalu buka jam 3 sore, lalu puasa lagi, dan buka jam 17:30? 

Blah. Puasa macam apa pula ituh? 

Semoga Ramadhan yang tinggal dikit banget ini (*hiks….) bsa mem-boost semangat saya. Hap, hap, haaap, semangaaat!

Nah, biar istiqomah beramal, ini saya attach Tabel Bahagianya Ibadah di Bulan Ramadhan. Ini hasil desain bolo plek saya, Melaty Kusuma Ayu.  

Silakan di-print, pakai tinta warna lebih cihuy. Semoga ini bisa jadi amal-booster, biar kita makin mengakselerasi ibadah di bulan suci. 

Happy Ramadhan, everyone!

Dilema #Catatan Hati Seorang Istri

Ini aneh. Aneh pake banget. Saya tuh termasuk orang yang alergi sama TV. Mau acara apaaaa aja, saya ogah berakrab-akrab dengan TV. Dulu siy, sempat doyan banget dgn Wisata Hati-nya Yusuf Mansur #sumpah-ini-bukan-pencitraan-tapi-terserah-sih-kalo-kagak-percaya-hahaha. 

Tapi, sekarang, melihat carut-marutnya acara TV, termasuk berita2 yang najis banget ituh, saya memilih untuk gencatan senjata ama si TV ntuh. 

Well, tapiiii, suatu ketika, entah kenapa, saya tetiba pengin mencet2 remote TV. Dan, terdamparlah saya di sebuah sinetron yang lagi happening banget saat ini. Yap, it’s CATATAN HATI SEORANG ISTRI. #CHSI *terlalu-mainstream-yak-saya-ini-huehehehe….*

Ga tau kenapa, sinetron ini di mata saya, bedaaaaaa banget dengan yang lain. Alurnya itu enggak bertele-tele. Padat. Dialog seperlunya. Ringkas dan enggak lebay. Adegan2 yang semacam “accidental meeting” atau “batal ketemu” juga dibikin dengan rapih dan kagak ngawur. Asik banget lah lihatnya. 

Siapa sih, penulis skenarionya? Oohh… pantesss… Hilman Hariwijaya! 

No wonder sih, kalo sinetron ini real banget gitu loh. Tokoh2nya juga kerasa dekeeet dengan hidup kaum urban. Walopun, yeah, jujur aja nih, saya enggak yakin deh, ada manusia normal yang suabaaar banget kayak jeung Hana (Dewi Sandra) ntuh? Hahaha. 

Makin ke sini, saya pantengin terus nih sinetron. Sampai-sampaiiii…. pulang tarawih dan witir, saya berlari-lari kecil menuju rumah. 

Kenapa? 

Pertama, karena ogah kejebak macet jamaah yang baru pulang tarawih. 

Kedua, yes, I must admit, aku enggak mau ketinggalan nonton tuh sinetron 

Jijay banget, yak? 

Sepanjang karir saya di dunia peribadatan bulan Ramadhan, seingat saya, baru kali ini saya melakukan tindakan “lumayan bodoh” di dunia. 

Saya menyia-nyiakan kesempatan ibadah Ramadhan, dan membarternya dengan kegiatan nonton sinetron. Well, walaupun sinetron #CHSI harus diakui mengusung banyak pesan moral nan Islami, tapiii teteup aja, saya sering kelupaan (atau sengaja melupakan) target tilawah, baca tafsir, endebrai-endebrainya itu. Ibadah kalah oleh sinetron! 

Saya justru deg-degan dengan kelanjutan sinetron #CHSI. Tapi, saya enggak merasakan debaran rasa takut, akibat dosa saya yang menggunung, dan harusnya di kesempatan Ramadhan yang mulia ini, saya kudu-wajib-banget buat taubatan nasuha. Dan, itu tidak (atau belum) saya lakukan, gara-gara…. sinetron!!

Saya mestinya mengisi malam hari dengan prepare bahan masakan untuk sahur dan buka. Atau, beres-beres dapur. Atau cuci baju. Atau setrika. Dan, itu semua sering banget terbengkalai, dan penyebabnya tidak lain dan tidak bukan…. sinetron!!

Duh. 

Di titik ini, saya merasa rapuh. Masak sih, saya rela menggadaikan obral pahala dan beragam keutamaan bukan puasa, dengan hal “remeh” seperti konflik Hana dan bolo-bolonya itu? Mosok saya lebih suka mantengin adegan affair Bram (Ashraf Sinclair) dan Karin (Cut Meyriska), ketimbang berasyik-masyuk dengan mushaf Al-Qur’an?? Dengan firman Sang Maha Penggenggam Kehidupan??

 “Barangsiapa tidak menyibukkan diri dengan kebaikan, Allah akan menyibukkannya dengan kemaksiatan…”

-Imam Syafi’i