Sampai detik ini, seingatku… tidak ada reuni sekolah/ kampus yang pernah aku datangi. Pertama, ya aku merasa tidak ada sesuatu yang merongrong kalbu, supaya aku hadir di reuni itu. Bahasa singkatnya, belum ada urgensi untuk hadir. Kedua, well…. aku tak mau bertemu ‘Dilan-Dilan’-ku di sana (Dilan-dilan, soalnya jamak alias banyaaaaak booooo qiqiqiq)
Tahu sendiri kan. Menjelma jadi pelakor atau pebinor itu bukan semata-mata karena itikad dan kelakuan buruk. Terkadang hanya karena kesempatan/peluang yang datang, atau gegara terjebak kenangan masa silam. Oh yeah ๐ Atau, sekedar pengin uji adrenalin. Percayalah… hal-hal semacam itu rentan terjadi manakala kita “belum siap mental, jiwa, raga” untuk datang ke reuni.
Apalagi, kalau ternyata “masa lalu” kita menjelma jadi sosok yang luar biasa. Ya, luar biasa cantik/ganteng, keren, tajir melintir, sukses, bawa mobil mahal (meskipun itu pinjam kan kita ga tahu yhaaaa) dan banyak hal lainnya. Lalu, dengan sekonyong-konyong, kita membandingkan dengan pasangan sah kita saat ini, yang entah gimana ceritanya kok tampak begitu menyedihkan… dan BOOOM…..!
***
Well, saya tidak menggeneralisir bahwa semua reuni berujung hal semacam itu. Kembali lagi pada pribadi masing-masing. Karena saya merasa belum sanggup (cemen yhaaa tibakno hahahahah) ya sudah, semua undangan reuni saya skip.
Tapiii… ada satu reuni yang waktu itu saya datangi dengan sepenuh hati. Reuni apakah ituuuu?
Reuni Jamaah Haji ๐
Bersama ibunda dan kakak kandung, saya berangkat haji tahun 2010. Udah lama banget yak? Pantesan, rasa rindu itu bertalu-talu dalam kalbu. Kami tunaikan haji ONH reguler pakai KBIH Nurul Hayat. Waktu itu ada 3 bus jamaah, total jendral berapa orang ya? Duh, lupaaaa T_T Mungkin sekitar 100-an jamaah kali ya.
Yang jelas, pembimbing kami, Bapak Molik memang warbiyasaaaak. Beliau tuh bisa banget menjadikan semua momentum tatkala berhaji super memorable. Dan yang keingat, asyik-asyiknya doang. Well… ada sih beberapa hal yang emang bikin kezel…. kayak pas antre bus di Terminal Mahbasjin dan sebagainya… tapi itu adalah hal-hal yang super minor, dibandingkan kegembiraan kami manakala berhaji.
Baca: Jadi Monster pas Berhaji
Dan sebagaimana jamaah haji lainnya, pasti kami pengin mengenang momentum-momentum itu. Tentang salah satu jamaah sepuh yang sempat nyasar…. Tentang pasutri yang demikian setia ke mana-mana berdua (si bapak mendorong istri yang ada di kursi roda)… Tentang si bapak X yang jamnya dicuri orang ketika mau masuk Roudhoh… macam-macam!
Semua itu diceritakan dengan raut wajah riang…. berpadu dengan kerinduan untuk bisa kembali lagi ke sana.
***
Tapi memang benar… Haji dan umroh itu bukan sekedar perkara duit. Walaupun punya duit milyaran, tapi kalo hati belum tergerak… ya belum bisa berangkat. Atau sudah punya duit banyak, sudah tergerak berangkat…. eh, ndilalah biro travelnya bermasalah
๐ฆ
Bolak-balik, bapak Molik mengingatkan kami bahwa para jamaah Haji atau Umroh itu adalah mereka yang beruntung mendapat undangan langsung dari Yang Maha Kuasa.
“Kalau dipikir-pikir masih banyaaaaak yang jauh lebih soleh daripada kita. Masih banyaaaak yang jauh lebih kaya atau pintar ketimbang kita. Tapi, Allah dengan sifat Rahman-dan-Rahim-Nya memberi kesempatan kita untuk berangkat haji terlebih dahulu. Mari kita maknai ini sebagai sebuah rezeki dan kesempatan yang luar biasa, sehingga kita makin optimal ketika beribadah di tanah suci,” kurang lebih begitulah message yang digaung-gaungkan Pak Molik ketika kami lagi berada di dalam bus, menyusuri kota Mekkah.
Baca: Selfie di Nabawi
Aaaaahhhh… baper banget nulis ini…. Ketika reuni dengan para jamaah haji pun, aku mendapati beberapa dari mereka yang sigap dan siap sedia untuk umroh sekeluarga.
“Nabung terus… ya kami kudu menghemat pengeluaran sehari-hari demi bisa berangkat umroh….”
Begitu kiat yang terus mereka dengungkan. Iya ya. Kalo dipikir-pikir, biaya umroh itu kan kurang lebih 24 jutaan. Apabila kita sanggup berhemat 3 juta per bulan, maka dalam 8 bulan udah bisa terkumpul tuh, budget buat umroh.
Baca: Hajiku, Hajimu, Haji Kitaย
Hemat 3 juta per bulan? Gimana tuh caranya?
Gampang aja! JANGAN turuti keinginan buat beli baju / lipstik / ngopi-ngopi cantik di kafe. Pasang target untuk nabung 100 ribu per hari. Bisa banget lah ini. Kan budget buat nongkrong biasanya lebih dari 100 ribu.
Kalau udah terkumpul, langsung cuss daftar ke KBIH atau biro travel umroh yang terpercaya. Di Surabaya, ada tuh KBIH dan Travel Umroh Nurul Hayat. Saya nulis gini karena emang beyond satisfied banget dengan layanan mereka, tatkala kami berhaji sekeluarga di tahun 2010.
***
Intinya gitu deh. Meskipun belum ada reuni sekolah/ kampus yang saya datangi, eh… ternyata reuni jamaah Haji bikin baper maksimal.
Insya Allah… tahun ini…. saya mengazamkan tekad untuk bisa kembali ke Baitullah. Kali ini bareng Sidqi dan bapaknya.
Baca: Bucket List Traveling 2018
Semoga undangan Allah segera datang untuk kami… juga buat pembaca blog ini yang begitu rindu untuk beribadah di tanah suci.
Aaamiiin…. aamiiin… ya robbal alamiiin…..