Ayo Jalani “Pilihan Lebih Sehat” untuk Hidup Lebih Baik!
“Waduh, aku lupa, euy, kalau kita sekarang lagi ada di Jogja. Tadi aku pesan es teh, ternyata dikasih es teh manis banget! Padahal, kalau di Bandung, bilang ‘es teh’ ya artinya dikasih es teh tawar.”
Toni, temanku yang asli Bandung, ‘complain’ dengan es teh yang tersaji di meja kami. Cuaca Jogja lagi panas-panasnya. Seger banget kalo minum es teh. Ternyata selera dan persepsi kami soal “es teh” berbeda jauh. Menurut Toni, es teh yang baik dan benar itu tanpa gula. Tapi, buat saya (arek Suroboyo) dan mayoritas warga Jawa Tengah, Jogja dan sekitarnya, es teh itu kudu memenuhi syarat: gitel alias legi (manis) dan kental.
“Lo, looo.. bapak kok malah main-main sama anak sih? Itu kan tugasnya ibu? Udaaaah, kagak usah!”
Familiar dengan kalimat-kalimat di atas? Yeeeep,biasanya, orang tua zaman dulu (generasi angkatan ortu kita) kerap memberikan labelling semacam itu. Bahwa, tugas bapak itu yaaa melulu cari duit. Cari nafkah untuk menghidupi anak istri. Sementara, urusan pengasuhan, sudah tentu yang ketiban sampur adalah para ibu. Intinya, bapak DILARANG KERAS untuk ikut campur *halah* dalam hal pengasuhan anak. Ya kan? Ya kan?
Naaah, untunglah, anak saya lahir di era kekinian, dimana metode pengasuhan sudah jauuuuh berbeda dengan zaman ketika saya masih kanak-kanak. Banyak riset yang mengungkapkan kalau peran AYAH sangat penting untuk pengasuhan anak. Salah satunya ini nih, penelitian yang dilakukan University of Guelph Canada (tahun 2007) yang bilang bahwa keterlibatan ayah dalam pola pengasuhan berpengaruh kuat terhadap perkembangan anak! Wih, wih… dan ternyata pengaruh ini mencakup sosial, emosi, fisik dan kognitif anak loh.
Lebih bersyukur lagi nih, manakala kami bertiga diundang Nestle Indonesia buat hadir di #HappyDatewithLEGENDADDY. Hari itu (24/10), kami meluncur ke Hotel Sheraton Surabaya, untuk ikutan talkshow “Menjadi Ayah Hebat bagi Si Kecil”, bersama rekan media dan blogger. Ada Nur Shilla Christianto (Head of Corporate Communication Nestle Indonesia) yang jadi moderator. Narasumber talkshow-nya? Ada Rini Hildayani, M.Si (psikolog UI) daaan….Oka Antaraaaaa! Uhuuii, artis idolakuuu nih! Dan ternyata, Sidqi juga hepi berat ketemu dengan Om Oka—gitu doi bilang—karena yeah, si Om Oka ini kan bintang iklan es krim kartun itu loh, hihihi. Oka Antara dan Ibu Rini Hildayani (psikolog UI) Captured by: Sidqi
Salut deh, sama Nestle Indonesia yang mengedukasi kita semua supaya punya mindset oke dalam dunia pengasuhan anak. Ada penelitian yang judulnya “The Effects of Father Involvement: An Updated Research Summary of the Evidence”, panjang bangeeets yee, nih judul riset, hahaha. Intinya adalah, anak yang turut diasuh oleh ayahnya sejak dini bakal memiliki:
kemampuan kognitif lebih baik ketika memasuki usia 6 bulan hingga satu tahun
nilai IQ yang lebih tinggi ketika menginjak usia 3 tahun
berkembang menjadi anak dan individu yang mampu memecahkan permasalahan dengan baik.
Iya banget nih. Kalau ada ungkapan “Ibu adalah madrasah/sekolah utama dan pertama bagi anak”, maka… ungkapan itu ada lanjutannya. Yaitu “Ayah adalah kepala sekolahnya”. So, untuk memberikan yang terbaik buat anak, dibutuhkan pengasuhan yang kompak antara ibu dan ayah.
Eh, Oka Antara sang LEGENDADDY yang hadir di acara ini, juga berbagi cerita. Doi kan artis ya boook. Sudah pasti sibuk berat, jadwalnya juga padat. Nah, ternyata… Oka ini cuma punya 1 (satu) asisten rumah tangga (ART)! *ngirit, mas?* Padahal, anaknya ada tiga lo. Masing-masing usia 6 tahun, 4 tahun, dan 2 tahun 10 bulan.
“Karena kondisinya emang seperti itu, mau nggak mau saya kudu mandiin anak. Saya terlibat mengasuh anak, karena memang saya suka dengan anak kecil dan selalu ingin tahu perkembangan anak. Saya nggak menggubris apabila ada orang yang komentar ‘Yaaah, kok lo mandiin anak sih?’ Sudah, biarin aja. Justru, saya bakal meng-encourage teman saya, bapak-bapak yang juga ikut terlibat dalam pengasuhan anak. Orang laki memang harus melakukan itu!”
Kalau suami dan istri bisa berbagi peran dengan cihuy, artinya mereka berdua sudah menjadi teamwork yang solid dalam hal pengasuhan anak. Ini dia, tujuan yang dibidik oleh Oka. ”Ketika ayah dan ibu saling melakukan co-parenting, maka anak otomatis melihat bahwa teamwork itu ada. Kami juga selalu meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang memperkuat bonding antar elemen keluarga. Misalnya, piknik ke Kebun Raya Bogor di hari libur, ketika saya juga pas lagi nggak ada syuting. Kami berangkat pagi-pagi banget jam 4.30 sudah berangkat dari Jakarta. Lalu puas-puasin main bareng, intinya kami menekankan pada interaksi antar anggota keluarga. Nanti ketika orang-orang sudah pada rame berdatangan, kita pulang ke Jakarta,” lanjut Oka.
Talkshow still captured by Sidqi
abis gitu, doi selfie boook 😛
Yap, Oka menghindari kegiatan akhir pekan yang butuh “usaha sendiri-sendiri” dan malah mengeliminasi unsur bonding. Misalnya? Nonton film di bioskop. ”Biarpun saya orang film, saya malah nggak suka ngajak anak ke bioskop. Kenapa? Karena kalau lihat film, pikiran kita malah terdistraksi dengan sesuatu yang lebih besar, yaitu jalan cerita film itu sendiri. Nah, saran aja nih, sebaiknya ortu pilih kegiatan yang benar-benar menekankan pada interaksi, supaya anak dan orangtua bisa berkomunikasi,” tutur Oka.