Deadline vs “dead line”

Banyak deadline yg musti selesai pekan ini. Majalah kantor, posting untuk produk susu, produk krim perawatan, dll… Buanyaaak banget.

Apa daya, deadline itu kudu ter-pending sejenak, lantaran ada “dead line”. Yap, berpisahnya ruh Dari raga, yg dialami saudara sepupu saya. Masih muda, usia 30 seorang dokter yg bertugas d pelosok mataram (harus menempuh 2 jam perjalanan Dari pusat kota Mataram)

Orang yg cerdas adalah mereka yg mengingat mati… Dan mempersiapkan diri utk menghadapinya.

Tak perlu menjadi renta untuk menghadap Sang Maha
Tak perlu sakit parah, apabila memang saat “itu” tiba, siapkan diri menghadap Sang Maha Rahmah.

Yg patut jadi pelajaran, tak boleh lagi ada prokrastinasi. “Ntar aja deh… Naskahnya aku kirim kalo udah mood yak…”

Waduh. Ini aku banget. Hiks.

Semoga, berpulangnya adik sepupuku yg baik hati, lisan, tindak-tanduknya ini meninggalkan ibroh (pelajaran) buat siapa saja.

Termasuk buatku, kakak sepupu yg masih kerap bergelimang keluh. Count your blessings…. Isi hidup dgn ragam amal… Jangan menunda kebaikan….

Have a safe “trip”, Dek Maman…dokter Fadhlur Rahman….insyaAllah jannah nan indah menyambut sosok semulia dikau…

See you, when I see you….

Advertisement

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

22 thoughts on “Deadline vs “dead line””

  1. Turut berduka Mbak Nurul, terima kasih sudah diingatkan untuk mengingat mati lewat tulisan ini 🙂

  2. turut berduka cita yah Mbak, semoga dapat tempat terindah di sisi Nya, Aamiin..
    kita emang selalu ingat mati, karena itu tujuan utama kita hidup di dunia ini 😦

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: