Who doesn’t love Doraemon? This Japanese character, a lovely robot cat that travels back in time from the 22nd century, is really popular around the world! I love every single thing about Doraemon. Especially its theme songs that always come up in my mind. La la laaah, I really really loove Doraemon…..
BEC challenge all the members with this superb question: For only one chance, what kind of tool you will grab from Doraemon’s magic pocket?
I choose “Anywhere Door”! Could you imagine how fantastic, when we really want to go somewhere, all we have to do is entering that “anywhere door” and voilaa….! We could say good bye to traffic jam, not to mention our fear a.k.a paranoid disorder when traveling by aeroplane, etc?
How cool is that?
And this question followed by another challenge.
What is my bucket-list traveling destination in 2015?
Turkey has been on my wish-list. I really like to see the sunrise over the beautiful Cappadecia valley, by riding Hot Air Balloon! It’s gonna be the most thrilling, exhilarating and adventurous moment. The operator will pick me up very early in the morning. I can feel the joyful (and a little bit scary feeling) when seeing the pilot navigate our hot air balloon. Weather plays a role in this super-duper-exciting moment.
Adam and Susan from pergi dulu once advise us to choose a great hot-air-balloon operator. Royal Balloon is very recommended. Because I have such love-hate-relationship with flying whatsoever, first thing to do is choosing the best vendor in hot-air-balloon experience.
We can read from its website, that ROYAL BALLOON – CAPPADOCIA is an ISO 9001 Certified Ballooning Company which operates Luxury & High Quality Balloon Flights in Cappadocia which separates us from the other Balloon companies. We are not a “mass” Balloon company with large amount of Balloons. We operate with minimum number of Hot Air Balloons to provide our passengers more Personalized, Comfortable and ROYAL Class Flight Service.
Sooo… this is for today! I’m super exciting while planning this spectaculer experience. Can hardly wait to fulfill the Hot Air Balloon form! And I’m asking Doraemon to give me a try, entering the “anywhere door”. Yayyy!!
Actually I want to post some pictures of mine, but… I feel so hesitate to publish here. Hahaha. So, right now, I just give some “expressing yourself” pictures, captured by my buddy.
Several days ago, Sidqi and I, plus Kang Erik’s family heading to Malang. While we take a break in Bakpao Telo, Lawang, Malang, he snapped some pictures of Aunty Lala, Ibad, and Sidqi.
There you go… :)) It’s how they express themselves!
Wanna join this challenge? Just click this and post your picture
Sebenernya, udah ada jadwal buat posting berbahasa Inggris di Blogger English Club (BEC). Temanya juga udah “manggil” banget. Tapiii, kok ya masih kebayang2 Madura yak? Jadi, maaphh buat para punggawa BEC. Sepertinya, Jumat ini daku kagak ngerjain PR dulu. Maaapph, maapphhh *sungkem ke Dani, mba Nita dan Mas Ryan* Sebagai gantinya, aku mau cerita2 soal traveling *jyaah* ke Madura, kemarin. Duile bu-ibuuu, cuman ke Madura ajah dibilang traveling *lempar bebek sinjay* *haus penggunaan kata ‘traveling’ di blog inih* Berangkatlah daku bareng 3 gelintir bolo plek ke Madura. Destinasi kita? Yaaa… karena bebek sinjay udah terlampau mainstream, maka kita plesir cuzzz menuju BEBEK SONGKEM. Weitsss, namanya unik yak? Yo’i broh,… karena karakter nih bebek emang ‘anti-mainstream’ bangets. Udah sering denger kan, hosip-hosip yang menyebutkan kalo bebek adalah TERSANGKA UTAMA MEMBLUDAKNYA ANGKA KOLESTEROL, ASAM URAT, dll-nya dalam bodi kita? Makan bebek bikin galau maksimal?? Nnnaaah…si bebek songkem ini udah paham kegalauan emak(s) semua. Sooo… dibikinlah menu bebek yang RENDAH kolesterol! Bahkan, tagline-nya JUARAAAA bangeeettss! Bebek Pilihan Para Dokter! Oh-yeaah! :))
Kenapa dinamai Bebek Songkem? Dalam bahasa Jawa, songkem sama artinya sungkem, sering dikaitkan dengan sungkem pada orang-orang yang kita hormati, seperti orangtua, kyai dan tokoh. Di setiap desa di Madura, minimal ada seorang kyai, yang dengan sukarela mengajari ngaji anak-anak desa tanpa digaji. Sebagai bentuk tanda terima kasih wali murid pada kyai tersebut, maka pada hari-hari tertentu, wali murid membawakan oleh-oleh spesial berupa bebek atau ayam. Bebek ini dimasak dengan cara dikukus tanpa air selama kuranglebih 3 jam dengan posisi leher dan kepala bebek ditekuk menunduk seperti orang sungkem. Sebagai ganti air, dipakai batang pohon pisang. Karena cara mengukus dengan menggunakan pohon pisang belum ada istilahnya. Nah, di kampung bebek songkem tadi, cara masak seperti itu diberi istilah “songkem”, karena masakan spesial ini khusus diberikan kepada kyai atau orang yan gsangat kita hormati. Bebeknya dibuat berposisi “nyongkem”. Piye rasane, Mak?? Enyaaaakkk…!! Ada aroma ‘entah-apa-sebutannya’ yang gak bakal kita temuin di masakan2 lain loh. Mungkin, itu berasal dari batang pisang (gedebog) yang jadi pendamping si bebek dalam menghadapi panas-membaranya api kompor nan bergejolak *jiyaah* Sambel mangganya dooong, juara..!! Yang paling asik dari makan di sini adalah, no worry deh, soal kolesterol dll-nya. Ini lumayan banget untuk mengobati hati yang gundah-gulana. Jadi, jadiii, mau kulineran bebek, tanpa digelayuti rasa bersalah? Yuk, cuzzz mareee ke : Bebek Songkem Pak Salim Jl. Raya Ketengan 85 Burneh Bangkalan Madura (031) 799.5523 0877.5092.0092 dll
Ini hari Rabu. Berarti…. waktunyaa…. Wellness Wednesdaaayyy, yaayy!!
Super takjub deh, setelah baca postingan emak2 keren : Mak Maureen dan Mak Rina. Doooh, apa kabar bodi gue yak? Ihiks. Eniwei, ketimbang terintimidasi *halah* dengan keajaiban dua emak itu, aku mau ambil prompt Challenges of creating new healthy changes ajah deh.
Eh iya, sebelum lupa nih. Buat siapa aja yang mau ikutan posting #WellnessWednesday ini, silakan cusss ke either blog Mak Maureen atau Mak Rina yak. Ada how to-nya kok. Yang lebih sip markosip lagi, setiap yang ikutan challenge ini, bakal dapat printable freebies! Dikirim langsung ke email kamuh! Iyah, kamuhh! Okeh kaan?
Balik lagi ke topik. PERUBAHAN untuk gaya hidup yang lebih sehat, sebenernya udah aku lakukan sejak tahun lalu. Persisnya setelah denger ceramah profesor dokter di momen sholat tarawih di Masjid. Satu quote beliau yang muaaakjleeeeb adalah:
MATI itu TAKDIR.
Tapi, BAGAIMANA KITA MATI itu NASIB.
Kita memang tak bisa mengubah Takdir Kematian yang digariskan oleh Allah.
Tapi, kita bisa MENGUBAH NASIB. Kita bisa menjauhkan diri kita dari PENYAKIT seperti DIABETES, JANTUNG, KANKER dan sebagainya. Dengan Apa? Dengan Mengubah POLA dan GAYA HIDUP KITA.
(kalo pengin baca artikel lengkap, silakan cuzzz di sini)
Nah lo, nah lo, nah lo.
Daan, walopun udah terposting di bulan Sept 2014, yang namanya semangat “menjadi sehat” itu emang rawan kempis melulu ye. Apalagi, sampe detik ini aku belum punya “partner in crime” yang bisa dijadiin temen berolahraga dan bergaya hidup sehat. Boro-boro ikutan klub lari. Enggak tidur lagi pasca sholat subuh aja, udah Alhamdulillah banget –> emak pemalas, hihi.
Makdarit, maka dari ituh, supaya gaya hidup makin sip markosip ada beberapa item yang bakal aku canangkan tahun ini. Apa sajakah ituh?
1. MENGURANGI BANGET NGET MINUM ES
Tahu sendiri kan, Surabaya ituh puanasseee alamakjan bangets! Yang namanya panas, kudu dilawan ama yang adem2 tho? Apakah itu? Yep, es degan… es teh… dan aneka es2 lainnya adalah superhero of the year buat arek2 Suroboyo. Nggak heran, saya ikrib dan nempel terus ama yang namanya kulkas. Sampe kemudian, saya baca soal diet blekros, yang intinya MENGHARAMKAN segala bentuk es! Duh, apa boleh buat… Mulai detik ini, saya talak tiga ama es-es dan segala turunannya! **etapi, kalo lagi pingiiin banget, ya rujuk lagi siy, hehe. Apalagi kalo pas ditraktir di resto. Dan ada menu cappuchino float. Duh, iman saya rontok :))
2. SENAM VIA YOUTUBE
Saban diajakin senam ke balai RW, dll, saya selalu punya excuse: Ogah ahh… aku kan jilbaban, ntar sumuk! Kalo kringetan, nanti rambutku berketombe. Males banget ih.
Thanks God ada inovasi mencengangkan bernama YouTube. Buat em(b)ak2 hijabers, no need to worry, kita tetep bisa senam dengan segala macam gaya, plus joget maksimal, tanpa kuatir aurat dilihat yang bukan mahram. Caranya? Search aja aneka video senam yang buanyaak bingits. Yang lagi ngehits sekarang, zumba ama pilates yak? Kalo saya, langganan cuzz ke video2 dengan lagu yang oye. Sambil senam, nyambi karaoke deh :))
3. MENGURANGI GULA, NASI PUTIH, DAN YANG MANIS2 DEH
Kapan hari saya curigaaa banget, dengan gejala diabetes yang (sepertinya) sudah bergejolak dalam tubuhku. Sempat tes gula acak, dan hasilnya emang bikin worried banget. Apalagi, saya ada keturunan diabet. Aneka gejala seperti : gampang ngantuk, gampang haus, sering pipis, duuuh ini semua mah udah checked di aku!
Mau gak mau, saya musti banyakin minum air putih ajah. Kemana2 bawa tumblr hadiah dari Starbucks untuk diisi air putih. Biar rada enak, saya minumnya air putih anget.
Itu dia, beberapa perubahan kecil, supaya insyaAllah bodi makin bugar dan okesip di 2015. Mumpung masih awal tahun, brooo… Kudu disiapin dari sekarang segala (what-so-called) resolusi dan pegimane mencapai target2 yang udah ditetapkan.
Yuk, ahh… Sama2 kita ber-#WellnessWednesday!
Funny story from the gym
Why I love my body
What do you think about detox? Share your experience
Edisi Sebelumnya: Momen akad nikah Salma dan Raditya kian dekat. Hari-hari Salma diisi dengan kesibukan menyipkan aneka persiapan jelang ikrar suci. Memilih gaun pengantin, berkoordinasi dengan pihak wedding organizer, pesan gedung, catering, dan sebagainya. Termasuk mengirimkan undangan. Pertanyaannya, apakah Arya masuk daftar tamu dalam tasyakuran (resepsi) pernikahan ini?
Ibu bertanya pelan. Nada suaranya amat lunak. Seolah-olah, Ibu tak lagi menganggap Arya adalah ‘duri’ yang harus dienyahkan sesegera mungkin dari lubuk hati putri kesayangannya. Entahlah. Terkadang, semakin kuat kita berupaya mengeliminir nama seseorang, maka semakin deraslah memori-memori yang berlompatan, tanpa mengenal jeda.
“Arya… sepertinya lagi di Eropa, Ibu. Dia ada urusan kantor. Sama, kalo nggak salah, mau ngurus beasiswa.”
Ibu berdecak kagum. ”Itu anak, emang luar biasa ya? Semangat duniawinya menakjubkan.”
Apa ini perasaanku saja, tapi aku menangkap nada ‘nyinyir’ dalam kata ‘duniawi’. Seolah-olah ibu menganggap, apapun yang dilakukan Arya selalu berorientasi duniawi. Padahal? Hati orang, siapa yang tahu?
Aku tersenyum sambil menggigit bibir. Ciri khasku, ketika tengah kalut, itu yang dibilang Arya suatu ketika. Tanganku menggenggam satu undangan dengan begitu kuat. Rencananya, surat ini mau aku scan, lalu aku email ke dia. Tapi, pertanyaannya, apa iya Arya harus masuk daftar tamu?
***
Assalamualaikum, Arya. Apa kabar? Masih di Eropa ya? Kapan balik ke Indonesia? Nggh, gini. Aku mau undang kamu. Ke acara kawinanku. Datang ya. Ini undangannya aku lampirkan. Thanks.
Kirim… enggak… kirim… enggak. Duh. Susah amat jadi manusia dewasa? Ngirim undangan aja maju-mundur. Aah, bodo amat deh.
Tapii, kenapa surat ini begitu datar dan straight to the point? Tidakkah ini terlalu ‘kasar’? Oke, oke. Aku edit bentar deh.
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh,
Buat Arya, saudara seiman yang dirahmati Allah.
Apa kabar, Arya? Semoga Allah senantiasa memberikan limpahan rizki dan keberkahan untuk engkau. Seorang mukmin yang begitu giat mencari ilmu maka malaikat mengepakkan sayap pertanda ridho kepadanya. Sungguh, aku salut akan semangat, kerja keras dan cerdas yang engkau lakukan. Agama ini butuh sosok seperti dirimu, Arya. Semoga Islam makin jaya dengan hadirnya generasi emas, yang siap menunjukkan pada dunia, bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.
Seperti yang sempat saya singgung, insyaAllah saya sudah bertemu sosok yang menjadi imam kehidupan. Namanya, Raditya. Ia laki-laki baik dan bertanggungjawab. Kami sudah melalui proses ta’aruf yang insyaAllah cukup memantapkan hati. Maka, dengan ini, saya sebagai saudara seiman, mengundang engkau untuk datang ke tasyakuran pernikahan kami. Semoga, pada hari akad nikah, engkau sudah berada di Indonesia.
Terima kasih sudah menjadi teman terbaik bagi saya. Di lubuk hati yang terdalam, saya yakin, Allah selalu mempersaudarakan kita semua, di dunia hingga di akherat kelak.
Wassalam,
Salma.
Tombol send… mana tombol send…. wait! Kenapa emailnya melankolis gini? Duh. Ini apa-apaan? Pakai bawa Islam rahmatan lil ‘alamin? Arya kaaan, alumnus Oxford? Mana peduli dia dengan Islam-Islaman macam gini? Apalagi, Ibu juga bilang, Arya sangat duniawi-oriented banget.
No… noo…. ntar dia GR lagi, dapat email ginian. Dikiranya aku masih ngarep. Gak bisa move on. Idih, no way!
Baiklah. Aku tulis surat yang lebih simple aja lah.
Assalamualaikum.
Hai, Arya. Gimana kabar? Makin membahana aja yak, karir dan kuliah kamu. Siiip, siip. Really proud of you, bro J Eh, btw, aku mau merit loh. Dateng yak. Udah, dateng ajaaa. Ini undangannya aku attach. Awas lo, kalo kagak dateng. Hehehe
Wassalam
Message Sent
***
“Salma. Punya akun skype kan? Skype-an sebentar yuk. Ada yang mau aku obrolin. Gak lama kok. 10 menitan.”
Yaaaaaa… dia ngajak skype. Aku kudu piyee? Oke, Salma. Tarik napas. Inhale…. exhale… inhale… exhale… Bismillah. Sekaliii ini aja. Sebelum aku jadi istri orang.
“Assalamualaikum, Arya.”
Nada suara aku bikin nyantai, rileks, dan sok girang. Padahaal…
“Waalaikumsalam. Kamu tahu nggak, aku lagi dimana?”
Kuamati background tempat Arya ber-skype. Ada bangunan mblenduk di belakangnya. Bertuliskan “Allianz”
“Masya Allah…. Kamuuu… Kamuuuu… di Allianz Arena! Bayern Muenchen! Ya ampuuun…!” Refleks aku membelalakkan mata. Ini kaaan, mimpi aku dari duluuu…!
“Hehehe… Guten Morgen, Ich bin in der Munchen.”
“Hiiihhh, Arya jahaaat…!”
“Hahahhaa…!”
Aku tahu, dia pasti sengaja melakukan hal ini. Sengaja bikin aku sakit hati, dengan sok narsis bin eksis di depan stadion ini. Dia tahu banget kalau aku ngefans sama gaya permainan tim panser Jerman. Sudah dari duluuu banget, Jerman masuk wish list untuk destinasi traveling. Sampai detik ini, impian itu tak kunjung tercapai. Dan, Arya?? Huh, nggak sopan banget dia!
“Kamu sengaja pamer kan? Bikin aku sakit hati banget tau gak. Huh! Alesan pake ngajak skype-an segala.”
“Hahaha…. Sabar, Salma. Calon pengantin harus sabar dong. Nggak boleh sering cemberut, apalagi marah-marah. Ntar tamunya pada ngibrit lo. ”
Mak klakep. Selalu begitu. Arya selalu punya jurus jitu untuk membuat nyap-nyapku berhenti seketika. Dia juga selalu pegang kendali untuk mengarahkan ke mana obrolan kami bermuara.
”Nggh, kamu udah baca email yang aku kirim kan? Gimana, bisa dateng nggak?”
“InsyaAllah. InsyaAllah, aku datang…pas banget, tanggal segitu aku insyaAllah udah ada di Surabaya. Ada acara sama salah satu non government organization di sana.”
Sejak kapan Arya jadi sedemikian religius? Dalam satu tarikan nafas, ia menyebut kata ‘insyaAllah’ sebanyak tiga kali. I know him very well. Nggak biasanya, dia begitu royal menebar kosakata Islam.
“Oh, Alhamdulillah kalau gitu. Kirain kamu terlalu sibuk, ngurus kerjaan sama MAIN SEPAKBOLA di ALLIANZ ARENA.”
“Hahahha… udah dooong sewotnya. Banyak yang bilang, sebelum nikah, manten itu ngadepin banyak ujian. Rentan bikin stres. Jangan sampai kayak gitu ya. Pokoknya kamu harus ikhlas menikah, karena Allah. Tunjukkan kalau keputusanmu untuk melangkahkan kaki ke jenjang pernikahan, karena kamu taat akan perintah Allah dan tuntunan dari Rasul.”
“O my! Ini beneran Arya yang ngomong? Kok kamu jadi kayak Aa’ Gym kw super gini?”
“Ini kayak bukan Arya banget. This is sooo not you.”
“People do change, Salma. Rugi amat kalau sampe detik ini aku begini-begini aja. Terus mengejar pada dunia yang bagaikan minum air di lautan. Semakin diminum, rasanya semakin haus kan?”
“Nggh, maksud kamu?”
Arya berganti posisi. Ia berdehem sejenak, lalu menghembuskan napas perlahan. Tampak, balon uap ala-ala semburan napas orang-orang di Eropa.
“Begini. Sejak kuliah di Oxford, aku gabung di semacam lembaga kajian keislaman lokal. Ada ustadz yang menyemangati aku untuk terus aktif di forum ini. Apalagi, tahu sendiri kan, beberapa masyarakat masih punya stereotip buruk terhadap Islam. Beberapa, bukan semua. Nah, kami-kami yang masih muda ini ditugasi untuk membimbing mualaf, lalu charity ke panti jompo ke tempat orang-orang nggak mampu. Semacam itu. Dan, aku makin bangga jadi orang Islam…”
Oh. Apa karena itu, kamu sama sekali nggak mengontak aku, selama tinggal di Inggris?
“Nah, masalah jodoh dan sebagainya juga kerap dibahas di kajian. Tadinya aku juga sempat protes, kenapa kok aku tak bisa berjodoh dengan perempuan yang aku mau? Lalu aku mencoba menenangkan diri. Bahwa, tidak semua hal yang menurut kita baik, adalah hal yang juga baik di mata Allah. Kita tidak pernah tahu, bagaimana rahasia yang sedang dipersiapkan Allah untuk kita. Karena itu, aku belajar untuk ikhlas. Dan mendoakan saudara seimanku yang sedang berusaha menyempurnakan separuh agamanya…”
Buru-buru kupencet tombol sign out. Lalu kukirim pesan pada Arya, lewat emailnya. “Maaf, lagi fakir bandwith. Gak bisa skype-an lagi. Makasih ya. Salam buat Joachim Low.”
Aku mengetik sembari menahan derasnya air mata, yang tak bisa kubendung. Plus, perihnya hati yang demikian mengiris.
***
“Salmaaaa…” suara cempreng terdengar lagi. Itu kan, suara Tante Brin? Loh, dia udah balik dari Pekalongan? Sama Raditya juga? Dan, siapa itu? Seorang perempuan berwajah teduh, yang selalu menundukkan pandangan.
“Eh, tante… Masuk, masuuuk… Engggh, monggo, silakan masuk, tante…” aku berkata pada di perempuan berwajah teduh itu.
“Ini ibundanya Raditya. Ada yang ingin kita bicarakan. Penting. Pake bingits. Ibu kamu mana?”
“Ada. Bentar ya, aku panggil bentar. Monggo, monggo…”
Aneh. Ada sesuatu yang aneh. Wajah Radit begitu tegang. Sementara ibundanya tampak begitu layu. Entahlah, ada apa sebenarnya? (b e r s a m b u n g)
Menjadi sehat, bugar, punya bodi kekar ala-ala Agnesmo ((omaigaaat, kenapa doi??)) emang bukan perkara gampang. Kudu punya semangat, persistensi, dan tekad kuat membara biar tercapai itu semua. Tapiii… hey, nothing is impossible in this world. The word itself called I’m possible, eh? 🙂
Makdarit, maka dari itu, aku menantang diri sendiri buat ikutan Wellness Wednesday bareng dua blogger emak2 ketjeh (plus skill bahasa Inggris yang soo….awesomeee! bikin minder bin jiper laaah) Scoops of Joydan CuteCoconut.
Seyogyanya sih, pakai bahasa Inggris ya bu ibuk, apalah daya, otak eikeh udah kegerusss buat ikutan BEC-nya Dani and the gank ama yeah, you, know, mau sok-sokan ikut photo challengegetoh.
Supaya tidak terjadi kram-otak ((bleeeh)) postingan kali ini pakai bahasa Indonesia tercintah aja yaa… hehehe…
Ada beberapa prompt yang ditawarkan untuk episode 14-18 Januari. Hmm. Ketimbang cap-cip-cup milihin prompt mana, mending aku bahas atu-atu deh ya. Oke, let’s gooo..!
Do you meditate? What do you think of meditation?
Apakah sholat termasuk meditasi? Jika iya, maka itu yang selama ini saya lakoni. Belum pernah ikutan yoga, dll sih. Tapi, berdasarkan otak cethek saya ini, meditasi itu sarana untuk “menenangkan jiwa” kan ya. Dalam sholat (yang dilakukan dengan baik dan benar sesuai syariat) kita dituntun untuk bisa mencapai what they called (sort of) meditation gitu deh. Karena kita berpasrah banget nget dan “berkomunikasi” dengan Sang Maha Segala. Beberapa gerakan dalam sholat juga beti-beti alias beda tipis ama yoga kan ya? Kayak posisi sujud dan ruku’. Itu dua posisi yang pasraaaah banget. Menandakan bahwa kita makhluk yang lemah, tak berdaya, dan kalo detik ini juga nyawa kita dicabut, maka… yuk dadah bubbye aja deh :))
Inner peace, describe them
Hmm, Beraaat nih. Tau ndiri lah ya, dunia makin acakadut macem begindang… plus aneka tagihan itu loooo, kok ya nari2 di depan mata **kekepin bon-bon listrik, PDAM, dll**
Kalau kayak gini, saya jadi inget, quote “inner peace” yang ada di pilem Kungfu Panda. Yuk, dibaca sambil: Inhale… exhale…. inhale… exhalee….
Share your healthy living goals
Berat Badan Turun sampai (paling tidak) ke angka 57 at the end of this semester!
Seminggu belakangan ini, saya flu beraaatss! Kayaknya ketularan temen kantor. Walhasil, saya ngedoprok aja di kasur, kirim tugas2 kantor dari rumah. Slogan “Ngantor pakai kolor” saya terapkan dengan maksimal, daan… enak bingits yak, ternyata? Isiiisss… suejuuuk gitu lo, ngantor pake kolor, hahahah.
Nah, gegara flu berat, ada blessing in disguise. Nafsu makan saya (tumben-tumbenan) drop sampe ke titik nadir. Gak nepsong makan apapun ituh! Breakfast and dinner kelewaaat mulu, daaan… timbanganku tercintah menunjukkan angka 65! (((Tadinya 69-70 gitu)) Muaaaach, muaachhh :)))
Etapiii kalo dipikir2, kasian banget ya eike, rela “membarter” kesehatan tubuh demi 4-5 kilo eliminasi berat tubuh? Padahal, timbangan turun belum tentu berkorelasi dengan sehat. Huuumppt. Jadi, pada intinya, aku pengin tetap Segar, Bugar, Sehat tralala trilili dengan makan makanan bergizi, ngurangin karbo, tetap workout dengan hepi. Daaan, bodi ala-ala Agnezmo ((oh, dia lagi, dia lagi, plis dweeeh)) hahahaha, nope. Pokoknya bodi dan jiwa yang sehat dan bugar bukan mimpi belaka!
What’s your favorite workout song(s)?
Yuhuuuu kok tau bingits kalo aku suka nyanyik2 sambil workout sihh? Apa semua manusia di jagat bimasakti juga mengalami hal yang sama? Well, aku sukaaaaa banget ama ROAR-nya Katy Perry. Love, love, loveeee…!
What’s inside your gym bag?
Aye kagak pernah nge-gym, mpoook… Dulu kalo lagi business-traveling (dibayarin kantor, ofkoorss) beberapa kali, masuk gym. Tapi yaaa… sekedar iseng2 nyobain treadmill, dll gitu, tanpa persiapan yang memadai.
It’s a WRAP…! Semoga dengan sharing ina-inu seputar Wellness Wednesday bisa bikin kita makin mantap jaya buat menjadi makhluk di muka bumi yang makin peduli kesehatan, kebugaran dll-nya. Kita juga ngerasa punya temen yang bisa saling menguatkan dan nyediain bahu buat bersandar kalau malesnya mulai kumat. Hap, hap, haaap… Semangaaattt… Salam olahraga…!
In response to The Daily Post’s weekly photo challenge: “Serenity.”
I have a special-relationship with beach. Especially Pacitan beaches, because my mom was born and raised in Pacitan.
One of my favourite beach is Pidakan Beach. This less-crowded beach could be a “healing-theraphy-spot” for all of us, citizens of big city that always trapped in a “never-ending-business” every single day. Hear the wave…. Feel the breeze… I find my serenity here…
Pidakan is a Javanase phrase for “stepping up”. Maybe because we can find so many gravel here. It can be used for “feet theraphy”. A lot of people who came there believe, those gravels has significant impact for preventing our bodies and health.
This is my serenity. What about you? What is your serenity?
Ini adalah cerita remaja bersambung. Anda bisa mengikuti part 1,2,3,4 di sini
Edisi Sebelumnya: Semakin hari, Salma kian mendapatkan beragam ‘clue’ bahwa Raditya adalah jodoh terbaik untuknya. Ayah-ibunda pro-Raditya. Begitu pula dengan beberapa famili Salma. Bahkan, para om dan tante mendesak Salma agar akad nikahnya dimajukan. Kemudian, datanglah Tante Sabrina—salah satu tante ‘gaul’ yang amat akrab dengan Salma—yang juga turut mendukung nama Raditya.
“Salmaaa…. Salmaaaa…. ups. Lagi ‘girls talk’ sama Tante Sabrina ya? Ya udah. Sekalian aja ya, kita bahas di sini. Ini lho, nduk, ibu udah cariin wedding organizer untuk kamu. Gedungnya insya Allah di Hall An-Nuur. Trus, kateringnya juga udah ibu cariin. Sekarang, kamu pilih, mau pakai gaun pengantin yang mana? Ini udah dibawain sama Jeung Melati, yang punya wedding organizer. Ayo, dilihat… Trus kamu coba ya? Brin, kamu juga kasih masukan dong, buat Salma?”
Ibu memberondong laksana meriam confetti yang tak kenal kata berhenti. Pagi hariku yang cerah ceria berganti warna. Aku menghembuskan napas. Berat. Tante Brin melirikku penuh arti. ”Ayo, bride-to-be, coba dilihat tuh kebayanya… Eh, ada nggak, yang model Anne Avantie?”
“Husshh!! Emangnya Salma cewek apaan???” ibu mendengus sebal. ”Aku cuma cariin kostum yang syar’i. Walaupun jadi pengantin, Salma nggak boleh kehilangan identitasnya sebagai seorang muslimah. Aurat harus terbungkus rapat. Nanti, make-upnya juga kudu soft. Pulasannya nggak boleh tabarruj alias dandan berlebihan. Aku maunya, wedding Salma nanti kayak Oki Sektiana Dewi. Semua serba Islami, hijabnya juga panjang menjuntai…”
“Wohooo… how cool is that, Salma darling?? Musiknya timur tengah juga dong, Mbak? Waw, enggak sabar deh, pengin lihat wedding of the year! Sini, sini… aku bantuin pilih kostum yang cucoook buat lo, saay… Wuits.. ini warnanya putih-putih ala Kate Middleton… Whoops, ada yang shocking pink, keren bingits nih! Etapi, gue juga kudu lihat potonya Raditya siiih, gue kudu tahu dia oke apa kagak pake baju macem begindang… Lo ada potonya Radit??”
Pagiku terasa begitu berisik. Dua manusia dewasa menghujaniku dengan rangkaian kata yang tak kenal kata jeda.
***
Tante Brin sibuk melihat akun Facebook Raditya Abdurrahman. Mata belonya memandang tajam, dari satu foto ke foto yang lain. ”Nih bocah kagak ada narsis-narsisnya blas! Mosok setiap foto selalu barengan ama temen-temen SKI-laah.. temen kajian-laah… Muke die kan kagak jelassss! Pegimane gue bisa tahu kalo tampang doi bisa cocok dengan baju mantennya?? Arrrghhh!!”
“Ya udahlah tantee.. Kemungkinan besar, akhi Radit juga pasrah bongkokan kok, dengan kostum apapun yang bakal dia pakai. Asal, jangan pakai kostum Teletubbies aja…”
“Garing banget sih lo!”
Aku ngikik melihat tanteku sewot. Lumayan… keberadaan Tante Brin paling tidak bisa menjadi “hiburan” untuk hatiku yang tengah terhimpit. Yap, terhimpit sebuah kenyataan, bahwa hari terus berjalan, dan detik tak pernah melangkah mundur… Lah, kayak iklannya AADC-Line yak?
Hehehe… Baiklah, harus aku akui, bahwa aku dilanda stres level dewa. Aku akan menikah dengan laki-laki yang belum bisa menerbitkan rasa apapun di hati. Dan, dengan berat hati, aku harus segera melepaskan jerat seorang pria yang telah menjadi pemicu detak jantung ini. Loh, sekarang kayak lagu “Pemeran Utama”-nya Raisa, hahaha… #heavy-stress-detected
“Salma!!”
Jus stroberi yang hendak kuteguk mendadak muncrat. “Apaan sih, Nte? Jangan bikin kaget, napa?”
“Aku mau nanya nih. Ini serius. Banget. Ini fotonya siapa?”
Aku lihat foto seorang perempuan yang ada di akun Raditya. Ia tengah menggendong seorang bayi—mungkin berusia sekitar 8 bulan—dengan latar belakang Merlion, patung singa khas Singapura.
“Oooh… ini ibunya Radit… Dulu, pas Radit bayi, sempat diajak bapak-ibunya kerja di Singapura… Kalau nggak salah, bapaknya kerja jadi semacam TKI gitu lo, Ntee.. Nah, ibu dan anaknya juga diajak…”
“Waktu lamaran kemarin, ibunya Radit ikut ke sini?”
“Nggak, nte. Lagi nggak enak badan katanya. Yang kesini ayah Radit ama paman-pamannya gitu. Kenapa sih?”
“… nggh… lalu, apakah mereka sempat terpisah? Waktu di Singapura?”
“Enggak… enggak apa-apa…. Aku cuma, nggh… ehhh, si Radit itu aslinya mana ya?”
“Pekalongan. Kenapa nte?”
“Oh, Pekalongan yak? Wah, pas banget nih… Beberapa temen aku pesen batik asli pekalongan. Mungkin, kalo aku langsung kulakan di sana, bisa dapat corak dan harga yang sip! Eh, kasih aku nomornya Radit dong.. Aku mau nanya-nanya ke dia, soal sentra batik Pekalongan…”
Aku mengambil ponsel perlahan. Pandangan mata Tante Brin masih belum beranjak dari akun FB Raditya. Hmm, kok, firasatku mengatakan, tante favoritku ini merahasiakan sesuatu ya?
***
Dua hari kemudian. Di kantor wedding organizer.
“Iya Jeung Melati… ambil yang soft pink aja.. Nanti, manten lakinya pake baju merah marun itu loo.. Kan udah senada tho yaaa.. Iyaaa… calon mantu saya itu guanteeeng, jeung, hehehe… Sholiiih lagii, mohon doanya ya jeung…“
“Putrinya Jeung juga ayu tenan kok. Wajahnya aristokrat, ala-ala putri kerajaan gitu, ya mirip ibundanya tho…”
“Waduuuh, jeung Melati ini, bisaa ajaa kalo bikin GR pagi-pagi, hihihi.. Jangan lupa ya jeung, ntar make-upnya soft aja.. O iya, undangannya dibikin warna pink soft juga yaa… Gelarnya Salma dicantumin juga aja… Raditya juga… Kan udah kuliah susah-susah, mbayarnya mahal, eman-eman tho kalo gak dicantumin…”
Untuk kali pertama, aku angkat bicara dalam obrolan rempong ini. “Nggh, maaf Ibu. Untuk gelarnya, Salma rasa, lebih baik nggak perlu dicantumin…”
“Lho? Kenapa? Kan biar tamu-tamunya ibu tahu, kalau kamu itu sudah lulus dari kampus Fakultas Ekonomi! Cum laude lagi. Kalau perlu, IPK-mu ibu taruh di undangan juga lo. Ibu juga ingin menghormati keluarga Raditya. Mereka kan bahagia, kalau gelar anaknya dicantumkan di undangan. Sarjana Elektro! Kamu kira gampang kuliah di elektro? Wah, praktikumnya beraaat! Berdarah-darah loh, perjuangan di kampus itu…”
“Maaf, Ibu. Sekali lagi, Salma minta maaf. Kalau dalam dunia pendidikan atau pekerjaan, mencantumkan gelar akademis memang masih relevan. Tapi, ini kan masalah personal. Sebuah tasyakuran pernikahan yang tidak ada urusannya dengan gelar kami. Apakah kami sarjana Ekonomi, atau elektro, sama sekali tak ada kaitannya kan?”
”Haduuuh, Salmaa… kamu ini! Udahlah, kamu manut aja sama Ibu… Ibu udah cukup makan asam garam dengan hal beginian… Kemarin Pak Prayit waktu nikahin anaknya juga nyantumin gelar kok.. Biar tamu-tamu juga tahu, bahwa orangtua kalian sungguh-sungguh berjuang, ngabisin duit banyak untuk kelulusan kuliah kalian..”
“Ibu. Bukan maksud Salma tidak menghargai pengorbanan yang Ibu berikan. Sungguh, Salma sangat-sangat berterima kasih atas semua yang sudah Ibu dan Ayah berikan. Tapi, kita haruuus berhati-hati Ibu, jangan-jangan apa yang kita inginkan untuk mencantumkan gelar di undangan , adalah sebuah bisikan hati yang berujung riya’? Karena riya’ itu menelusup dengan begitu lembut… dan, terkadang kita tidak merasakannya… Ibu yang mengajarkan kepada saya untuk selalu berhati-hati dengan hati. Niat kita harus lurus. Harus ikhlas. Nggak boleh ada ujub sedikitpun. Salma ingin kita berdiri kokoh di prinsip itu.”
***
Baju pengantin, checked. Perias manten, checked. Gedung, checked. MC, pagar bagus, pagar ayu, nasyid yang isi acara, checked. Dokumentasi wedding, checked. Catering, checked. Undangan, checked. Dan, Alhamdulillah, ibu setuju untuk tak mencantumkan gelar. Pfff, lega…!
Sekarang, tugasku berikutnya adalah, mencetak daftar tamu. Duh, duh… banyak bingits yang mau diundang Ayah-ibu… Daftar namanya 500! Masya Allah…
“Itu aja masih banyak yang belum diundang lho, Nduk.. Duh, gimana yaa… Kalau temen-temen ibu yang gak diundang pada protes.. Ya udahlah… tawakkal aja…”
Aku memijit punggung tangan ibu. Pernikahan putri tunggalnya ini rentan menerbitkan stres kecil. ”Santai saja, Ibu. InsyaAllah, Salma print-kan nama-nama undangan ya? Nanti, Salma minta bantuan teman-teman untuk mengirimkan.”
“O iya, jangan lupa, Raditya juga kamu tugasin untuk kirim-kirim undangan juga…”
“Siaap, Ibu… insyaAllah…”
“Siiip… eh iya… ibu baru keinget nih. Arya, kamu undang nggak?”
Nama itu lagi. Arya. Aku terkesiap. Mataku nanar, seolah menyaksikan sekelebat penampakan yang tiba-tiba datang.(b e r s a m b u n g)
When was the last time I do something for the first time?
When was the last time I have the courage to DREAM?
I don’t know. Oh my… Suddenly I realize that for a loooong time, I only live my life in “auto-pilot” mode. Never put any design, moreover wildest dream on it. Poor me.
Until I found this video on youtube. Ladies and gentlemen, please welcome… Susan Boyle…!!
So many times we heard the adagium “Don’t Judge a Book by its Cover”. What did we do to Boyle? All of us—I’m quite sure about this—will underestimate her, because she’s too old, not pretty nor slim (sexy) enough and she has no “star quality” to become a pop-singer.
And, Boyle’s appearance in that talent show fired us! She nailed it! **agnezmo style, if you know what I mean** She also makes her wildest dream comes true :))
So, how about me?
After thinking and elaborating so many ideas, I still have the obsession to have a round the world trip, with my kiddo, Sidqi. Truly inspired by backpackology, a Javanese young mommy, who always spending quality time with traveling in a very unique way. Also, Miss Trinity that inspires me to travel a lot, more and more.
So here we are.
In my wildest dream, Sidqi and I will travel a lot… We become a “lonely-planet-ambassador”…. and some billboards having our pictures as their advertorial for international brands!
Silakan dibaca dulu ya, Mak. Setelah me-reply dan menyatakan akan mematuhi tata tertib member KEB, Emak akan diapprove sebagai anggota group Kumpulan Emak Blogger.
Apabila Emak tidak membalas pesan ini dalam jangka waktu 7 hari, permintaan Emak untuk bergabung di group KEB akan dihapus dan dianggap batal.
Untuk kenyamanan semua member group, mohon diperhatikan aturan dan tata tertib berikut ini. 1. Member group Kumpulan Emak Blogger, selanjutnya disebut member KEB, adalah semua PEREMPUAN Indonesia, tanpa batasan umur dan status pernikahan, berdomisili di dalam dan luar negeri serta WAJIB mempunyai dan menulis di blog.
2. Member yang baru bergabung WAJIB memperkenalkan diri dan blognya di wall group dan men-tag salah satu Makmin KEB.
3. Mendaftarkan blognya di dokumen Daftar Blog KEB 2.
4. Silakan saling berdiskusi di wall group tentang blogging, penulisan dan dunia perempuan. Dilarang menulis dan menyebarkan status yang berkaitan dengan SARA dan memicu perdebatan.
5. Group Facebook KEB bukan group bisnis dan tempat berjualan. Member yang memiliki blog bisnis boleh share link blog bisnisnya di wall group HANYA pada hari Sabtu atau Minggu dengan meminta ijin/tag salah satu Makmin KEB. Silakan pilih salah satu hari. Apabila sudah share link di hari Sabtu, tidak diperkenankan share kembali di hari Minggu. Share bisnis/usaha yang diperkenankan adalah share LINK BLOG bukan share link akun Facebook yang digunakan untuk bisnis. Dilarang share foto produk dan men-tag member group KEB yang lain.
6. Promo kuis, event atau undangan, dan lain-lain, yang TIDAK ADA hubungannya dengan aktivitas ngeblog dan menulis HANYA diperkenankan pada hari Sabtu dan Minggu dengan persetujuan dari Board KEB. Silakan menghubungi Makpon Mira Sahid, MakRT Sary Melati dan Makpuh Indah Julianti terlebih dahulu sebelum posting di wall.
7. Promo dan info event/acara/lomba menulis online dan offline yang bukan diselenggarakan oleh KEB, silakan langsung tambahkan infonya di dokumen Info Lomba Menulis, Giveaway, dan lain-lain.
8. Setiap member KEB sebaiknya proaktif mengetahui dan belajar tentang ETIKA dalam menulis, ngeblog dan berinteraksi di dunia maya, antara lain yang paling penting adalah tidak copy paste tulisan dan foto tanpa mencantumkan sumber aslinya.
9. Jika mengikuti sebuah event atau kegiatan lomba yang mengatasnamakan KEB, wajib berkoordinasi dengan Makmin. Hal ini bertujuan untuk tetap menjaga keselarasan visi dan misi KEB, termasuk penggunaan nama KEB dalam social media manapun (twitter, facebook dll)
10. KEB tidak bertanggung jawab jika ada sebuah kegiatan yang diikuti oleh individu dengan mengatasnamakan KEB dan mengakibatkan hal-hal di luar kendali.
11. Apabila ada yang ingin ditanyakan, Member bisa menghubungi Makmin melalui wall group, inbox Facebook, atau email ke emak2blogger@gmail.com
12. Selain Board, dilarang mengedit aturan dan tata tertib ini.
13. Aturan dan tata tertib ini mengikat dan berlaku untuk semua Makmin dan member Kumpulan Emak Blogger dan bila ada perubahan akan diberitahukan lebih lanjut.
Selamat bergabung di group Kumpulan Emak Blogger. Terima kasih dan selamat berbagi
Sary Melati, MakRT
Wokeh, thanks lot Mak Sary….
Widiiih, ternyata saya udah setahun lebih loh, gabung di KEB alias Kumpulan Emak Blogger. Rasanya? Hepiiii beraaat! Dari segambreng komunitas blogger yang saya ikuti, KEB adalah the one and only yang berhasil memenangi hati saya. *ciyeeeh. Enggak tahu kenapa, rasanya krasan bin betah gitu loh, bisa join dan ber-hahahihi sama seluruh member KEB.
Bayangin, hingga postingan ini dibuat, ada 1.747 emak yang jadi member KEB! Uwooo banget kan? Yang lebih bikin salut lagi adalah, para board KEB (makpon, makmin, makpuh, dll) bener-bener “mengayomi” para emak dengan segala keunikan masing-masing.
Nyaris enggak ada “drama” berlebihan yang kita temukan di forum diskusi KEB. Rata-rata para emak sudah bisa “mengendalikan diri” supaya menjaga iklim grup tetap kondusif. Harus banget ituh. Emangnya kita enggak capek ya, dengan segala “drama” yang ada di luaran sana?
Bersama KEB, buanyaaaak banget ilmu yang saya dapatkan. Barengan KEB, saya punya “Sahabat Baru” yang–walaupun belum pernah ketemu–sigap main-main dan ninggalin komen di postingan saya. Yepp, sekian lama ngeblog, ternyata baru bersama KEB, postingan saya mulai menuai komentar. Itu tuh, postingan lomba blog Acer yang digelar KEB.
Pokoke asyiiik banget lah join KEB. Saya angkat jilbab topi tinggi-tinggi untuk semua ide, eksekusi, terobosan, sharing ilmu, dllnya yang udah dilakukan KEB. Yang jelas, para member ini butuh wadah untuk berkembang bersama. KEB sudah jadi “rumah” yang menyediakan “pelukan hangat” plus “bahu untuk bersandar” buat para anggotanya.
Happy, Happy, Happyyyy Birthday My Lovely KEB! Teruslah menginspirasi! Kami siap melaju terussss bersama KEB!