No More Kepoin Salma Rony

Selamat bulan Juniiii!!

Bulan ini adalah momen yang lumayan istimewa. Beberapa elemen keluarga kami lahir di bulan Juni. So, yeaahh anggap aja, eikeh lagi pengin sharing semangat (yang semoga tak cepat padam) terkait beberapa hal. Oke, sebelumnya mau curcol bentar yes.

Jadi, begini.

Bulan Mei tuh entah kenapaaaa kok rasanya mualessss pol notok jedog. Setelah saya habis2an menikmati Ramadan dan Syawal, begitu Mei tibaaa, rasanya spirit itu melempem, kayak kerupuk diseblakin gitu lah.

Continue reading “No More Kepoin Salma Rony”

Sejumlah Hobi yang untuk Sementara Tidak Saya Lakoni

Kapan hari itu saya nonton podcast Deddy Corbuzier dengan bintang tamu Desta! Yep, sama kayak Tonight Show mania lainnya, saya excited paraahhh Desta akhirnya mau nongol di sesi interview! Yep, baik Vincent maupun Desta kan selama ini cukup tertutup ya. Ga suka tampil di podcast/kolaborasi dengan content creator manapun. Ternyata, alasannya adalah: karena Desta ngerasa hidupnya biasa aja, ngga ada yang menarik untuk dijadikan bahan diskusi, plus… dia nggak suka ditanya-tanyai.

Waaah, sekelas Desta aja nihhh…. ngerasa hidupnya B aja, apakah doi sedang humble brag? Wkwkw. Lah kalo Desta B aja; apa kabar hidup eikehh? 🙂

Sebenernya saya juga agak clueless sih, buat jawab topik “ceritakan soal Hobimu?” di BP Challenge kali ini. Tapiii, ya udahlah yaa, walopun mungkin hidup saya juga lebih B aja banget dibandingin Desta, skuyy lah kubahas dikiit aja seputar hobi-hobi yang belakangan ini (terpaksa) di-pending lantaran Alhamdulillah, saya sakit 🙂

Continue reading “Sejumlah Hobi yang untuk Sementara Tidak Saya Lakoni”

Begini Rasanya Alami Turbulensi Pas Naik Pesawat

“Astaghfirulllaaahhh, Allahu Akbarrrr….. Astaghfirullaahhhh…….”

Mbak Furya (sebut saja begitu) bolak-balik komat-kamit mengucap asma Allah, sembari memegang erat kursi di depannya. Wajah cantiknya tampak pucat, sungguh kontras dengan jilbab merah yang ia kenakan petang itu. Kami sedang di langit, berjibaku mengalahkan rasa takut, lantaran turbulensi yang kami alami, ketika berada dalam pesawat.

“Astaghfirullah…. Astaghfirulllaaaaha adziim….!!”

Seisi pesawat mayoritas terjerembab dalam ngeri tak terperi. Cuaca buruk sekali malam itu. Hujan super deras bersahut-sahutan dengan sambaran kilat, yang tampak sangat jelas di jendela pesawat. Seolah-olah siap menyergap kami, meluluhlantakkan para makhluk yang sarat dosa dan noda ini.

Continue reading “Begini Rasanya Alami Turbulensi Pas Naik Pesawat”

Yang Selalu Aku Rindu dari Ramadan

Setiap habis Ramadhan
Hamba rindu lagi Ramadhan
Saat – saat padat beribadah
Tak terhingga nilai mahalnya

Alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan
Sekeluarga, sekampung, senegara
Kaum muslimin dan muslimat se-dunia
Seluruhnya kumpul di persatukan
Dalam memohon ridho-Nya

(BIMBO)

Bulan Ramadan kecintaan kita udah datang, gaess! Duh, senangnyaaaa. Banyak banget hal menyenangkan yang kita jumpai hanya di bulan suci ini. Hmm, aku mau bahas beberapa di antaranya ya. Cekidot!

Continue reading “Yang Selalu Aku Rindu dari Ramadan”

Sakau Traveling dan Cara Mengatasinya

“Mbak, main-main ke Bandung sini aja lah. Naik mobil, lewat tol. Kalau naik kendaraan pribadi, resiko campur orang lain kan bisa dihindari. Yuk yuk, ntar Sidqi sekolahnya via zoom meeting bisa dari mana aja kan?”

Cegluk. Demi mendengar kalimat yang terlontar dari saudari iparku, kalbuku bergemuruh. Sister satu ini emang baiiikkk ga ada obat. Doi paham betul, bahwa aku-Sidqi-dan ibu mertua udah jenuh level akut, lantaran berdiam diri di rumah aja, sejak Maret 2020. Bahkan, ibu mertua sama sekali nggak pernah dine-in di resto! Kalau aku, sesekali masih njajan di Mie Tiga Raja atau Bubur Ayam deket rumah, tapi bawa mangkok-sendok-garpu-gelas dari rumah 😀 Intinya ya gitu deh, kami berusaha ekstra keras untuk patuh pada himbauan pemerintah.

Continue reading “Sakau Traveling dan Cara Mengatasinya”

5 Blog untuk Melatih Critical Thinking

Siapapun Anda, apapun profesi yang Anda geluti saat ini, WAJIB BANGET senantiasa praktikkan critical thinking. Apalagi, kalau menggeluti dunia digital, dengan jadi Blogger/ content creator/ Podcaster dll. Sudah pasti, critical thinking adalah INGREDIENTS yang harus ada dalam tiap MENU yang bakal Anda sajikan.

Emangnya kenapa kalau nggak ada critical thinking-nya?

Yaaakk. Hasilnya adalah sebuah konten yang hambar. Ibarat masak Indomie, tapi bumbu micinnya ga ada #eh. Wkwkwkwkw

Continue reading “5 Blog untuk Melatih Critical Thinking”

Halal bi Halal dan Arisan di Spiku D’Neven Surabaya

Yuhuuuu, nggak terasa bulan Syawalnya udah mau habis nih. Padahal diriku belum sempat Halal bi Halal yang total jendral gitu ama teman-teman. Maklumin aja deh, lika-liku kehidupan emak rempong ya gini ini, hihihi. Di bulan July ini lagi buanyaaaak banget yang diurusin. Mulai dari cari buku sekolah buat Sidqi masuk kelas 6 SD (time do flies!!), trus ada ponakan-ponakan yang dolan ke rumah, cari tukang buat renovasi bagian rumah yang bocor, datang ke ultahnya Jawa Pos, rapat dan meeting dengan klien kesayangan, plus…. ofkorrs, cari makanan buat menenangkan cacing-cacing yang bersemayam di perut eikeh #Tarakdungcesssss

Saking kangennya ama temen2 di grup Blitz Community, sudah pasti aku tek tokan sama buibu, dengan satu ultimate question, “Enaknya kita arisan dan halal bi halal di mana yak?”

Tau sendiri kan, kafe atau resto di Surabaya itu buanyaaaaak banget! Segabruk, deh. Tapi, kalo bulan Syawal gini lumayan susah buat booking destinasi kuliner, karena kan banyak komunitas yang menggelar acara serupa.

Ide-ide bermunculan. Hingga salah satu dari teman2ku bilang kalo lagi nyari Oleh Oleh Khas Surabaya. TRIIIIINGG! Boleh juga nih… Soale kota tercintaku ini kan terkenal banget dengan pertanyaan seputar “Oleh oleh apa yang cocok dibawa dari Surabaya? Kuliner Surabaya yang enak tuh apa aja yak?”

Intinya…. Surabaya adalah kota yang sangat tepat untuk MENGGEMBUL BERJAMAAH heheheheh.

Ya wis… aku langsung ngusulin buat Meet Up bin Arisan bin Halal bi Halal di D’Neven Surabaya. Kenapa?

Soale lokasinya strategis banget sist, ada di kawasan Ngagel Jaya Tengah. Udah gitu, spiku Surabaya bikinan D’Neven ini mak nyusss dan variannya banyak!

IMG-20180713-WA0005

Yes! Bareng Mbak Avy dan Mustika, aku meluncur ke toko kue D’Neven Surabaya. Alamaaaakk, interior tokonya unyu bangeeeett! Kok jadi inget cafe-cafe mungkil yang bertengger di sekitaran San Francisco ya. Imut imut gitu lho. Cucok meong banget nih, buat meet up ataupun gathering yang private dan hangat.

Mana buibu dan ciwi-ciwi udah dress up, kan… jadinya aku kontak dedek ((DEDEK)) Zamroni buat ikutan gabung ke sini.

“Zam… kamu lagi di Surabaya kan? Cuss ke sini dong, buat potoin tante2, eh…. sori…. kakak-kakak, hihihihi…..”

IMG-20180713-WA0000

Arisannya seruuuu parah! Namapun emak-emak pada kumpul, yes. Selain ngebahas soal isu terkini plus nyerempet hosip di lambetoerah (istighfar, maaaak, istighfaaarrr) kita juga sharing soal APAPUN! Mulai dari Ika yang cerita tentang latest trip doi ke Ostrali, aku yang cerita soal diet yang stagnan (qiqiqiqiqiqi) cem macem dah!

Dan…. udah pasti namanya Arisan tidaklah lengkap tanpa cemilan alias snack yang memikat! Ini diaaaa Lapis Surabaya yang aromanya sungguhlah menggoda selera!

IMG-20180713-WA0001

 

Jadi ini kuenya nih, duuuuhh paraaahh banget deh, godaan banget buat yang mau diet qiqiqiq. D’Neven Surabaya ini udah berdiri sejak tahun 2002. Biasanya melayani untuk wedding, pesta ulang tahun, lamaran, ya soale kuenya lembut, moist dan butter-nya royal banget… jadinya cucok meong buat dipake acara-acara spesial.

Nah… sejak tahun 2017, D’Neven open store di Ngagel Jaya Tengah ini, gaes. Ternyata, pas kami arisan di situ tuh, ada Pak Daniel Wiyata, selaku owner dari D’Neven Surabaya! What a coincidence!

IMG-20180713-WA0004

Pak Daniel cerita tentang perjalanan bakeshop ini. “Keluarga besar kami memang bisnisnya di bidang kuliner. Ayah dan Ibu mendirikan D’Neven sejak 2002. Mulai 2017, kami open store di Ngagel ini, dan kami ingin menyajikan oleh oleh khas Surabaya yang kekinian,” ujarnya.

Nggak heran, varian rasa D’Neven tuh buanyaaaak, dan unpredictable! Kebayang nggak, makan spekkoek berbahan green tea yang tengahnya dikasih cappucino cream?? Atau, spiku berbahan dasar charcoal dikombinasikan dengan cheese cream? Waaah, ternyata, begitu dijajal, rasanya kawiiin banget alias nge-blend dengan perfecto!

Ini aku jelasin satu demi satu variannya yak. Untuk yg small box (9×19 cm) price list-nya:

Classic Original 76K

Triple Vanilla 76K

Old Style 79K

Triple Chocolate 79K

Ladies and Gentleman 79K –> spiku pakai green tea dan flavor cappucino. Wuenaaaak dan unik banget!

Charcoal Cheesecake 89K –> spikunya berbahan dasar charcoal, lalu dipadukan dgn cheesecake.

The King 89K –> ini isinya DUREN asli! Uenaaakk pol, aduuuh durennya ituuu membuai lidah banget.

Sooooo.. yummyyy! Nih kagak bisa berhenti ngunyah niiih. Enyak enyaaaak semuanyaaaa. Eh eh, ternyata bukan hanya Pak Daniel yang ada di store. Kita juga berkesempatan untuk bersua dengan Ibu Zaneta Illona Chandra, selaku Operational Manager D’Neven Surabaya. 

IMG-20180713-WA0002

Ndilalah, Bu Zaneta juga mau melakukan finishing untuk spiku Ladies and Gentleman. Sooo… tanpa banyak cang cing cung, para member Blitz Community langsung record deh. Upload di YouTube atau IG stories! Yeayyyy!

Bu Zaneta menggaransi kalau bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan spiku ini tersertifikasi dengan baik, supplier-nya kredibel dan HALAL.  Karyawan produksi juga selalu dipantau untuk memperlakukan kue ini dengan kasih sayang nan paripurna… karena ini kan cakes yang premium.

Widiiih, kue aja disayang-sayang, apalagi kamuuu ye kaaan #eaaaakk

IMG-20180712-WA0023

O iya…. D’Neven Surabaya ini juga bekerjasama dengan sejumlah hotel di Surabaya. So…. buat para pelancong, setelah menikmati tempat wisata di Surabaya, bisa langsung order kuenya yak. Nggak harus datang ke store kok. Bisa kontak via WA, atau cari aja di GoFood!

Buat yang mau pesen D’Neven, kalian bisa dapatkan DISKON 5% LOH. Caranya, kirim WA atau telepon 0812 3410 9001

Lalu bilang kode voucher diskonnya NurulRahma LoveDNeven 

Kue siap dikirim ke rumah kamu, harga diskon pulak! Sip Markosip kaaaan.

Yuk laaahh tunggu apa lagi. Markicusss mari kita cusss untuk shopping Oleh Oleh Khas Surabaya di D’Neven

 

D’Neven Surabaya

Ngagel Jaya Tengah 93 Surabaya, 60284

Telp/WA:  0812 3410 9001

 

[Fiksi] Saya Cantik Nggak, Sih?

Follow me on Instagram: @bundasidqi

Haii…haii…haiii…

Gimana kabar ibadah Ramadhan-nya?

Semoga selalu semangat dan sehat sentosa yah! Huuum, kalo lagi ngabuburit, apa aja nih yang dilakoni teman-teman? Berburu paket menu buka puasa? Ngadem di Masjid? Baca Al-Qur’an? 

Naaah, saya lagi bikin cerpen nih. Ceritanya soal perempuan yang rada krisis pede gitulah hehe. 

Udah lama saya ngga posting cerita fiksi di blog ini. Baiklaaah, ini ada cerita pendek yang barangkali relate dengan banyak perempuan di muka bumi. Bisa banget dibaca pas lagi ngabuburit yak 🙂 Happy Ramadhan, everyone…!

Continue reading “[Fiksi] Saya Cantik Nggak, Sih?”

Postingan yang Paling Rame Dikunjungi

Postingan yang Paling Rame Dikunjungi. Itu pertanyaan #5 dari Blog Instropection Challenge. Ya ampun, ternyata saya baru ngejawab pertanyaan #1 sampe #4 aja dong. Hihihi.

Oke. Mau ubek-ubek postingan lama nih. Dan, ternyata, rekor untuk hits tertinggi di blog ini, masih dipegang oleh postingan Susi dan Tuhan Sembilan Senti. Hitsnya sampe nembus angka sekitar 7.032 views.

Tulisan itu saya produksi Oktober 2014. YA AMPUN, UDAH SETAHUN AJAH!

Yep, saya tulis secara impulsif banget, tepat beberapa saat setelah Jokowi mengumumkan jajaran kabinetnya.

Widiw, sekarang udah Oktober 2015, nih. Selama 365 hari ke belakang, saya ngapain aja ya? Hahahaha… Kok ya ternyata saya belum bisa bikin tulisan berdaya ledak ala mercon bantingan macem gitu *self puk puk*

Ini pentingnya instropeksi. 

Ada beberapa hal yang boleh jadi membuat kemampuan (atau kemauan?) saya turun drastis… Yap, dulu niiih, awal-awal blogging, saya sering  (sok-sokan) menanggapi isu politik, parenting issues dan sebagainya dengan kacamata yang “serious mode on”. Artinya, ketika bikin tulisan, saya beneran mencoba riset (via google, tentu saja), berpadu dengan diksi yang nggak alay, berusaha keras untuk sistematis, dan punya TARGET untuk bisa menembus media massa mainstream.

Sekarang?

Ummmm, mungkin…. ini mungkin loh yaaa.. karena saya udah mulai jarang baca buku dan lebih doyan majalah lifestyle, maka terjadilah pergeseran minat dan bakat. Isu-isu politik, somehow bikin saya “mati rasa”. Nggak ada greget, ataupun rasa kepo yang terpantik, ketika ada isu-isu yang (seharusnya) menarik untuk digali, dianalisis, kemudian dijadikan artikel opini yang (sebisa mungkin) menggelegar.

Saya dilanda malas 🙂 Akut.

Saya lebih suka mantengin review lipstik (Ouch!) review restoran, hotel, cafe, baju, dan hal-hal yang sifatnya…. nggak terlalu berat. Iya dong, lebih enteng bahas lipstik, ketimbang politik! *siap-siap dipentung biuti bloher heheheheh*

Sepertinya, saya harus mulai mengakrabi buku-buku serius lagi nih 🙂 Supaya daya nalar bertumbuh. Dan, at least, sekali dalam setahun saya bisa menulis opini lagi, yang “lebih menggigit” dan menyuarakan isi hati perempuan yang sependapat dengan saya.

Lanjut pertanyaan #6 ya. Which post continues to give? 

Errr, kamsudnya apa, diriku pun tak paham. Tapi, baiklah, ini mungkin maksudnya post yang “memberi lebih” kali ya?

Kalau “memberi lebih duit dan hadiah-hadiah” sudah pasti postingan untuk lomba dan job review, ya kakaaak 🙂 Lumayan laaah, bisa untuk nambah beliin SUSU buat sidqi, hihi… Nih bocah dalam sebulan bisa abis 4 dus yang 800 gram itu loh. Welehdeleh. Emaknya kudu lebih rajin lagi nih, mantengin kontes-kontes hahahaha 🙂

Tapii… kalau “memberi lebih” dalam artian “memberi ketenangan lebih pada jiwa saya sendiri” mungkin, postingan tentang Skizofrenia adalah jawabannya. Nggak tahu kenapa. Saya suka ‘ngilu’ baca tulisan ini. Berkisah tentang Wiwid, sahabat saya yang beribunda pengidap skizofrenia, tapi… keluarga mereka sungguh luar biasa!

Nyaris tak pernah berkubang keluh. Justru kian semangat menapaki hidup. O iya, salah satu ipar Wiwid adalah pengidap cerebral palsy. Dengan senyum lebar, plus paras yang begitu ceria dan bangga, Wiwid mengenalkan si ipar ke kami semua.

Dari Wiwid, saya belajar banyak.

Dia tak pernah mengajarkan saya arti bersyukur dan bersabar… Tapi, saya sudah dapat itu semua, setelah melihat langsung interaksi antara Wiwid — ibundanya yang skizofren — iparnya yang cerebral palsy.

Tak perlu malu. Tak perlu sedih. Tak perlu ngelangut. Syukuri saja. Nikmati. Sabarkan jiwa. Itu sudah cukup 🙂

Postingan tentang Wiwid ini berbuah 70 komentar. Tapi, ada postingan dengan komentar yang lebih banyak. Yes, apalagi kalau bukan tentang Bu Susi ituh 🙂 Saya panen 158 komentar, dan di-share lebih dari 1000 di akun FB. Thanks much… thanks much... Ini sekaligus menjawab pertanyaan #7 which post has the most comments. 

Sekarang, saya mau ubek-ubek buku lagi nih. Sekalian belajar banyak dari teman-teman bloggers yang sudah memproduksi banyak banget artikel brilian. Belajarnya disambi nyemil yak, biar nggak ngantuk, hihihi…. (oalaah mak, ngunu kok njaluk kuru 😛 )

HAPPY SATURDAY!

Nyaaaam :)
Nyaaaam 🙂

[Fiction] BIMBANG (part 7)

Follow me on twitter: @nurulrahma

Edisi sebelumnya: Salma lagi-lagi disergap rasa tak biasa usai mengirim email undangan pernikahan buat Arya. Tak lama kemudian, Tante Brin datang dari Pekalongan, bersama Raditya dan ibunya Radit. Ada apa sebenarnya?

Ibu melangkah gembira menuju ruang tamu. Parasnya demikian cerah. Mata beningnya berbinar. Ibuku selalu riang manakala ada tamu yang berkunjung ke rumah. Kalau dalam seminggu, tak ada tamu yang datang, maka Ibu akan merasa gelisah dan sibuk bertanya-tanya “Kenapa? Kenapa nggak ada yang namu ya?” Secepat kilat, beliau akan menggelar pengajian sederhana. Mengundang beberapa tetangga. Motivasi awalnya? Supaya ada yang bertamu ke rumah! Agak “ajaib”, eh?

Apalagi, ketika tahu bahwa yang datang adalah “tamu spesial”. Pake telor. Ha ha. Yap, calon menantu kesayangan sekaligus calon besannya.

“Mbak, kenalin ini ibu Susi Astuti, ibundanya Raditya….”

Tante Susi masih menunduk lemah. Bahasa tubuhnya menunjukkan perempuan paruh baya ini berada dalam kondisi tidak nyaman. ”Mbak Elly inget sama bu Susi?”

“Hah?! Inget gimana? Wong ini kan baru pertama kali aku ketemu sama calon besanku. Gimana, perjalanannya tadi lancar kan, dari Pekalongan? Surabaya puanaaasss ya Jeng…”

Setengah dipaksa, tante Susi berusaha mengukir senyum. Radit juga salah tingkah. Ada apa ini?

“Mbak. Masak Mbak Elly nggak inget sama sekali? Bu Susi? Clarke Quay? Singapura?”

Alis ibuku mengernyit. “Kamu ngomong apa sih, Brin?”

***

Cerita Sabrina dan Ibunya Salma, 23 tahun lalu

“Briiiiin….! Seriusan nih, gue kudu berangkat ke Singapore? Pegimane nasib Salma anak gue, Briiin.. Dia kan masih bayiiik. Ntar gimana nyusunya?”

“Ya elah mbak Elly….! Jangan kayak orang susah, napa?? Noh. Di toko-toko udah banyak yang jual susu formula! Buat bayi baru brojol aja ada.”

“Enak aja lo! Gue maunya nyusuin Salma sampe umur 2 tahun, Briiiin…Gue bakal sedih banget nih kalo kudu ninggalin Salma. Seminggu! Ya ampun, ibu macam apa gue, yang ninggalin oroknya…”

Mbak Elly mulai menangis. Doh. Ngimpi apa, Bang Ganjar punya bini macem doi! Labilnya gak ketulungan! Sejak zaman prawan ting ting, doi mupeng keliling dunia. Trus, semangat membabi buta ngajakin gue ikutan MLM. “Enakan ikut MLM ini nih… lo bisa ngedapetin kebebasan finansial! Bonusnya menggiurkan, dan lo bisa jalan-jalan keliling dunia….!” itu motivasi yang bikin kuping gue budeg saban hari. Ya wis. Walhasil, kami berdua—si sodara ipar yang sama-sama gahool to the max ini—berjibaku jualan barang-barang food container berbasis MLM. Nelponin temen kuliah-SMA-SMP-SD-TK *blaaah!!*, janjian presentasi, memprospek sampe berbusa-busa, pokoke gimana caranya, kita kudu dapat downline sebanyaaak mungkin! Duit, duit, duiiit, come to mama, hahaha…!

Kerja keras kita berdua membuahkan hasil. Gara-gara point yang super-duper-yahud, kami berdua dapat reward berupa East-Asian-Conference bagi para Top-Manager MLM di Singaporeeee…!! Yuhuuu, hepiii beraats neeiik! Untuk pertama kalinya dalam hidup, gue bakalan menginjakkan kaki di bumi Singapura. O yeah!!

Masalahnya adalah, kakak ipar gue a.k.a mbak Elly ini lagi punya orok. Kudu ngasih ASI. Galau kan? Mau ngajak Salma, jelas impossible. Tapi, eman-eman rasanya kalau kita nggak ikutan acara ini. Bukankah ini impian kita berdua, dari dulu kala?

“Toh, Bang Ganjar udah kasih izin kan mba? Ayolaah, kapan lagi mbak, kita ke Singapore gratisan?”

Mbak Elly memasang wajah sendu. Ia sibuk menyetok ASI perah di kulkas. Buat konsumsinya Salma, selama kita tinggal ke Singapore. Kalaupun kurang, aku yakin, Bang Ganjar dengan kesabaran lebih luas dari samudera, siap merawat Salma. Cuma seminggu kok.

***

Kami berdua baru saja melangkahkan kaki menuju Clarke Quay Singapore. Sambil menjilat-jilat es krim uncle Singapore yang, jujur aja, rasanya mirip es puter. Tapi, karena belinya di Singapore ya neiiik, jadi agak ngehits gituh, haha!

Lalu, duo wanita kece ini duduk-duduk dengan elegan di depan Singapore River. ”Gila yak, Singapore ini. Wisata sungai macam ginian aja, bisa larisss getoh! Mestinya di Surabaya bisa bikin kayak ginian dong ya.. ha ha ha….” Biasaaaa, kalo ada dua cewek lagi nongkrong, bisa dipastikan celotehnya adalah sibuk komentar ‘mestinya begini’ ‘harusnya begitu’.

Ketika es krim sudah nyaris tandas, tiba-tiba gue denger suara tangis bayi. Waduh.

“Brin, lo denger suara bayi nangis kan? Perasaan gue enggak bawa Salma deh.”

“Ya elaaah mbaaa… Emangnya bayi di dunia ini cuman Salma doang?”

Makin lama, tangis bayi itu kian keras. Samar-samar, gue ngeliat satu ibu-ibu yang masih muda banget, sibuk menenangkan bayinya. Ibu itu pakai baju yang amat lusuh. Mungkin udah berhari-hari belum ganti. Bayinya terus meronta. Tangis yang tak kunjung reda, ditambah tendangan yang dilakukan sekuat tenaga. Normalnya, manusia manapun pasti sebal jika diperlakukan seperti itu. Tapi, heiii… wanita itu ibunya. Ibunya. Ibunya. “Malaikat” yang mendampingi si bayi, bahkan sejak sembilan bulan, si bayi berada dalam perut ibunya.

“Sabar Naaak… Sabaaarr… Ini Ibu cari ayah dulu ya Naaak….”

“Oeeeekkk…. oeeekkkkk…..”

“Mbak. Kayaknya bayik itu sarapan toa deh. Nangisnya kenceng banget.”

“Huusshh, Brin! Lo tega amat. Eh, dari tampangnya sih, kayaknya doi orang Indonesia lho. Samperin yuk.”

Setelah ngobrol sejenak, terungkaplah fakta bahwa perempuan ini datang ke Singapore untuk bertemu suaminya, yang jadi TKI. Mungkin saking excited-nya pergi ke luar negeri, dia jalan agak jauh dari sang suami, daan…. mereka terpisah. Sedih. Masalahnya, doi ga pegang duit sepeserpun. Semua barang dibawa suami. Si ibu muda ini mumet nggak tahu mesti ngapain. Mau lapor polisi, takut ditangkep, karena paspornya juga di suami! Saking stresnya, ASI doi mampet, dan, bayinya haussss banget! Bagoooss.

“Oh. Kalo gitu, mbaknya tidur di hotel kami aja. Nanti coba minum ASI saya ya. Saya juga lagi menyusui, cuma bayi saya di Indonesia,” kata mbak Elly, cepat.

Aku menyikutnya. Sambil mengirim kode, “Mbak, are you sure? Pegimana jikalau, she’s a liar? Just create a sad story to get our money?”

Mbak Elly menggeleng perlahan. ”Bismillah. Allah pasti menjaga niat baik kita.”

***

Bayi itu dengan lahapnya menyusu pada Mbak Elly. Mata beningnya indaah sekali. Seolah ia ingin berkata, ”Makasih, tante. Aku udah nggak laper lagi. Tante cantik deh”

Mbak Elly mengelus pipi bayi tanpa dosa itu. ”Ganteng banget kamu, Nak. Yang kuat ya. Sebentar lagi, InsyaAllah ayah kamu dateng kok Nak.”

Gue ikut bahagia melihat pemandangan indah ini. Seorang ibu muda yang lagi ikut konferensi MLM, rela menyusui bayi-entah-emaknya-bohong-apa-kagak, dengan ikhlas dan menikmati banget! Seolah, bayi yang mengisap ASI-nya adalah anak kandungnya sendiri.

“Yang kenyang ya, nyusunya. Gapapa. Mbak tinggal ama kita di hotel ini. Saya bisa tidur satu kasur ama Sabrina. Mbak sama bayinya. Kita seminggu di sini. InsyaAllah aku bantu untuk cari suaminya yaa. O iyaaa… si ganteng pipi gembul ini namanya siapa?”

“Raditya, mbak. Raditya Abdurrahman.”

***

Kembali ke 2015

Persendian tubuhku rasanya prothol. Copot satu demi satu. Jadiii… Jadiii… Raditya?? Calon suamiku ini ternyata…??

“Raditya adalah saudara sepersusuan Salma. Sekarang, mbak Elly sudah ingat kan? Perempuan yang ketemu kita di Singapura 24 tahun lalu adalah mbak Susi. Ibu kandungnya Raditya. Seingatku, selama 7 hari, Mbak Elly terus-menerus memberi ASI pada Radit.” Kalimat tante Brin diucapkan dengan begitu halus. Namun, seolah mengirimkan ribuan jarum akupunktur tepat ke ulu hati.

Mata ibuku terpejam. Pelan, buliran airmata membasah di parasnya. Baru kali ini, ibuku menangis di hadapan tamunya. Di hadapan calon besan sekaligus calon menantunya.

“Maafkan saya, Mbak. Sebenarnya, kekacauan ini tak perlu terjadi kalau saya berani ngomong dari awal. Ketika Radit bilang bahwa ia akan menikah dengan Salma, dan ibunya bernama Elly Trisna Zubaidah, saya tahu persis bahwa ini adalah Mbak Elly, yang dulu menolong kami dengan begitu ikhlas. Saya tidak tega merebut kebahagiaan anak saya, saya tidak mau kehilangan kesempatan berbesan dengan perempuan semulia Mbak Elly… Sayaa… sayaaa… Astaghfirullah… Mbak Elly….”

“Astaghfirullaaah… Ibuu… Ibuuuu….Ibu kenapa Ibuuuu??”

Kalimat Tante Susi terpotong. Demi melihat ibuku yang tiba-tiba pingsan, kami semua terjebak dalam kepanikan mendadak. (b e r s a m b u n g)

PS: Apabila Anda ingin membaca #BIMBANG edisi sebelumnya, silakan klik: https://bukanbocahbiasa.com/category/fiction/