Hati-hati dengan Sang Buah Hati

Dua hari lalu ada berita yang menyesakkan dada. Seorang balita berusia 3 tahun, jatuh dari eskalator di sebuah mall besar Surabaya. Bodinya meluncur, sampai ke lantai bawah…dan bocah itu, meninggal dunia saat dilarikan ke RS. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un…

Lagi-lagi balita harus meregang nyawa di mall. Ini sudah kejadian ke-sekian kalinya. Si balita itu ke mall hanya berdua dengan ibundanya. Pertanyaannya adalah, ibunya  ke mana?

Berdasarkan laporan saksi mata,  sang ibu tengah memilih sandal kece di salah satu outlet, sehingga si buah hati lepas dari pengawasan. Duh, makin ngilu bacanya:(

Mall BUKAN Tempat Aman 

Saya  tidak hendak menghakimi si ibu yang lalai. Atau menuduh sistem keamanan mall yang buruk. Atau, menuding orang-orang kota yang makin kehilangan rasa peduli dan empati. NO. Sama sekali tidak.

Tapi, saya mau mengingatkan diri sendiri. Juga mengingatkan para orang tua, bahwa MALL itu BUKAN TEMPAT YANG AMAN.

Jangankan buat anak-anak. Mall juga BUKAN lokasi yang aman untuk orang-orang tua dewasa seperti saya.

Kita nggak pernah tahu, siapa dan bagaimana orang yang berpapasan di dalam mall.

Penjahat-kah?

Koruptor-kah?

Pedofil-kah?

Sama sekali nggak ada gambaran siapa dan bagaimana mereka.

Karena itu, MEMILIH UNTUK SELALU WASPADA adalah hal mutlak yang wajib banget kita lakukan. Beberapa kali, ada kasus gendam (hipnotis) yang berujung pada lenyapnya sejumlah rupiah. Dan itu terjadi di MALL.

Atau, yeah, petugas sales ini-itu yang bersikap agak minta diberi ajar (eufimisme dari ‘kurang ajar’) yang hmfptrfttt banget nget nget.

Pokoknya, MALL itu bukan tempat yang aman.

Sayangnya, orang kota terkadang justru menjadikan mall sebagai sanctuary. Kita malah berasyik-masyuk, dengan memandang aneka barang dagangan yang seolah bisa menjadi “pil kebahagiaan” apabila kita tebus  saat itu juga.  Justru banyak ‘orang kota’ yang terlena dengan segala hedonisme yang ditawarkan mall. Kita menjadikan mall sebagai “terapi jiwa”, semacam  destinasi  rehat yang sanggup meletupkan semangat.

Ahhhh…. sungguh sayang…..

Logika ini harus dipertanyakan. Mall  itu pasar. Dan, Anda tahu, bahwa teladan umat Islam, Rasulullah Muhammad, mengatakan bahwa pasar itu lokasi yang banyak jadi sumber dosa. Beragam kebohongan bertebaran di sana. Ngaku SALE 50% yadda yaddaaa padahal, harga-harga udah di-mark up, huh. *curcol dikit*

Plusss, oh…. itu kenapa aurat bertebaran di segala penjuru? Taruhlah suami kita bisa merem dari mbak-mbak SPG, tapi tapi tapiiii, materi brand dan produk yang terpampang nyata HAMPIR SEMUA menampilkan cewek-cewek dengan kostum yang yaaaah, begitulah 😦

Semua  itu seolah melahirkan konspirasi *halaaaghh* untuk terus memperdaya kita “Ayoooo, belanja sekaraang… Kapan lagi dapat harga murah segini, mumpung diskon… Hidup cuma sekali, jangan ngirit kebangetan deh, ntar nyesel loooh gak bisa tampil maksimal…”

Semacam itu.

***

Saya bukan anti-mall. Saya juga masuk kalangan mainstream, yang terlena dengan kemegahan mall, dan heiiii… apa boleh buat? Jika liburan hanya berkutat di Surabaya, maka itu artinya hiburan saya berpusat di Mall, mall dan mall.

Hanya saja, ada yang patut direvisi dari injeksi virus mall ini. Jangan jadikan mall pusat kebahagiaan.

Mall hanyalah lokasi biasa yang layak disinggahi. Mall rawan kejahatan. Apapun bisa terjadi di dalam mall.

Buat para ibu, kalo memang tak sanggup jalan berdua dengan bocil, plis plis plis, jangan paksakan. Lebih baik TAHAN SEBENTAR keinginan untuk nge-mall. Atau, silakan nge-mall dengan SATU PARTNER yang bisa diandalkan. Jadi, ketika “setan mall” itu bergentayangan sehingga membuat kita euforia, maka buah hati  kita bisa berada di tangan yang tepat (dan jiwa yang lebih “sehat”)

JANGAN andalkan orang lain untuk menjaga anak Anda.  Orang lain ya orang lain. JANGAN berasumsi bahwa, oh… ntar kalo ada apa-apa dengan anak, toh bakal ada orang lain yang menolong… Jangan. Jangan punya pikiran semacam itu.

Anak yang kita bawa dari rumah menuju mall, adalah tanggung jawab KITA sepenuhnya.

Tapiii, di sisi lain, saya juga menghimbau diri saya sendiri, untuk tak melulu cuek dengan apa yang terjadi di mall.

Kalau terlihat ada sesuatu yang mencurigakan (anak kecil melangkah sendirian ke eskalator, misalnya) maka secara manusiawi, alangkah baiknya bila kita peduli. Tidak cuek. Mungkin, kepedulian level minimalis sekalipun, bisa membantu menghindarkan semua dari kejadian yang mengerikan.

SELAMAT BERLIBUR. HATI-HATI dengan Bawaan Anda. HATI-HATI dengan Buah Hati Anda. (*)

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

34 thoughts on “Hati-hati dengan Sang Buah Hati”

  1. Iya Mbak.. Mall itu pasaaar… Hoho… Aku ke mal skrg jarang utk window shopping, cm beli apa yg dibutuhin trua pulang.. Sale pun gak bikin tertarik, karena malah bikin beli yang gak perlu jdnya malah makin boros

  2. Kemarin saya menonton sidang pengadilan tentang kasus seorang anak yang meninggal tersetrum di sebuah mal gara-gara ada kabel neon box menjuntai dan mengaliri railing besi tempatnya berpegangan. Di sana ada ibunya padahal, duduk di sebelahnya. Ya mana ibunya tahu kalau pagar itu beraliran, yang terjadi setelahnya anaknya sudah terlentang dengan kaki membiru.
    Sungguh, mal itu tempat yang berbahaya. Aturan kalau kita butuh sesuatu saja kali ya Mbak kita ke mal, kalau untuk jalan-jalan mending tidak dulu, deh. Banyak tempat wisata yang lebih baik. Taman Bungkul misalnya, sekalian makan-makan :hihi.

  3. إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
    Ya Allah…. 😥
    Betul sekali, harus hati-hati kalau bawa anak kecil yg kadang bisa dalam sekejap mata hilang dr pandangan.
    Kebayang sedihnya 😥
    Di Indonesia memang Mallnya keren-kereeeen ya mak, kalah jauh deh Jerman, kalau kami ke Indonesia, muka takjub anak-anak ngga bakalan bisa disembunyikan deh, kaya baru turun Gunung 😀

  4. Haduh mirisnyaaaaa. Memang MALL BUKAN TEMPAT YANG AMAN Mbakyu. Hadudududuh. Sedih baca ini. Kalo gak ada perlu akhir-akhir ini emang jarang sih ke mall. Kalo gak ada voucher yang harus dihabiskan juga bakalan gak tergoda lihat diskon ato sale kalo emang barangnya gak perlu.

  5. Betul bgt mak. Mall itu berbahaya. Aku juga ga berani ke mall berdua doang sama anakku. Minimal papanya ikut. Sama mba nya aja jg ga berani. Soale anak kecil itu gerakannya ga bs diduga. Sedih bgt denger beritanya. Tp ga mau nyalahkan ibunya soale aku pun kadang lengah kalo dah belanja

  6. Aku kurang tahu berita ini mba.. Maksudnya body nya meluncur itu, jatuh? Dari atas ke bawah eskalator? I’m sorry to hear that. Banyak sekali kejadian di eskalator mall maupun tempat grocery lainnya.. Semoga kita makin berhati hati

  7. Emang enak kalau nenteng anak ke mall, suami juga ikut. Enaknya, dia yang jaga kita yang shopping *hueehee*
    Gak kok, saya gak doyan shopping di mall. Mudah2n gak ada kejadian duka seperti itu terulang lagi, ngeri banget kalau urusannya ke nyawa anak2.

  8. ya Allah.. iya, aku juga tau berita ini.. apalagi eskalator mall2 itu kan memang tinggi2 ya.. makanya klo bawa anak sbaiknya memakai lift.makasih ya mba utk ceritanya..

  9. Aq jarang bgt ngajak anak2 ke mall, kebetulan bapaknya jg gak suka ke mall kecuali emang ada perlu bgt. Kalau emang niat window shopping aq prefer sendiri atau ngajak temen yg doyan shopping jg, no guilty feeling kalau mau liat2 lama jadinya 🙂

  10. Setuju mba, kalo saya pribadi jarang ajak anak2 ke Mall, soale masih pada kecil. Kalaupun diajak saat beli baju, musti selalu digandeng terutama saat naik eskalator.

    Dan yang paling penting sebagai orang tua, musti selalu awas terhadap anak dan jangan lupa selalu berdoa agar keluarga terutama anak2 selalu sehat wal afiat.

  11. aku dulu selalu bilang ama anak2ku gak bileh jauh2 dari mama, kemanapun selalu aku gandeng walau anaknay sih maunay bergerak bebas. Untungnya anak nurut, walau aku lagi belanja dia akan diam di sebelahku

  12. Saya suka gak pede kalo pergi berdua saja sama bocil terlebih ke mall. Krn bocil saya aktif sekali, lari sana lari sini. Adanya mumet kalo cuman jalan berdua hehehe. Pasti selalu nunggu suami, biar ada salah satu yg ngeliatin pas yang satunya lagi belanja

  13. anakku remaja, kl ke mal papa mama gantian di dekatnya,
    tetap lho kudu dijagain
    kl pengen belanja utk diriku sendiri lebih baik perbi sendiri atau bareng teman,

  14. Kemarin pas ke Jembatan Merah juga ada balita yang jari tangannya kesangkut di pegangan eskalator, Mbak. kurang tau kronologi awalnya gimana. Tau-tau jarinya diputus biar bisa lepas dari eskalator. Langsung shock aku, Mbak. T.T

  15. aduuh nyesek bacanya :(.. makanya sjk punya anak mba, aku tuh bisa dibilang jarang bgt ke mall.. kalo mw belanja2 baju, toh skr onlineshop udh bnyk byangeettt dan bgs2 pula.. tinggal klak klik klak klik, udh kebeli… kalopun hrs ke mall, aku biasanya ga mw bawa si kecil, kecuali babysitternya ato papinya ikut juga…jd ada dobel ngawasin…

  16. kayaknya sering banget kejadian anak kecelakaan di eskalator…
    sejak punya anak..blm pernah nge mall sendiri, harus ajak suami, ngajak suami jg tetep aja ga bs nikmatin nge mall kyk zaman single…anaknya ngajak lari2 terus…

  17. Mall, mall, dan mall….jaman kuliah aku masih sering ke mall utk refreshing (gak sering, paling banyak sebulan sekali), lah ke mall yg dekat kampus kala itu begitu masuk ke store apah gettu terus diikuti saja oleh SPGnya. Bukan karena akan menawari, tapi kayaknya curiga dengan sandal jepit yg kupakai sama teman-temanku tuh Mbak.

    Setelah menikah, dalam setahun gak sampai 10 jari ke mall. Bukan anti mall, tapi bingung mau ngapain sering-2 ke mall. hehehehe

  18. Bener banget kalau bawa anak ke mall harus ekstra hati2, terutama pas naik eskalator harus dipegangin atau dipangku aja sekalian, pernah liat ada ibu & bapa yg kebingungan cari anaknya karena ga ada disitu & saya heran aja segitu asiknya liat2 barang sampe lupa sama anak, kan sebetulnya bisa bagi tugas kalau bapanya yg lagi cari2 barang maka ibunya yg jagain anak & sebaliknya jadi ga akan hilang deh tu anak kalau selalu dekat kita

Leave a reply to Hastira Cancel reply