Merasa Baik

Merasa Baik

“Jika setan tak mampu membuatmu melakukan keburukan dan kebathilan, maka setan akan menjadikanmu MERASA BAIK.”

Saat diri merasa buruk, (biasanya) kita akan berusaha memperbaiki diri.

Namun, saat diri merasa baik, semua keburukan bakal terjadi. Karena pada hakikatnya, orang yang merasa baik, tidak ada yang dipikirkan selain diri sendiri.

Merasa baik, tidak sempat menilai diri terhadap kekurangan. Karena yang dirasakan hanya kebaikan dirinya. Karena yang ia rasa hanya kebaikan dirinya. Yang dia lihat adalah keburukan dan kekurangan orang lain, sampai ia melupakan kekurangan dirinya.

Merasa baik, adalah keburukan yang paling buruk. Karena merasa baik, adalah salah satu penyakit hati.

“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati, hingga tidak seorang pun yang BANGGA atas yang lain, dan tidak ada yang berbuat aniaya/dholim terhadap yang lain.” (HR Muslim No. 2865)

Tampak baik bukan berarti baik. Bahkan sebaliknya. Merasa baik adalah seburuk-buruknya rasa. Karena rasa ini menjadikan pemiliknya tidak bisa menilai kesalahan diri sendiri. Tidak mungkin bisa menyesali kekeliruannya. Karena pemiliknya merasa tidak pernah bersalah. Yang ia rasa hanya kebaikan dirinya. Takjub dengan dirinya sendiri.

Padahal salah satu perintah Rasul adalah: agar kita pandai menangisi dosa-dosa kita. Bagaimana mungkin bisa, kalau yang dirasakan hanyalah kebaikan yang dipunya.

Advertisement

Jadi Tua itu Pasti, Jadi Dewasa itu Pilihan

Blogpost ini aslinya ada di sini

Termaktub di notes FB, 25 September 2013. Yep, passs banget, dengan hari ultah saya. Kalaupun dicopy-paste dimari, semata-mata karena saya pengin ada ‘reminder’ aja, supaya tahun ini, umur saya enggak sia-sia karena mengulang ‘dosa-dosa’ yang sama. 

Plusss… gara-gaa dapat challenge Liebster Award, dimana kita kudu nyebutin 11 things about me, well, I think it’s better if I put 32 things about me ajalah, huehehehe…. 

32

Turning 32, today. Whoops, saban jatah umur berkurang, selalu teringat copywriting iklan salah satu pabrik rokok tempat saya dulu mengais duit–> ‘jadi tua itu pasti, jadi dewasa itu pilihan’

Bener banget. Ada 32 hal-hal ‘tidak dewasa’ yang selalu saya canangkan untuk jadi (semacam) resolusi, tapi toh tak pernah ada progress yang menggembirakan. 

 32 Things I Hate about Me 😦

 1. Selalu berniat ingin kurus, tapi tak pernah ada usaha nyata yang dilakoni. Makanan tetap tersebar, menguasai seluruh kubikel meja. 

2. Selalu ingin lebih sehat, bugar, dan sporty. Tapiii, heiii, kapan terakhir kali kau pakai sneakersmu, lalu lari keliling lapangan, sebagaimana yang pernah kau ucapkan pada suatu masa? 

3. Selalu ingin lebih banyak bike to work, or bike for fun, pokoknya pengin nggowes lebih banyak. Nyatanya? Pegang setang aja jarang. Justru jarak tempuh bocah cilikmu jauuuuh lebih banyak, ketimbang dirimu. 

4. Selalu ingin memperbanyak hafalan Quran. Hoahahahahahah…. ini rasanya pengin ketawa iblis dah. Kagak nambah-nambah sama sekaliii! Setoran ke Ustadz juga males-malesan. Dan, apa kabar, kemarin muroja’ah QS An-Naba? Maceeettt parrraaahhhh!

5. Selalu ingin menangis tiap sholat. Huh, nyatanya, mata memang mengalirkan buliran air. Tapi, itu karena angop alias menguap! Karena ngantuk! Bukan karena ingat dosa. 

Image

 

6. Selalu bilang ingin lebih ‘out of the box’. Preeettt, pengin ketawa banget denger ini. Dari duluuuuu, sukanya baca artikel Yoris Sebastian-lah, Rene Suhardono-laah… tapi eksekusinya NOL besar. Malah selalu terjerembab dalam kungkungan rasa ‘lebih enak dikotak’. 

7. Selalu ingin menciptakan sebuah elemen sastra yang ‘berbeda’. Yang genuine. Yang so me. Yang gue banget. Halahdalah, sampe detik ini, selalu ngandelin pawang google tiap mau bikin artikel. 

8. Selalu terpesona kala membaca profil Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Sinta Yudisia, tapi tak pernah bisa menapaki jejak mereka. 

9. Selalu setuju dengan apa yang pernah ditulis Assad–> There is no growth in comfort zone, and there is no comfort in growth zone. Tapi, tak pernah punya nyali untuk keluar dari ‘zona nyaman’. 

10. Selalu bergaul dengan para mamah-mamah entrepreneur. Tapi, ya wis, gitu thok. Nggak ada langkah nyata bahwa aku bisa memetik 9 dari 10 pintu rezeki yang dijanjikan oleh-Nya. 

 Image

11. Selalu demanding terhadap anak. Gosh, Sidqi just soooo…. small… he’s a kid, right now. Dan saya menimpakan begitu banyak ambisi pada bocah cilik itu. 

12. Selalu jadi ortu sumbu pendek. Gampang ‘meledak’

13. Selalu jadi Ratu Drama. “Sidqi!! Denger Ibu atau Ibu gak mau ngajarin kamu selamanya!!!” —> ciri-ciri emak durhaka

14. Selalu berteriak, yelling, screaming, every single day!

15. Selalu melupakan kesalahan diri sendiri, dan mengingat kesalahan anak –> shame on me. 

Image

 

16. Selalu bilang, “Ibu capek. Nggak bisa main-main sama kamu yaa…” tiap pulang kantor, dan mendapati wajah Sidqi yang memelas, minta diajak main oleh emaknya yang tak berguna ini. 

17. Selalu ngos-ngosan tiap diajak kejar-kejaran sama Sidqi. 

18. Selalu punya alasan “Ibu nggak punya uang, Dik…” tiap Sidqi melakukan satu kebajikan, dan berharap aku membelikan satu mainan murah-meriah buat dia. 

19. Selalu mengungkit-ungkit, “Hayooo, nggak mau sholat ke Masjid?!? Kan kemarin sudah Ibu beliin tas Ben 10 sama Cars? Mau tasnya dikembaliin lagi ke toko?!?”

20. Selalu bilang, “Sidqi, badan kamu kok nggak ada mirip-miripnya sama Ibu sih? Kamu kurus banget, kayak Bapak. Coba kamu agak chubby, pasti lucu dan nggemesin.”

 

 

21. Selalu nyuci dan setrika baju sambil ngomel-ngomel. Doooh, ini kapaaan, selesainya???

22. Selalu cari cemilan-cemilan-cemilan setiap saat. 

23. Selalu tergoda buat beli entah krim malam, krim pagi, krim siang, scrub, endebrai,endebrai, tapi ya udah dimangkrakin gitu aja di lemari. 

24. Selalu nggak bisa ikhlas kalau temen kuliah yang kliatannya biasa aja, eh, sekarang udah jadi direktur hotel bintang lima. 

25. Selalu gagal move on dari kerjaan lama. “Jaman gue di perusahaan lama duluuu……”Image

 

26. Selalu bingung, kenapa saya lebih suka ngomong sama laptop (belakangan ini android) ketimbang orang beneran. 

27. Selalu ‘palsu’ tiap wawancara narasumber. Sok manis. Sok sopan. Sok anggun. 

28. Selalu ‘gampang enggak suka’ tiap ketemu emak-emak muda. Nggak tau. Perasaan, langsung muncul hawa kompetitif gitu. 

29. Selalu males-malesan kalo nulis artikel tetap di kantor. Eneg? Bosen akut? I don’t know. 

30. Selalu bilang ingin traveling ke tempat baru, minimal sebulan sekali. In fact? Ahahahahha….. becanda kali kau….

Image

 31. Selalu bertekad ingin rutin kajian Tarjim. Ahhh, banyakan bolosnya…

32. Selalu gampang panik kalo naik motor/mobil, entah nyetir dewe (motor) atau disetirin…

 

So many bad things about me and myself. Yah, begitulah manusia. Daftarnya mungkin bisa lebih panjang lagi. Tapi, saya tetap harus bersyukur, karena masih diberi jatah untuk bersama-sama rebutan menghirup oksigen bareng 2 miliiaran manusia di muka bumi. 

 Juga I’m sooo… grateful, karena buanyaaak banget, yang ucapin Met Milad, Happy Birthday dan turunannya lewat wall FB ini. Thanks much, my friends. 

 

Terutama, thanks berat buat Hagi Hagoromo, yang inbox sepenggal doa nan indah: 

 

Selamat ulangtahun Nurul,

Berikut ini adalah doa-doa untukmu..

Semoga Yang Maha Kuasa memberimu kesehatan lahir dan batin, keberkahan usia, dan kebahagiaan dunia akhirat yang melimpah buat kamu sekeluarga.

Semoga Yang Maha Kuasa menganugerahkan kepadamu kemudahan dalam beramal shaleh, kelancaran dalam mencari nafkah yang halal, dan kecukupan untuk semua kebutuhanmu,

Dan yang terpenting adalah, Yang Maha Kuasa memberikan ampunan atas semua dosa dan salah kita. Untuk semua kebaikan yang pernah engkau kerjakan, kiranya Allah memberimu balasan kebajikan yang berlipat-lipat..

Wassalam, hagi