Our Lookbook in the making

Lucu-lucu bingits 🙂

 photo-101

Autumn Winter 2013 Lookbook by La Coqueta

Being moments away from receiving our new printed AUTUMN WINTER 2013 LOOKBOOK, I can’t help but thinking of the unconditional support we had from customers and friends that made the shooting of this campaign possible, and how much fun it was!
People love seeing what our clothes look like on, especially if the models look familiar! Part of our lookbook’s charm is the fact that La Coqueta’s models are my own children and their little friends from school. It’s lovely…when we shoot, they are all new to the experience. They don’t pose or act any differently to what they would outside the set. So in this way, they look exactly like what they are supposed to: like real kids.
The fact that some of our most loyal customers and friends kindly accept to ‘lend’ me their children for my season photoshoot deeply…

View original post 300 more words

Advertisement

Motivasi Menghafal Qur’an

Bismillah…..

heningbanget

kulwit @PencintaQuran

Saat ini Mimin lagi menyimak taushiyah Ust Abdul Aziz Al-Hafidz ttg #MotivasiMenghafal. Simak yaa kilasannya 🙂

“Kita hafal bgt alFatihah krn tak terhitung lagi brp kali kita mngulangnya. Sudahkah hafalanmu diulang sbnyk alFatihah?” #MotivasiMenghafal

“Kalau baru saja mngulang hfln alQuran bbrp kali, gak pantas mengeluh. Apalagi mnyalahkan ‘ini ayatnya susah bgt’.” #MotivasiMenghafal

“Katakan pada surat hafalanmu, ‘saya siap mengulangmu sbnyk seringnya sy mngulang alFatihah.” -UstAbdAziz #MotivasiMenghafal

“Bercita-citalah memiliki hafalan alQuran selancar kita melafalkan alFatihah.” -UstAbdAziz #MotivasiMenghafal

“‘janganlah mati kecuali dlm keadaan muslim’. Katakanlah, ‘Tdk ingin mati kecuali dlm keadaan mnghafal alQuran.” #MotivasiMenghafal

“Menghafal alQuran itu harus INTENSIF dan SEPANJANG HIDUP.” UstAbdAziz #MotivasiMenghafal

“Rasa jenuh bermula dari tak ada kesadaran iman & ibadah. Hati yg bersih takkan merasakn jenuh pd alQuran.” UstAbdAziz #MotivasiMenghafal

“Saat mnghafal akan bnyk cobaan. Seakan ditanya, ‘serius kamu ingin mnghafl alQuran?’ Agar diktahui siapa yg SERIUS.” #MotivasiMenghafal

“DOA INTENSIF. ‘Jk hny andalkan kmmpuan diri, sy…

View original post 384 more words

1 ONS BUKAN 100 GRAM tetapi 28,35 gram

Hwaaaaaaa!!!!

Sampaikan Walau Satu Ayat

timbanganPENDIDIKAN YANG MENJADI BOOMERANG

Seorang teman saya yang bekerja pada sebuah perusahaan asing, di PHK akhir tahun lalu. Penyebabnya adalah kesalahan menerapkan dosis pengolahan limbah, yang telah berlangsung bertahun-tahun. Kesalahan ini terkuak ketika seorang pakar limbah dari suatu negara Eropa mengawasi secara langsung proses pengolahan limbah yang selama itu dianggap selalu gagal. Pasalnya adalah, takaran timbang yang dipakai dalam buku petunjuknya menggunakan satuan pound dan ounce.

Kesalahan fatal muncul karena yang bersangkutan mengartikan 1 pound = 0,5 kg. dan 1 ounce (ons) = 100 gram, sesuai pelajaran yang ia terima dari sekolah. Sebelum PHK dijatuhkan, teman saya diberi tenggang waktu 7 hari untuk membela diri dgn. cara menunjukkan acuan ilmiah yang menyatakan 1 ounce (ons) = 100 g.  Usaha maksimum yang dilakukan hanya bisa menunjukkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengartikan ons (bukan ditulis ounce) adalah satuan berat senilai 1/10 kilogram. Acuan lain termasuk tabel-tabel konversi yang berlaku sah…

View original post 973 more words

Aam Amiruddin: Tips ‘Ngobrol Asik’ Ortu dan Anak

“Kok, anak zaman sekarang susah diatur ya? Berani ngelawan orangtua? Beda banget dengan anak-anak zaman dulu…”

Image

Sering dengar keluhan semacam ini? Kalau melihat tren perkembangan anak dan remaja, kita semua memang patut mengelus dada. Menjadi orangtua di era kekinian sama sekali bukan hal yang mudah. Sejumlah orangtua mengeluhkan perilaku anaknya yang kian temperamen. Nah, liburan akhir tahun kemarin, saya sempat ikuti kajian Ustadz Aam Amiruddin. Sebagai ustadz pemateri acara religi di TVOne, RCTI, SCTV dan Trans TV, Aam akrab dengan beragam curhat jamaahnya seputar parenting. Yuk, simak obrolan dengan Ketua Pembina Yayasan Percikan Iman ini.

Ustadz, sebenarnya mengapa anak-anak sekarang begitu gampang ‘naik darah’ dan amat sulit dikendalikan orang tua?

Mengapa anak temperamental? Kita tidak bisa menuding hanya dari satu aspek saja. Karena, karakter anak terbentuk sejak dalam kandungan. Maka dari itu, ketika seorang wanita sedang hamil, usahakan temperamen ibu hamil (bumil) tidak naik. Orang kalau marah, hormon adrenalin melewati ambang batas. Hormon masuk plasenta, sehingga bayi ikut marah. Kalau bumil sering marah, maka bisa menyebabkan anak menjadi temperamental.

Jadi, ketika anak kita kerap naik darah, coba lihat masa lalu, kita flash back sejenak. Ibunya sering marah atau tidak? Bagaimana dengan lingkungan tempat anak kita bertumbuh kembang? Apakah anak kita dibesarkan di lingkungan yang juga keras dan kasar?

Kalau orangtua mengajarkan dengan cara yang keras, dengan berteriak, “Sholaaaat!!!” maka anak kita pasti akan belajar untuk menjawab dengan cara serupa, “Bentaaaarrrr!!” Jadi, bentakan dibalas dengan bentakan.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Misal anak main game, pas masuk waktu sholat. Elus punggungnya. Kita ajarkan bagaimana cara bernegoisasi. “Tadi kan sudah ibu kasih waktu main game selama 10 menit. Sekarang, ayo kakak berhenti dulu main game-nya. Sholat berjamaah dulu.”

Ingatlah, ibu-bapak, kalau anak dibesarkan dengan caci maki, maka ia akan belajar berkelahi. Kalau anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia akan belajar percaya diri. Besarkan anak kita dengan cinta kasih, supaya ia tidak menjadi anak yang temperamen tinggi.

Apa tips komunikasi yang bisa dibagikan pada kami?

Al-Qur’an sudah menjabarkan 6 (enam) strategi komunikasi yang harus dijalankan antara orangtua dan anak. Yang pertama, Qaulan Sadida, artinya perkataan yang benar, baik berdasarkan aspek isi, maupun cara penyampaian. Artinya, saat berbicara kepada anak, isi pembicaraannya harus benar menurut kaidah ilmu. Kalau anak bertanya, orangtua jangan asal menjawab, sebab bisa jadi jawaban kita itu salah menurut kaidah ilmu.

Misalnya, “Mama, kenapa ikan kok matanya nggak berkedip padahal ia ada di air?” Ibunya menjawab, ”Emang maunya gitu. Kamu yang gitu aja kok ditanyakan?” Ini adalah contoh jawaban yang asal-asalan dan tidak benar menurut kaidah ilmu.

Kalaupun orangtua tidak bisa menjawab pertanyaan anak, lebih baik berterus terang sambil memuji pertanyaan itu. Katakan, “Aduh sayang, pertanyaan kamu hebat sampai Mama nggak bisa jawab. Nanti kita cari jawabannya di buku ya.” Jawaban seperti ini adalah qaulan sadida.

Yang kedua, Qaulan Baligha. Artinya, perkataan yang berbekas pada jiwa. Agar ucapan berbekas pada jiwa anak, kita harus memahami psikis atau kejiwaan anak. Orangtua yang baik pasti mengetahui karakter anak-anaknya. Perkataan orangtua akan bisa menyentuh emosi atau perasaan anak, apabila mereka memahami karakter anaknya.

Yang ketiga, Qaulan Ma’ruufan. Perkataan yang baik, yang penuh dengan penghargaan, menyenangkan dan tidak menistakan. Apabila kita menemukan kesalahan dalam perilaku atau ucapan anak, tegurlah dengan tetap menjaga kehormatan anak, jangan dinistakan di depan orang banyak.

Yang keempat, Qaulan Kariiman. Perkataan yang mulia, yang memberi motivasi, menumbuhkan kepercayaan diri, perkataan yang membuat anak bisa menemukan potensi dirinya. Misal, ada anak yang mengeluh pada orangtuanya karena nilai fisika selalu jelek. Ayahnya berkata, “Waktu SMP, nilai fisika ayah juga selalu jelek. Tetapi, sekarang ayah malah jadi guru besar fisika. Ayah yakin kamu bukan bodoh, tapi belum menemukan teknik belajarnya.”

Ini contoh ucapan yang qaulan kariiman, ucapan mulia yang penuh motivasi. Apa contoh yang tidak qaulan kariiman? Ortu yang komentar, “Emang kamu nggak ada bakat di fisika, sampai kapan pun pasti jelek nilainya.” Hati-hati, ucapan ini bisa membunuh semangat dan karakter anak.

Yang kelima, Qaulan Layyinan. Perkataan yang lemah lembut. Ucapan lembut mencerminkan cinta dan kasih sayang, sementara ucapan kasar mencerminkan kemarahan dan kebencian. Islam mengajarkan kita layyin alias lembut, penuh cinta dan perhatian.

Dalam riwayat Imam Ahmad, diungkapkan bahwa Rasulullah bertemu dengan seorang sahabat yang sangat melarat. Rasul bertanya, “Mengapa kamu mengalami kesengsaraan seperti ini?” Sahabat itu menjawab, ”Ya Rasulullah, saya mengalami kemelaratan ini karena selalu berdoa, ’Ya Allah, berikanlah kepadaku kemelaratan di dunia, sehingga dengan kemelaratan itu aku bisa bahagia di surga.”

Mendengar jawaban ini, Rasul bersabda, ”Inginkah aku tunjukkan doa yang paling baik? Robbanaa aatina fid dunya hasanah, wafil aakhirati khasanah wa qinaa ‘adzaabannar (Ya Allah, berikan kepada kami kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akherat serta jauhkan kami dari azab neraka).”

Coba kita perhatikan kasus tersebut. Doa yang diucapkan sahabat itu salah. Ia minta melarat di dunia, karena berharap kebahagiaan di akherat. Akan tetapi, Nabi tidak memarahinya. Beliau menunjukkan doa terbaik dengan penuh kelembutan. Apa hikmah yang bisa kita ambil? Dalam berkomunikasi dengan anak, bila mereka melakukan kesalahan, jangan dihadapi dengan kemarahan, apalagi menggunakan bahasa yang kasar. Gunakanlah bahasa yang lembut, penuh cinta dan hikmah.

Yang keenam, Qaulan Maysuura, perkataan yang mudah. Maksudnya, ucapan yang mudah dicerna, tidak berbelit-belit. Bisa juga bermakna ucapan yang membuat anak merasa mudah untuk melaksanakan apa yang kita katakan. Misal, ada seorang anak mengeluh bahwa belajar Bahasa Inggris itu susah.

Ada orangtua berkomentar, ”Teman Mama sekarang sekolah di Amerika. Padahal dulu, nilai bahasa Inggrisnya jelek. Tapi, ia tekun, maka sesulit apa pun pelajaran, kalau kita tekun insyaAllah jadi biasa dan akhirnya bisa.”

Inilah contoh ucapan yang maysuura, ucapan yang membuat orang yang mendengarnya merasa mdah dan ringan. Sayangnya, ada ortu yang berkomentar begini, ”Emang Nak, kalau nggak cerdas, belajar sekeras apapun tetap aja bodoh!” Inilah contoh ucapan yang tidak maysuura karena ucapannya membuat anak menjadi semakin merasa sulit, bahkan jadi putus asa. (*)