Alhamdulillah, tulisan ini menjadi Juara dalam Lomba Blog Ace Hardware“The world is a book and those who do not travel read only one page.” ― Augustine of Hippo
Barangkali, salah satu “dosa besar” yang saya lakukan terhadap Sidqi–anak saya—adalah: saya amat-sangat-jarang-banget membiarkan ia berinteraksi dengan alam. Maklum, alasan khas ibu-ibu perkotaan: capek didera kerjaan kantor. Pulang ke rumah, bawaannya pengin molor melulu. Sibuk bikin pulau di bantal deh 🙂
Walhasil, anak saya tumbuh menjadi bocah yang “anak kota” banget. Saban liburan, jujugannya selalu ke mal, mal, dan mal.
Di satu sisi, saya senang; karena toh biarpun terkesan hedon, libur ke mal tidak terlalu menguras kantong kok. Anak saya cuman minta main-main di playground—biasanya main animal Kaiser—lalu makan siang bareng di food court. Paling banter, habis 100 ribuan gitu deh.
Nah, suatu ketika, ada tawaran dari temen-temen suami untuk traveling bareng ke Jember.
Hah?! Jember? Aduh, emangnya ada apa di sonoh?
“Woohooo… macem-macem… pantainya bagus-bagus… Sekarang Jember lagi happening banget loh… Tahu sendiri kan, Jember Fashion Carnival (JFC).. .. Anang-Ashanty saja sampe bela-belain ikut perform di JFC. Berarti, kita emang HARUS ke Jember!”
Sidqi manut-manut saja diajak bapaknya.
Aku yang males. Ngepak-ngepakin baju. Nyusun perbekalan. Itung budget travelling. Kalau solo-traveling mah enak, cukup bawa backpack sebiji. Udah cukup banget. Lah ini, kudu ngurusin baju saya, suami, plus bocah cilik! Rempooong!
Untunglah, ada luggo trolley back yang emang jadi “partner in crime” banget buat liburan keluarga. Muatnya banyak, bisa tertata rapih dan well-organized. Problem solved!!
***
Perjalanan Surabaya-Jember ternyata makan waktu lumayan lama. Sidqi mulai cranky. Bosen, karena terjebak berjam-jam di dalam mobil. Saya sampai sungkan (nggak enak hati) sama Pak Joko, yang kita nunuti selama traveling ini.
”Nggak apa-apa. Biarkan saja Sidqi nangis. Biar puas. Nanti dia juga capek-capek sendiri,” kata Pak Joko, yang tetap tenang dan tidak terintimidasi raungan Sidqi.
Well, jangan pernah remehkan urusan logistik. Maksudnya, makanan dan minuman buat anak. Sidqi sudah saya bekali dengan botol minum yang kiyut abiiisss… Beli di Ace Hardware dooong… Heheheh….Anti tumpah dan cranky anak juga berkurang drastis.
Trusss… jangan pernah remehin faktor kenyamanan. Itu penting pakai banget! Makanya, saban traveling, kudu ada bantal leher. Lumayan loh, bisa mengurangi cenat-cenut yang biasa bergentayangan di daerah rawan ini.
Alhamdulillah, Setelah sampai di Pantai Watu Ulo, “zona cranky” Sidqi sudah berakhir. Tangisnya berhenti. Dan ia malah asyik lari-lari bareng semua peserta piknik. Tapi, begitu lihat pasir pantai, oh no! Sidqi langsung minta gendong!
“Jijiiiik!! Aku nggak mau kena pasiiirrr!”
Duh. *lap kringet, tepok jidat, bibir maju tujuh senti secara serempak* Malu-maluin banget nih bocah.
“Sidqi kan cowok… Ayoo… turun..! Jangan minta gendong! Sana, mainan pasir sama basah-basah di pantai…”
Sidqi tetap ngerasa nggak punya “chemistry” dengan Pantai ini.
”Biarin aja. Tetep bawa ke pantai, tapi jangan dipaksa…” Pak Joko kembali memberi tips.
Puihh. Bete juga sih. Capek-capek pergi ke Jember, eh, Sidqinya sama sekali nggak ‘enjoy’ seperti bocah cowok pada umumnya. Maklum. Selama ini, Sidqi selalu main ke tempat-tempat yang enggak ada becek-beceknya sama sekali.
Yep. Mal, mal, dan mal.
Apakah petualangan pantai kita berakhir disappointing-ending?
Oh, untunglah, nggak jauh dari Pantai Watu Ulo, ada sebiji pantai lagi. Namanya Pantai Papuma. Sedikit beda dari Watu Ulo, nih pantai pasirnya putiiiiihhh banget. Awalnya, Sidqi—si mister steril itu—ogah main-main di pantai. Tapi, beberapa menit kemudian, dia lumayan tergoda untuk mencicipi pasir-pasir putih dan deburan ombak yang menyapa di sepanjang Pantai Papuma.
Awalnya hanya lari-lari di sekujur pasir pantai. Lalu, Sidqi mulai melakukan “manuver” : ia membiarkan kaki mungilnya terguyur ombak yang mampir di bibir pantai.
Wuah. Sidqi mulai ketawa-ketawa riang. Bapaknya senang. Emaknya pun girang…!!!
Ahh, yaaa… paling tidak, traveling kami kali ini mengajarkan satu hal: Bahwa kita musti berani meninggalkan zona nyaman!
Mosok nggak bosen sih, pergi ke mal melulu?! Bersyukurlah bahwa kita tinggal di surga dunia, Indonesia. Banyak spot yang sungguh ajaib dan luar biasa memukau, seolah-olah meminta kita untuk segera berkunjung ke destinasi wisata yang indah. Walaupun traveling memang rempong, percayalah, akan ada “hikmah” dalam setiap perjalanan yang kita lakoni. Anak kita kian bertambah kadar “petualang”-nya; kitapun bakal belajar untuk jadi ortu yang sigap dan smart traveler.
Kedua pantai ini—Watu Ulo dan Papuma–berada di pesisir selatan Jawa Timur, atau lebih tepatnya terletak di desa Lojejer, kecamatan Wuluhan, 45 Km arah selatan kota Jember.
Kalau wisata, emang paling assoy bisa menikmati pemandangan alam yang cihuy. Tapiii, kita kudu siap-sedia dengan berbagai kondisi kan?
Makanya, saya addicted banget buat selalu shopping ke Ace Hardware. Siapa sih, yang enggak kenal akrab sama one-stop-shopping yang sumpeeeehh—kereeen—beraaatttss ini?
Selain bisa banget buat shopping online, kita juga bisa berkunjung langsung ke store terdekat di kota kita. Kalau di Surabaya, paling sering saya nongkrong di Ace Hardware Royal Plaza atau yang di Galaxy Mall. Udahlah tokonya sip markosip, mbak-dan mas-nya sigap tiada tara, barang-barangnya komplit, servisnya cihuy, what can I ask for more??
Artikel ini diikutsertakan dalam Ace Hardware Writing Competition.
Doakan saya yaaaa….:-)