Riya’? Atau Dengki?

Riya’? Atau Dengki?

Sebagai anak sosmed banget, gue sering baca-baca status yang bertebaran di sekujur penjuru timeline. Terutama, di facebook atau instagram, karena karakternya kan panjaaaaaaang tuh, jadi kita bisa dapetin “insight” secara komprehensif. Enggak kepotong-potong, seperti twitter yang cuma 140 karakter. Etapiii, saya juga mainan twitter loh. Cuss go follow twitter saya di @nurulrahma yaaah. Hihihi.

Naaah, karena keseringan scrolling facebook, dll, ada satu status yang “kena banget” nih, di hati eikeh. Postingan ini tersebar di beragam sosmed, salah satunya di instagram @indadari. Waktu itu, saya lagi asyik browsing sana-sini pake KOMPUTER yang emang udah jadi soulmate banget.

Lengkapnya, gini bunyi statusnya:

Saya gak pernah merasa terusik, jika ada yang tulis status tentang ibadah atau kebaikan yang tengah ia lakukan.
Saya gak merasa terganggu, jika ada orang nulis status sedang puasa, sedang memberi sedekah atau menyantuni orang yang miskin.

Saya juga gak merasa risih, jika ada yang upload foto tengah membantu korban bencana, foto di depan Ka’bah ato foto menyembelih hewan kurban dengan memajang nama empunya.

Bagi saya, kebaikan dan ibadah itu bernilai positif.
Dan berita tentang hal positif layaknya kita tanggapi dengan positif pula.
Lantas dari mana muncul klaim riya’?

Sedangkan ia adalah amalan hati yang tak diketahui kecuali oleh pelakunya.
Dari mana kita mengetahui bahwa fulan sedang riya’, pamer dan ingin tenar?
Sudahkah kita membedah isi hatinya?

Atau jangan-jangan hati kita saja yang kotor dan mengidap sifat dengki serta hasud saat melihat kenikmatan yang didapat orang lain?
Jadi berbaik-sangkalah saat menilai orang lain.

Syukur-syukur yang ditulis dan di-upload adalah ibadah dan kebaikan.
Bukan keburukan maupun maksiat yang tengah ia kerjakan.
Kecuali jika ingin diterapkan untuk diri sendiri. Misalkan: “Saya gak mau upload foto ini karena takut riya” ya itu sih silahkan silahkan aja…

***

Nah kaaan, hakjleeeb banget kan?

Iya lo. Ini mewakili suara hati terdalam yang selama ini bertalu-talu dalam kalbu. Sepertinya kita kerap terlalu cepat melabeli seseorang dengan predikat “DASAR RIYA’!” atau “Amal itu hanya urusan kamu dan Tuhan! Ngapain dipamer-pamerin di sosmed!” dan segala macam kenyinyiran tiada akhir itu.

Enggghh, awalnya gue juga kerap terserat untuk ikut men-judge si anu si ono si itu si unu dengan label yang sama.

“Hoalaaah, pengin ngeksis di sosmed pake acara riya’ segala…” dan begitulah dan begitulah.

Hingga kemudian, gue tersadarkan akan satu hal. Sebuah fenomena yang sungguh bikin kita kerap terjerembab dalam rasa sebal yang tak berkesudahan. Sebuah hal yang saking biasanyaaa, seolah-olah ini adalah hal yang normal belaka.

Apakah itu?

Yap. BAHWA MAYORITAS POSTINGAN DI SOSMED/LINIMASA ADALAH HAL-HAL YANG JUSTRU MENJAUHKAN DENGAN AKHERAT KITA.

Oke, saya nggak bikin data statistik yang bener-bener akurat. Secara sepintas lalu aja, kita udah notice banget kok… bahwa terlalu banyak hal-hal hedon alias momen bersenang-senang yang terpampang nyata di sosmed. Daaaan, kita ngerasa fine-fine aja tuh. Misal nih, misal.

“Cek IG kita sist! Banyak koleksi hot pants kekinian yang kece bingits buat #OOTD, bisa kalian pake buat ngedate looh!”

“Kalo lo ngaku jadi anak gahoool, WAJIB HADIR di acara #hajebhajeb di kafe remang-remang cahaya minimalis. Get your exclusive ticket Now!!”

“Hidung Anda kurang mancung? Jerawat tumbuh di sekujur wajah? Jangan khawatir!! Segera hubungi klinik kami, untuk operasi plastik demi wajah kinclong ala artis-artis Korea!”

See??

Pesan-pesan semacam itu bertubi-tubi menyerbu kita. Seolah nggak kenal lelah, mereka membombardir kita dengan aneka iming-iming duniawi nan menggiurkan. Bahwa kita bakal jadi orang yang ngeheitss, setelah mengikuti jejak hedon itu. Bahwa kita akan selalu eksis, manakala semua nafsu duniawi terpenuhi.

Nah. Jika semua hal yang “duniawi” banget aja, begitu jor-joran berkampanye melalui medsos, dan kita ngerasa fine-fine aja…

Lantas… mengapa kita justru cepat “panas” dan menuduh “Dasar Riya!” ketika seseorang mem-posting hal-hal yang berbau ibadah?

Mengapa kita merasa nyinyir laksana nenek sihir tatkala menyaksikan aneka kampanye kebaikan yang bergulir di sosmed?

Enggak adil sama sekali kan?

That’s my point. Ayolah gaes. Jangan mudah kesulut dengan hawa nafsu untuk menuding si anu lagi riya’ whatsoever. Karena dunia kan makin ganas, aneka ajakan untuk berbuat dosa menggerojok dengan begitu deras, tanpa diminta.

Sementara ketika sejumlah pihak malah menyuarakan untuk berbuat baik, tidak sedikit yang justru “mematikan semangat dakwah” dengan menuding ini sebagai Riya’.

Semua itu kembali pada hati. Bersihkan hati, gelontor jiwa yang dahaga. Aneka penyakit hati bisa datang tanpa diundang. Sudah waktunya kita tundukkan jiwa, agar Allah menjaga hati kita, dari invasi penyakit jiwa, yang sungguh mengerikan tiada tara.(*)

Ditulis untuk menyemarakkan #LigaBloggerIndonesia2016

 

sumber foto: http://www.gratisography.com/#urban

Advertisement

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

34 thoughts on “Riya’? Atau Dengki?”

  1. Saya nggak pernah make sosmed mbak. Ntar malah iri sama kehidupan orang lain. Klo diliat2 kok hidupnya penuh kebahagiaan terus ya?

    Sedangkan kehidupan saya serba susah. Makanya saya menghindari sosmed he he he

  2. serba salah sih memang posting2 jaman sekarang ini, kenapa seolah-olah semuanya jadi menghakimi apa yang diposting gitu x_x

    main sosmed emang butuh mental baja sihh, kalo gak kuat mendingan jangan 😀

    1. Embyeeerrr Dita 🙂

      Aku sih berpegang teguh *cieee pada quote ini:

      Your words define who you really are. Judging a person does not define who they are. It defines who you are

      –Quote of The Day-

  3. Mengingatkan itu gapapa. Menuduh dan menghakimi yg ga boleh.. Sayangnya, ada yg niatnya ngingetin tapi malah jadi ngehakimin. Ada juga yg emg benernya ngingetin tapi malah dibilang ngehakimin.. Ah, manusia…

  4. Manusia emang beragam ya mba… ada yang riya, setengah riya atau apalah namanya. Kalo aku mah males nge-judge postingan orang.. hihihi… takutnya kita sibuk menghakimi orang lain tapi sendirinya juga bikin hal yang sama alias riya tadi… 😉

  5. kita postnya gak punya niat apapun, trus yg lihat udah jelek aja niatnya, nuduh pamer dan teman2nya..
    semuanya tergantung opini pembaca sih mba.. 😀

  6. Zaman sekarang, kalau kata bos saya, tuntunan jadi tontonan yang banyak diperdebatkan, sedangkan tontonan yang banyak nggak betulnya jadi tuntunan bagi banyak orang. Miris sih… tapi ini tanda akhir zaman makin dekat ya Mbak :hehe. Yah kalau saya, untuk soal orang-orang yang unggah foto macam-macam, entah ibadah atau maksiat, yah biarkan saja :haha. Semua konsekuensi kan dia yang akan menanggung. Kita cukup pilah pilih dan ambil baik-baiknya saja, yang jelek-jelek dibuang lebih baik :)).

  7. mamulo toh mbak, posting ajaaaa soal abang Grey, dijamin ngiri smua…apaaaa sih hihihihi
    drpd ruwet mikirin opini org, mending berbenah diri sendiri aja kali ya mbak….makan atiiii mikirin opini org trus, mana aku gk suka ati pisan *elooooooh

  8. berfikir positif itu bisa mengurangi riya/dengki atau bahkan menghilangkannya. selalu ada hal-hal yang baik yang bisa diambil seperti motivasi atau reminder untuk ikut melakukan hal yang baik. kalo saya sih biarin aja mereka posting, socmed milik sendiri kok.

  9. Yaaahh, be positive aja yaah klo lihat org berbuat baik lalu mengekaposnya di sosmed, yaahh mari kita anggap bahwa dia jg mengajak/mengingatkan kita utk slalu berbuat baik bukan sebaliknya 😉

  10. Assalamu’alaikum wr.wb
    Hemm, iya emang sih kadang2 kalo kita upload yang berbau kebaikan pasti banyak yang bilang “Pamer” atau “Riya’ ” . Padahal mereka juga gak tau kan isi hati yg empunya foto atau video atau status di sosmed tersebut.
    Jadi kita perlu juga untuk memfilter apakah postingan kita perlu di posting apa tidak.

    Wassalamu’alaikm wr.wb

  11. pesan ato gagasan yang mungkin banyak orang ingin menulisnya tapi susah mengkonfersinya ke dalam bentuk kata-kata, entah tertahan karena ego, ato mungkin jg karena punya kebiasaan yg sama.
    niat orang tidak ada yang tau… kalo dia berbagi tentang perbuatan2 baiknya paling tidak kita tidak menghakimi, kan valid tidaknya perbuatan baik orang itu sudah ada yang ditugaskan untuk menilai.

    vote for inspiring article

    @pararang.

  12. Nah…orang yang sukanya gitu mah orang iri saja kali…kerjaannya ngomenin orang terus, apalagi sekarang banyak orang yang gampang sekali terprovokasi menjudge orang lain, berprasangka buruk…merasa benar sendiri. kayaknya orang-orang kayak gitu butuh kaca ya mba…hihi

  13. Karena socmed itu bisa diakses banyak orang jadi yah gak bs dihindRi juga komennya bisa macem2 ya. Tergantung orang yg ngeliatnya gimana. Butuh kekuatan hati buat main socmed ternyata

  14. Ngena banget mbak statusnya, emang semua tergantung niat masing2 tapi setidaknya dari postingan tersebut kita juga mengambil kesimpulan bahwa terkadang yang mempost hal tersebut sedang riya atau sekedar ingin berbagi kebaikan. Emang sih susah buat mbedah isi hati orang, yang penting kita berpikiran positif ajah.

    Btw kebetulan teman2 saya di facebook kan kebanyakan blogger dan internet marketer, terkadang mereka juga niatnya ingin mendongkrak produk atau popularitasnya dengan “pamer” kemampuannya. Tapi kalau yang aku pikirkan sih mereka selain punya niat demikian juga ada niatan untuk memotivasi orang lain agar bisa seperti demikian.

  15. Kalau masih wajar dan tidak menyinggung pribadi banget, saya masih mentolerir, tapi bila sudah mengarah ke porografi, saya biasanya amankan akun yang posting dulu. Nanti kalau ketahuan kena hack, bisa di add ulang. @KMubarokah LBI Grup B

  16. Kalo lebih ditilik, akun-akun anonim mungkin setiap hari memposting hal-hal tentang ibadah. Menganjurkan ini dan itu. Tapi, kalo di-post di akun personal, interpretasinya bisa jadi beda. Miris sih, ya mau gimana lagi. Kita nggak bisa membatasi jangkauan orang berpikir.

    Semua orang punya persepsinya masing-masing. Balik ke kontrol diri kita kali ya. Bukankah niat baik juga sebaik-baiknya dieksekusi dengan baik?

    😀

    ❀ Diary Khansa by Funy ❀ http://www.diarykhansa.com ❀ Twitter: @tehpocii ❀

  17. Semua kita kembalikan pada diri masing-masing, yang penting sudah tahu hukumnya klo berbuat a,b dan c dst…betul kata teman2 di atas kembali pada niat si pelakunya aja. Itu aja sharing dari saya….

  18. setujuuuuu … dengan status yang mak jleb itu.

    Status positif di tanggapi dengan positif aja. Kalaupun yang nyetatus itu bermaksud riya, buar itu jadi urusan dia dengan Allah SWT. Lagipula biasanya yang menjudge ini itu (walaupun ditutupi dengan alasan menasehati hehehe) biasanya tidak mengenal baik. Kalau keluarga atau sahabat biasanya lebih mengerti. Dan biasanya orang terdekat menegurnya gak secara terbuka *kalau memang ada yang harus ditegur* 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: