Mengatasi Rasa Kecewa pada Pemimpin Bangsa

Terkait keributan dan aneka berita negatif yang setiap hari berseliweran, saya seringnya mengambil sikap abstain. Ogah terlibat terlalu dalam. Kalopun ingin “terlibat”, sebatas mendoakan aja. Berharap Allah segera memberi hidayah kepada para pemimpin Bangsa ini, yang makin ke sini tindak-tanduk dan perilakunya kerap mengundang rasa mangkel yang bertubi-tubi. Saya nggak boleh terlalu emosi jiwa, karena ada kerentanan fisik dan psikis yang harus saya jaga.

Oke, intinya… kalau ada info/ berita yang bikin marah, saya putuskan untuk berhenti mengonsumsi berita tersebut. Ogah terjerat overthinking, karena mengembalikan mood ke kondisi yang prima, itu bukan perkara yang gampil, loh. Butuh effort, butuh waktu. Harus diakui, bahwa rasa marah, kecewa yang dipendam itu bisa menjadi bibit penyakit. Tapi, kalau kudu marah-marah atau melampiaskan emosi dengan demo/unjuk rasa/hal-hal eksplisit lainnya, apakah ada jaminan bahwa saya akan baik-baik saja?

Gratitude Journal to The Rescue

Banyak hal buruk yang terjadi. Sebagai manusia jelata, lagi-lagi saya hanya bisa berdoa. Allah Maha Besar, sangat sanggup membalikkan keadaan, serta memberikan balasan terbaik bagi mereka yang dzolim dan tidak amanah.

Selain berdoa, dan stop scrolling, saya juga berusaha “mendistraksi” pikiran/kecemasan. Salah satu caranya, ya dengan Journaling! Bisa tulis manual (pakai tulisan tangan) di notebook. Atau ya bikin postingan di blog.

“Aku punya begitu banyak hal yang patut disyukuri. Aku (sedapat mungkin) memang sengaja memikirkan hal-hal itu.”

Leave a comment