“Astaghfirulllaaahhh, Allahu Akbarrrr….. Astaghfirullaahhhh…….”
Mbak Furya (sebut saja begitu) bolak-balik komat-kamit mengucap asma Allah, sembari memegang erat kursi di depannya. Wajah cantiknya tampak pucat, sungguh kontras dengan jilbab merah yang ia kenakan petang itu. Kami sedang di langit, berjibaku mengalahkan rasa takut, lantaran turbulensi yang kami alami, ketika berada dalam pesawat.
“Astaghfirullah…. Astaghfirulllaaaaha adziim….!!”
Seisi pesawat mayoritas terjerembab dalam ngeri tak terperi. Cuaca buruk sekali malam itu. Hujan super deras bersahut-sahutan dengan sambaran kilat, yang tampak sangat jelas di jendela pesawat. Seolah-olah siap menyergap kami, meluluhlantakkan para makhluk yang sarat dosa dan noda ini.
Saya? Takut. Sudah jelas itu. Sama dengan manusia-manusia lain di pesawat. Tapi, saat itu, ada yang berkecamuk dalam benak….
Bisa saja pesawat ini engga survive. Menyerah lantaran turbulensi super parah. Kemudian nyusruk,jatuh entah ke laut, ke daratan. Intinya seluruh kru pesawat ini gagal menyelesaikan misinya. Kemudian, kami pun bertransformasi menjadi almarhum dan almarhumah. Bisa saja ini terjadi. Saya takut, khawatir, ngeri, itu pasti. Tapiii…. satu hal yang saya syukuri: kami sadar beberapa detik kemudian bahwa kami bakal mati. Artinya, ada kesempatan untuk melangitkan doa, mengucap asma ALLAH dan merapal “Laa ilaaha illallah….” sebuah kemevvahan, yang barangkali sulit dilakukan oleh mereka, yang akhir hayatnya ‘unpredictable’ let say, karena sakit parah, serangan jantung mendadak, atau tabrakan di jalan? Kami panik, tentu saja, tapi kami sadar…. Buktinya, sedari tadi, kami senantiasa istighfar.
Dan, entah gimana…. saya jadi tenang. Saya justru merasa, apa ya…lega?

Toh, pada akhirnya kita semua akan endgame. Dan, demi mengetahui bahwa kami paham detik2 menjelang kematian… ini rasanya amat melegakan.
Astaghfirullaaahhh, Allahu Akbaarrr!
Pesawat terguncang hebat. Mungkin menabrak awan. Saya tak paham dunia aviasi, tapi yang jelas, tugas kami saat ini mengendalikan emosi diri.
Trus landingnya gimana mba?didarat atau dilaut?
Duuuuh mbaaaa, jujurnya walopun sering traveling, tapi aku tuh masih takuuut tiap kali mengalami turbulensi.
Yg terparah pernah aku rasain pas ke Bali malam hari. Itu sampe lemes sih, dan temen di sebelahku megang tanganku udh kayak tang, cengkeramannya kuat banget , bikin aku makin takut 🤣.
Juga kalo sedang nonton serial, dan ada adegan pesawat jatuh, itu aku lemes dan nangis pasti. Kayak film vegabond EPs 1, Ama Mad dog EPs 2, duuuh ga tega detik2 pesawat itu mau jatuh 😭😭. LGS kepikiran pas aku sendiri traveling. Tapi semoga kita dan keluarga ga mengalami cara seperti itu ya mba 😔.
Sejak beberapa orang kenalanku meninggal dlm kecelakaan pesawat terbang yg mana korbannya meninggal semua, perasaan takut naik pesawat sbnrnya makin gede. Tapi gimana Yaa, traveling juga passion buatku -_-