Mengejar dunia, ibarat kita tengah meminum air di lautan. Semakin diminum, rasanya kian haus. Jauh dari kata tenang, apalagi menyejukkan. Namun tak bisa dipungkiri, bahwa setiap muslim dan muslimah harus berjuang pula, demi mencapai kemuliaan di dunia, terlebih lagi di akherat. Bagaimana cara kita bersikap?
Beberapa waktu lalu, Ustadz Syafiq Reza Basalamah mengupas seputar hal ini di Masjid ITS Surabaya. Berikut petikannya.
Dunia sangat melalaikan. Bagaimana cara supaya kita bisa menempatkan urusan dunia dengan semestinya, dan tetap menjadi hamba Allah yang memprioritaskan urusan akherat?
Jangan jadikan dunia sebagai ambisi. Intinya, ketika kita menginginkan sesuatu hal, jangan berorientasi semata-semata pada dunia. Jadikan segala ambisi kita adalah akherat. Baru kau kejar dunia untuk akherat. Ketika kita bekerja, upayakan untuk mencapai kebaikan di akherat. Sekali lagi, kita berusaha menjadikan ambisi kita akherat, maka Allah akan memudahkan jalan kita dalam menggapai rezeki di dunia.
Suatu ketika saya berjumpa dengan seorang bapak-bapak di Masjid Nabawi. Beliau ini sudah 3 kali naik haji, lalu saya tanya “Bagaimana ceritanya bisa 3 kali naik haji?”
Beliau menjawab, ”Ketika berhaji pertama kali, saya bertekad, pulang haji nanti, saya ingin bangun masjid di kampung. Allah kasih rizki. Pulang haji, saya bangun masjid. Alhamdulillah, dan rezeki itu juga cukup kami gunakan untuk daftar haji. Lalu kami naik haji lagi. Pulang haji, saya bicara dengan istri, sepertinya nanti kalau ada rizki, kita manfaatkan untuk mengaspal jalan di kampung, agar orang-orang lebih nyaman. Alhamdulillah, lagi-lagi Allah bukakan rizki untuk kami. Jalan di kampung saya aspal, dan lagi-lagi masih ada rezeki yang bisa kami gunakan untuk daftar haji di tahun berikutnya.”
Itulah, saudara-saudara. Ketika sholatnya, ikrar dia, semua ambisinya untuk akherat. Maka, Allah yang akan memberikan rezeki buat hamba-Nya. Ingat kan, ikrar kita,
Inna sholati, wanusuki, wamahyaya, wamamati, Lillahirabbil ‘alamin….Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah ta’ala.
Sekali lagi, jadikan ambisi kita adalah akherat. Karena Rasul bersabda, ”Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”
Ketika orang-orang bisa berangkat umroh, maka apabila ada seseorang yang ambisinya dunia, sebanyak apapun ia punya uang, ya tidak akan berangkat umroh. Urusannya Allah cerai-beraikan. Walaupun ia capek kerja, dunianya tetap. Misalnya, harta dia sebanyak 1 M. Dia nggak berangkat umroh pun, hartanya ya tetap 1 M.
Akan tetapi, barangsiapa akherat menjadi tujuannya, Allah jadikan kekayaan dalam jiwanya. Dunia akan datang kepada dia. Hati kita menjadi “kaya”, penuh syukur dan semangat untuk memperbanyak amal kebaikan dengan orientasi akherat.
Agar Orientasi Akherat senantiasa Tumbuh dalam diri kita, apa tips yang bisa Ustadz bagikan?
Baca perjalanan hidup Rasul, supaya tumbuh jiwa patriot, juga semangat orientasi akherat, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasul. Langkah berikutnya, cari teman yang baik. Teman punya pengaruh besar dalam hidup kita. Carilah teman yang mengingatkan pada Allah. Ketika teman mengajak kita untuk berorientasi pada akherat, maka semangat ini juga bisa menular pada diri kita.
Kemudian, dzikrul maut. Lakukan hal-hal yang bisa membuat kita ingat akan kematian. Salah satunya adalah dengan berziarah kubur. Memang, mendoakan keluarga yang sudah tiada bisa dari mana saja. Tapi untuk bisa mengingat mati, maka kita harus datang ke kuburan.
Misalnya, Anda datang ke makan orang kaya sak Suroboyo. Tentu dalam kalbu Anda akan terbersit perasaan, ”Oh, orang kaya ujung-ujungnya ya meninggal juga.”
Di hari kiamat nanti, orang akan menyesali detik per detik ketika ia hidup di dunia, tanpa amal shalih. Maka teruslah memperbanyak amal kebaikan. Ingatlah selalu, bahwa negeri ini dibangun dengan keseriusan, jadi jangan main-main! Ada yang sibuk dengan konser, hiburan dll… lantas apa yang bermanfaat untuk negeri ini? Kita harus terus berproses, hijrah dari islam menjadi islam yang lebih baik. Karena sesuai firman Allah, “Wahai orang-orang Islam, masuklah ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan).”
Islam dimulai dengan hal yang asing, ketika Islam datang, orang heran, melihat Rasul, Khadijah, Asma binti Abu Bakar, mereka heran. Dan Islam juga akan jadi asing nantinya, bahkan di tengah orang-orang Islam sendiri. Tidak mengapa, selalu kita minta tolong pada Allah, dengan sabar dan sholat. Tunjukkan akhlak yang mulia. InsyaAllah bahagia di akherat dan dunia.
Adakah unsur yang bisa memicu kebahagiaan tatkala kita di dunia?
Ada 4 yang termasuk kebahagiaan. Kita tahu bahagia letaknya di hati. Di dunia, ada unsur yang membantu kebahagiaan, yaitu:
(1). Istri yang sholehah. Mau punya harta sebanyak apapun, kalau belum menikah dengan istri yang sholehah, tentu rasanya ada yang kurang
(2). Tempat tinggal yang luas. Nabi tidak mengatakan yang bagus atau besar, tapi yang luar. Hidupnya tenteram, apalagi kalau yang sholehah. Rumah mewah, terkadang merenggut kebahagiaan kita. Harus pasang teralis, harus pakai pagar berduri, pakai CCTV, wah… itu disiksa sama rumah.
(3). Tetangga yang baik
Ketika sakit, ada yang bantuin ketika harus apa-apa. Ketika ke luar kota, juga begitu
(4). Kendaraan yang nyaman
Kalau punya kendaraan mahal, sering tidak tenang. Naik motor mahal, mampir ke warung juga bolak-balik kita tidak tenang. Intinya, cari kendaraan yang nyaman. Nggak harus berharga mahal, tapi juga jangan yang bolak-balik mesinnya mati sehingga membuat kita harus mendorong. Intinya, yang nyaman. (*)
Seimbangin saja antara dunia dan akhirat,, doain juga biar saya saya dapat istri cantik, sholehah dan setia sama saya,, amien