Follow me on twitter: @nurulrahma
Edisi sebelumnya: Salma lagi-lagi disergap rasa tak biasa usai mengirim email undangan pernikahan buat Arya. Tak lama kemudian, Tante Brin datang dari Pekalongan, bersama Raditya dan ibunya Radit. Ada apa sebenarnya?
Ibu melangkah gembira menuju ruang tamu. Parasnya demikian cerah. Mata beningnya berbinar. Ibuku selalu riang manakala ada tamu yang berkunjung ke rumah. Kalau dalam seminggu, tak ada tamu yang datang, maka Ibu akan merasa gelisah dan sibuk bertanya-tanya “Kenapa? Kenapa nggak ada yang namu ya?” Secepat kilat, beliau akan menggelar pengajian sederhana. Mengundang beberapa tetangga. Motivasi awalnya? Supaya ada yang bertamu ke rumah! Agak “ajaib”, eh?
Apalagi, ketika tahu bahwa yang datang adalah “tamu spesial”. Pake telor. Ha ha. Yap, calon menantu kesayangan sekaligus calon besannya.
“Mbak, kenalin ini ibu Susi Astuti, ibundanya Raditya….”
Tante Susi masih menunduk lemah. Bahasa tubuhnya menunjukkan perempuan paruh baya ini berada dalam kondisi tidak nyaman. ”Mbak Elly inget sama bu Susi?”
“Hah?! Inget gimana? Wong ini kan baru pertama kali aku ketemu sama calon besanku. Gimana, perjalanannya tadi lancar kan, dari Pekalongan? Surabaya puanaaasss ya Jeng…”
Setengah dipaksa, tante Susi berusaha mengukir senyum. Radit juga salah tingkah. Ada apa ini?
“Mbak. Masak Mbak Elly nggak inget sama sekali? Bu Susi? Clarke Quay? Singapura?”
Alis ibuku mengernyit. “Kamu ngomong apa sih, Brin?”
***
Cerita Sabrina dan Ibunya Salma, 23 tahun lalu
“Briiiiin….! Seriusan nih, gue kudu berangkat ke Singapore? Pegimane nasib Salma anak gue, Briiin.. Dia kan masih bayiiik. Ntar gimana nyusunya?”
“Ya elah mbak Elly….! Jangan kayak orang susah, napa?? Noh. Di toko-toko udah banyak yang jual susu formula! Buat bayi baru brojol aja ada.”
“Enak aja lo! Gue maunya nyusuin Salma sampe umur 2 tahun, Briiiin…Gue bakal sedih banget nih kalo kudu ninggalin Salma. Seminggu! Ya ampun, ibu macam apa gue, yang ninggalin oroknya…”
Mbak Elly mulai menangis. Doh. Ngimpi apa, Bang Ganjar punya bini macem doi! Labilnya gak ketulungan! Sejak zaman prawan ting ting, doi mupeng keliling dunia. Trus, semangat membabi buta ngajakin gue ikutan MLM. “Enakan ikut MLM ini nih… lo bisa ngedapetin kebebasan finansial! Bonusnya menggiurkan, dan lo bisa jalan-jalan keliling dunia….!” itu motivasi yang bikin kuping gue budeg saban hari. Ya wis. Walhasil, kami berdua—si sodara ipar yang sama-sama gahool to the max ini—berjibaku jualan barang-barang food container berbasis MLM. Nelponin temen kuliah-SMA-SMP-SD-TK *blaaah!!*, janjian presentasi, memprospek sampe berbusa-busa, pokoke gimana caranya, kita kudu dapat downline sebanyaaak mungkin! Duit, duit, duiiit, come to mama, hahaha…!
Kerja keras kita berdua membuahkan hasil. Gara-gara point yang super-duper-yahud, kami berdua dapat reward berupa East-Asian-Conference bagi para Top-Manager MLM di Singaporeeee…!! Yuhuuu, hepiii beraats neeiik! Untuk pertama kalinya dalam hidup, gue bakalan menginjakkan kaki di bumi Singapura. O yeah!!
Masalahnya adalah, kakak ipar gue a.k.a mbak Elly ini lagi punya orok. Kudu ngasih ASI. Galau kan? Mau ngajak Salma, jelas impossible. Tapi, eman-eman rasanya kalau kita nggak ikutan acara ini. Bukankah ini impian kita berdua, dari dulu kala?
“Toh, Bang Ganjar udah kasih izin kan mba? Ayolaah, kapan lagi mbak, kita ke Singapore gratisan?”
Mbak Elly memasang wajah sendu. Ia sibuk menyetok ASI perah di kulkas. Buat konsumsinya Salma, selama kita tinggal ke Singapore. Kalaupun kurang, aku yakin, Bang Ganjar dengan kesabaran lebih luas dari samudera, siap merawat Salma. Cuma seminggu kok.
***
Kami berdua baru saja melangkahkan kaki menuju Clarke Quay Singapore. Sambil menjilat-jilat es krim uncle Singapore yang, jujur aja, rasanya mirip es puter. Tapi, karena belinya di Singapore ya neiiik, jadi agak ngehits gituh, haha!
Lalu, duo wanita kece ini duduk-duduk dengan elegan di depan Singapore River. ”Gila yak, Singapore ini. Wisata sungai macam ginian aja, bisa larisss getoh! Mestinya di Surabaya bisa bikin kayak ginian dong ya.. ha ha ha….” Biasaaaa, kalo ada dua cewek lagi nongkrong, bisa dipastikan celotehnya adalah sibuk komentar ‘mestinya begini’ ‘harusnya begitu’.
Ketika es krim sudah nyaris tandas, tiba-tiba gue denger suara tangis bayi. Waduh.
“Brin, lo denger suara bayi nangis kan? Perasaan gue enggak bawa Salma deh.”
“Ya elaaah mbaaa… Emangnya bayi di dunia ini cuman Salma doang?”
Makin lama, tangis bayi itu kian keras. Samar-samar, gue ngeliat satu ibu-ibu yang masih muda banget, sibuk menenangkan bayinya. Ibu itu pakai baju yang amat lusuh. Mungkin udah berhari-hari belum ganti. Bayinya terus meronta. Tangis yang tak kunjung reda, ditambah tendangan yang dilakukan sekuat tenaga. Normalnya, manusia manapun pasti sebal jika diperlakukan seperti itu. Tapi, heiii… wanita itu ibunya. Ibunya. Ibunya. “Malaikat” yang mendampingi si bayi, bahkan sejak sembilan bulan, si bayi berada dalam perut ibunya.
“Sabar Naaak… Sabaaarr… Ini Ibu cari ayah dulu ya Naaak….”
“Oeeeekkk…. oeeekkkkk…..”
“Mbak. Kayaknya bayik itu sarapan toa deh. Nangisnya kenceng banget.”
“Huusshh, Brin! Lo tega amat. Eh, dari tampangnya sih, kayaknya doi orang Indonesia lho. Samperin yuk.”
Setelah ngobrol sejenak, terungkaplah fakta bahwa perempuan ini datang ke Singapore untuk bertemu suaminya, yang jadi TKI. Mungkin saking excited-nya pergi ke luar negeri, dia jalan agak jauh dari sang suami, daan…. mereka terpisah. Sedih. Masalahnya, doi ga pegang duit sepeserpun. Semua barang dibawa suami. Si ibu muda ini mumet nggak tahu mesti ngapain. Mau lapor polisi, takut ditangkep, karena paspornya juga di suami! Saking stresnya, ASI doi mampet, dan, bayinya haussss banget! Bagoooss.
“Oh. Kalo gitu, mbaknya tidur di hotel kami aja. Nanti coba minum ASI saya ya. Saya juga lagi menyusui, cuma bayi saya di Indonesia,” kata mbak Elly, cepat.
Aku menyikutnya. Sambil mengirim kode, “Mbak, are you sure? Pegimana jikalau, she’s a liar? Just create a sad story to get our money?”
Mbak Elly menggeleng perlahan. ”Bismillah. Allah pasti menjaga niat baik kita.”
***
Bayi itu dengan lahapnya menyusu pada Mbak Elly. Mata beningnya indaah sekali. Seolah ia ingin berkata, ”Makasih, tante. Aku udah nggak laper lagi. Tante cantik deh”
Mbak Elly mengelus pipi bayi tanpa dosa itu. ”Ganteng banget kamu, Nak. Yang kuat ya. Sebentar lagi, InsyaAllah ayah kamu dateng kok Nak.”
Gue ikut bahagia melihat pemandangan indah ini. Seorang ibu muda yang lagi ikut konferensi MLM, rela menyusui bayi-entah-emaknya-bohong-apa-kagak, dengan ikhlas dan menikmati banget! Seolah, bayi yang mengisap ASI-nya adalah anak kandungnya sendiri.
“Yang kenyang ya, nyusunya. Gapapa. Mbak tinggal ama kita di hotel ini. Saya bisa tidur satu kasur ama Sabrina. Mbak sama bayinya. Kita seminggu di sini. InsyaAllah aku bantu untuk cari suaminya yaa. O iyaaa… si ganteng pipi gembul ini namanya siapa?”
“Raditya, mbak. Raditya Abdurrahman.”
***
Kembali ke 2015
Persendian tubuhku rasanya prothol. Copot satu demi satu. Jadiii… Jadiii… Raditya?? Calon suamiku ini ternyata…??
“Raditya adalah saudara sepersusuan Salma. Sekarang, mbak Elly sudah ingat kan? Perempuan yang ketemu kita di Singapura 24 tahun lalu adalah mbak Susi. Ibu kandungnya Raditya. Seingatku, selama 7 hari, Mbak Elly terus-menerus memberi ASI pada Radit.” Kalimat tante Brin diucapkan dengan begitu halus. Namun, seolah mengirimkan ribuan jarum akupunktur tepat ke ulu hati.
Mata ibuku terpejam. Pelan, buliran airmata membasah di parasnya. Baru kali ini, ibuku menangis di hadapan tamunya. Di hadapan calon besan sekaligus calon menantunya.
“Maafkan saya, Mbak. Sebenarnya, kekacauan ini tak perlu terjadi kalau saya berani ngomong dari awal. Ketika Radit bilang bahwa ia akan menikah dengan Salma, dan ibunya bernama Elly Trisna Zubaidah, saya tahu persis bahwa ini adalah Mbak Elly, yang dulu menolong kami dengan begitu ikhlas. Saya tidak tega merebut kebahagiaan anak saya, saya tidak mau kehilangan kesempatan berbesan dengan perempuan semulia Mbak Elly… Sayaa… sayaaa… Astaghfirullah… Mbak Elly….”
“Astaghfirullaaah… Ibuu… Ibuuuu….Ibu kenapa Ibuuuu??”
Kalimat Tante Susi terpotong. Demi melihat ibuku yang tiba-tiba pingsan, kami semua terjebak dalam kepanikan mendadak. (b e r s a m b u n g)
PS: Apabila Anda ingin membaca #BIMBANG edisi sebelumnya, silakan klik: https://bukanbocahbiasa.com/category/fiction/
Huaaaaaaa,,,mbak…. Haduuuuuh…cinta tak kan kemana mana, jodoh pasti bertemu lah ya…. *stress sendiri 😀
Ahahaaaiii, jodoh pasti bertemu… Lagunya Afgan yak?
Hiyaaaaaa T_T
Hoalah.. Begitu toh ceritanya.. Pas banget bisa ketemu lagi ya Mbakyu ya.
Hehe. Iya Dan. Yang menginvestigasi *halah* perkara sodara sepersusuan adalah Tante Brin. Doi curigesyen pas lihat poto ibu gendong bayi di akun FB-nya Raditya.
Lengkapnya ada di mari: https://bukanbocahbiasa.com/2015/01/17/bimbang-part-5/
makanya perlu kejelasan soal ibu susuan ini, biar nggak kejadian sampe menikah dengan saudara sesusuan
Butuuuuul Bang.
Itulah mengapa, daku agak-agak gimanaa gitu dengan program ‘donor ASI’ yang sekarang lagi giat2nya berjalan. Di satu sisi, keren dan bagus banget, karena bikin bayi2 jadi minum ASI. Masalahnya adalah…. apa iya, ibu2 pedonor dan ibu2 yang nerima ASI itu saling mengenal? Dan saling inget nasab mereka masing2?
emangnya pendonor dan penerimanya itu nggak di data yah?
Mungkin aja didata. Tapiiii,kayaknya nggak yg bener2 disimpen dlm memori masing2, kayaknya lohhh :))
setidaknya kalau ada, kan si pendonor dan penerima bisa saling tahu dan komunikasi. tapi itu juga kalau mereka mau 😀
Ide tentang ASI …tentang nasab….cemerlang banget dalam fiksi ini..dan sukses pula bikin penasaran, ngikik..dan mau baca lagi selanjutnya…
Ma’aciiiih mak Lies :))
bearti gak jadi nikah ya karena sodara satu persusuan
Huhuhuhuuuu… entahlah bagaimana nasib mereka berdua mak.
Nasib ditentukan oleh nasab :))
Wooooooooo nice idea! Jago-jago ngarang yaa..dari asi bisa jadi cerita menarik begini. Sukkaaaa.
Ini berkat gaul ama blogger BEC dan tutornya yang WOW semuaaaa mb
Mantep abis! Hahaha….aku terwow-wow lhoo…makasih hahaha abis aku beneran gak bisa nulis cerpen.
Wuaduh! Ternyata!
Plotnya dapet banget, penasaran buat baca kelanjutannya!
Oh iya, salam kenal 😀
Makasiiii ya. Langsung daku follow blog dikau yg membahana ituh 🙂
Tersanjung sangat dikata “membahana”. Amiin.
Terima kasih banyak 😀
Keren 🙂
Oalah ini lanjutannya…
Hmmmm ini sih endingnta balik maning ke yg pertama *eh raditya ini yg dijidohkan kan ya* ? Lupa2 inget
*endingnya
Yoi mba. Radit yg hasil ta’aruf a.k.a dijodohin. Endingnya masih bimbang niy mbaa hihihi
woh..sodara sepersusuan :O..terus teruss..
Nantikan episode selanjutnya inga ingaaa :))
Kyaaaaaaaaaaaaaaa..
entah kenapa, jodho emg ga kemana ya mb,
tadi siang ga sengaja baca cerpen mb di majalah, keterusan kepo deh sampe ke sini, ngikutin alur dari awalnya.. huooo sempet mbrebes mili juga mb.. sempet guling guling sampe kejedot guling.. ah nano nano bacanya, kereeen mb! ditunggu banget banget episode selanjutnyaaa.. :* :* :*
Oyaaa, salam ukhuwaaah.. *peluk, cipika, cipiki*
Asyiikk
Balik ke cinta pertama, bisa jalan2 ke eropa dong.
Hoho… belum tentu sayyy… Kan masih to be continued. Bisa aja, di cerita berikutnya, Arya udah ngelamar bule mualaf asal Eropah, hahahaha :)) Trus, Salma mewek deh. kagak dapet sapa2
kak kece banget ceritanya aku ikutin dr yg ada dimajalah kuepo bingit deh sama alur ceritanya kisskiss salam kenal kak:3
Makasiiii udah mampir di mari ya cantiiik 🙂
Hiyaaaaa….NHku belum dateng, jadi mbaca dimarih deh. JAdi jadiii…Salma akhirnya sama Arya kan? #asyikkkk
Witsss, belum cencccuuu… :))
Bisa aja, ntar ternyata si Arya udah punya gebetan cewek Eropaaah, jadinya Salma ya kudu bersabar dulu dweeeh, engga dapet sapa2 hahaha *ketawabengis*
ceritanya bener-bener gak bisa di tebak. tadinya aku sempet ngira si Radit udah punya istri terus salmanya di boongin trus gak jadi nikah. jadinya sama Arya.hehehehe…ternyata ceritanya belok ke masalah saudara sepersusuan. berpuluh-puluh jempol deh…suka sekaligus bikin penasaran super banget.salam buat pengarangnya ya…
PART 8 nya kira2 kapan nie??
udh ga sabar pengen tau happy endingnya… 🙂
wahh.. seru juga kak 🙂
aku pertama baca di majalah Hurul Hayat,, eh malah keterusan 🙂
NICE (y)
Part 8
sudah bisa di tebak endingya
Tak terasa aku menghabiskan tulisan sampai ke titike terakhir. Wah seru banget…. padahal mau mopi.
Mopi?