Bongkar Rahasia Mie Mapan Survive di Blantika Kuliner Indonesia

MIE MAPAN, Kuliner Legendaris asal Surabaya yang semakin menunjukkan eksistensinya di ranah F&B Nusantara. Memiliki 26 cabang, yang tersebar di sejumlah kota Indonesia, termasuk Jakarta, Bali, Surabaya, Sidoarjo. Pastinya ini membuat banyak orang penasaran, apa sih rahasia yang membuat Mie Mapan bisa outstanding di jagat kuliner Nusantara?

Alhamdulillah, Selasa (27/02) lalu, saya berkesempatan hadir di acara Talk Show Rahasia Mempertahankan Bisnis F&B, yang dihelat di Mie Mapan Jl. MERR Surabaya. Acara yang juga didukung oleh GrabFood ini, menghadirkan jajaran Komisaris dan Direksi Mie Mapan. Yaitu: Jang Nathalia, Jang Ingrid, Jang Steven, Jang Bambang.

Kunci Sukses ala Keluarga Mie Mapan

Di awal perintisannya, Mie Mapan tentu tidak langsung sebesar saat ini. Justru, di awal kemunculannya, Mie Mapan adalah usaha keluarga yang dijalankan dengan konvensional, sama seperti UMKM pada umumnya.

“Tahun 1992, mie mapan ini diawali di Rungkut Mapan. Awalnya sempat berjualan di Pujasera sebuah supermarket selama kurang lebih dua tajun. Prinsip telaten, diniati dan terus berjuang. Kemudian pindah jualan di garasi rumah,” ujar Jang Steven, yang kini didapuk sebagai Direktur Utama. 

Lebih lanjut ia menuturkan ajaran ortu, semua anak dididik untuk kerja keras. Ikut bantu mengelola operasional Mie Mapan, dan belajar berdagang sedari belia. “Sejak kelas 5 SD, saya diajari Mami untuk berjualan es lilin di sekolah. Jadi ketika pulang sekolah, saya masih harus totalan dulu dengan petugas di kantin,” kata Jang Bambang, anak termuda di keluarga ini.

Kerja keras, inovasi, loyalitas, jaga dan tingkatkan kualitas produk serta serius mengurus sertifikasi halal. Inilah semangat yang terus diusung oleh tim Mie Mapan.

“Pastinya kita harus TELATEN untuk menekuni bisnis yang sedang kita jalankan. Depot Mie Mapan tidak langsung ramai. Pernah dalam sehari laku hanya 1 porsi nasi putih, itupun minta dikirim ke rumah. Sebagai bentuk service pada pelanggan, ya kami tetap penuhi permintaan itu,” lanjut Steven.

Yap, perhatian pada customer, ini menunjukkan bahwa bisnis dijalankan dengan hati. Steven menceritakan, suatu ketika ada satu dengan keluarga dengan anak kecil yang sedang dine in di Mie Mapan. Lalu, turun hujan. “Secara otomatis, mami memberikan syal buat dipakai anak kecil itu, ‘Udah, kamu bawa aja, nggak usah dikembalikan, supaya kamu nggak kedinginan’. Perhatian kecil seperti ini yang membuat ikatan kuat antara kami dengan pelanggan,” tutur Steven.

TELATEN, Cara Bangun Bisnis yang Berkelanjutan

Melayani dengan hati adalah resep marketing dan branding yang konsisten dilakukan tim Mie Mapan.

“Papi Mami bilang kalian harus rukun. Kalau ada apa-apa, ayo diomongno, supaya paham dan masalahnya bisa selesai dengan baik. Budaya ala Mie Mapan itu tanggung jawab dan peduli. Kita harus terus membuat budaya ini mengakar, karena tiap orang kan datang dengan background bermacam-macam. Jadi, semua orang harus bekerja dengan acuan budaya ala Mie Mapan,” lanjut Steven.

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

9 thoughts on “Bongkar Rahasia Mie Mapan Survive di Blantika Kuliner Indonesia”

  1. telaten dan sabar ya 😀
    Ini yang sulit dilakukan kebanyakan orang, mereka maunya cepat sukses, cepat berkembang.
    Akhirnya sulit bisa bertahan apalagi bersaing.
    Senang deh Mie Mapan ini masih bertahan, apalagi rasa makanannya tak penah berubah

  2. Aku suka Mie Mapan dari jaman sekolah dulu, dan memang rasanya enak, apalagi saat ini varian rasanya sudah banyak
    Ga cuma aku sih yang suka, anak-anak mau suami juga suka

  3. Pokok terbaik ya mbak Mie Mapan ini
    Nggak cuma rasa ya, tetapi juga pelayanan terhadap pelanggan
    Pantes aja bisa bertahan sampai 3 generasi

  4. Keren banget ini mie mapan bisa bertahan hingga saat ini selama tiga generasi. Kebayang dengan rasa otentiknya. Karena kadang kita tuh walaupun suka coba berbagai macam varian menu, tetap bakal balik ke selera otentik yang bikin nyaman

  5. Keren, ya, ajaran orangtuanya. Semua anak diajari bisnis sedari kecil. Sehingga setelah dewasa bisa meneruskan usaha keluarga. Selain itu, senang sekali melihat sesama saudara akur dan bekerja sama untuk mempertahankan bisnis keluarga.

  6. belajar bisnis udah sejak kecil, udah jadi value keluarga. Tapi itu pun belum menjamin bisnis yang dijalankan bisa sukses, masih harus sabar dan telaten. Meskipun belum pernah merasakan langsung mie mapan ini, bisa jadi daftar kuliner kalu lagi melancong ke surabaya

  7. Patut jadi contoh tempat kuliner lainnya ya kak, jika dilayani dengan hati juga akan diterima dengan hati. Menikmati kuliner juga jadi lebih berkesan, kalau sudah ada kesan, marketing lewat mulut ke mulut menular

Leave a comment