Nggak Tahan Banget Nih, Pengin Curhat di Medsos, Aku Kudu Piye?

Wkwkw, sesekali nulis opini gapapa, ya? ya gapapa, lah. Blog blog eikeh kok πŸ˜€

Tulisan ini terpantik dari artikel yang diproduksi oleh salah satu blogger yang daku favoritkan, yaitu Bapak Anton Ardyanto. Beliau punya banyak blog (kalo ga kliru, ada 14?) dan salah satu blog yang rutin saya kunjungi adalah maniakmenulis. Blogpost yang menjadi trigger lahirnya postingan ini, bisa manteman baca di sini

Got the point?

Well, dalam sejumlah aspek, saya setuju dengan sejumlah hal yang Pak Anton kemukakan. Yah, memang untuk bisa ber-socmed dengan bijak, butuh banyak hal. Yang paling krusial, tentu saja tentang bersikap wise alias dewasa.

Paham banget bahwa setiap orang punya masalah/ tantangan dalam hidup. Tentu bervariasi dalam hal jenis, tingkat berat/ringan plus bagaimana/ opsi apa yang kita ambil saat didera masalah.

Ada yang menjadikan socmed sebagai KATARSIS. alias sarana pelepasan emosi atau keluh kesah yang tersimpan di dalam batin. Dalam ilmu psikologi, katarsis juga dimaknai sebagai cara untuk melampiaskan emosi secara positif agar seseorang merasa lebih lega dan bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan perasaan yang lebih baik.

Mungkin, sekali… dua kali…. it’s okay. Tapiii, kalo terus-menerus menjadikan socmed sebagai sarana katarsis, ohoooo … tunggu dulu πŸ˜€

Maka, saya coba mengaitkan fenomena curhat di medsos ini, dengan tausiyah Prof Ali Aziz (Guru Besar UIN Sunan Ampel) yang saya simak, beberapa waktu lalu. Baca pelan-pelan ya. Semoga ada manfaatnya untuk kita semua πŸ˜€

***

Jika Anda bersedih, jangan ceritakan kesedihan itu kepada orang lain. Sebab, manusia adalah makhluk yang tidak bisa berbuat banyak untuk menolong Anda. Bahkan, manusia seringkali bosan mendengarkan/ membaca curahan hati Anda. Lebih baik, berwudhu dan sholatlah. Lalu, bacalah Al-Fatihah secara perlahan-lahan dengan renungan mendalam, sebab SEMUA BACAAN Anda dalam al-fatihah itu dijawab langsung oleh Allah. Betapa, Anda menjadi orang terhormat, sebab bisa BERDIALOG LANGSUNG dengan Tuhan Yang Maha Besar.

Ketika Anda membaca Alhamdulillahi robbil alamiin, Allah menjawab, “(Aku senang), engkau, hamba-Ku, telah menyanjung-Ku”

Ketika Anda memohon petunjuk jalan yang lurus, Allah menjawab, “Inilah permintaanmu, wahai hamba-Ku. Sekarang, tugas-Ku untuk memenuhinya.” (HR Muslim)

Sekarang, ayo kita hitung persentase dari tujuh ayat dalam al-Fatihah berdasarkan kandungannya.

Ayat 1-5 (yaitu 71,43%) berisikan SANJUNGAN untuk Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengatur alam, Maha Penguasa pada hari pembalasan, Maha Mulia untuk disembah, dan Maha Pemberi Pertolongan.

Sedangkan ayat 6-7 (sebanyak 28,57%) berisi permohonan kepada Allah, agar memberikan bimbingan ke jalan yang lurus untuk kita.

Dari komposisi/ persentase ini, ada sejumlah inspirasi yang bisa kita pahami.

Petama, dalam beragama, ayo kita kedepankan hal-hal Allah untuk dipuji, daripada hak kita untuk meminta.

Kedua, sebelum meminta, sebaiknya kita tunjukkan terlebih dahulu, sejauh mana ibadah yang telah kita lakukan.

Ketiga, apabila ingin lebih berakhlak mulia dan bahagia maka perbanyaklah (lebih dari 70%) memuja, menyanjung dan berserah diri kepada ALLAH.

Lalu, gunakan sisanya (kurang dari 30%) untuk meminta. Inilah ETIKA UTAMA dan kunci kebahagiaan.

Sanjungan kepada Allah, juga bisa dilakukan dengan membaca tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu Akbar) dan kalimat thayyibah lainnya.

Apabila Anda hanyut dalam sanjungan, sampai lupa meminta apa pun, maka ALLAH berjanji memberi Anda lebih banyak, ketimbang orang yang melulu hanyut dalam permintaannya semata.

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

One thought on “Nggak Tahan Banget Nih, Pengin Curhat di Medsos, Aku Kudu Piye?”

Leave a comment