Hola, gimana kabar manteman? Semoga selalu sehat, semangat, dan happy syalala, walopun bosan udah nggak pake takaran ya, hehe.
Kali ini saya mau cerita tentang coaching clinic bersama Dewi ‘Dee’ Lestari. Acaranya udah cukup lama sih (tahun 2015), tapiii karena menurutku, konten pelatihannya OK bingits, maka aku mau share di blog ini. Coaching Clinic bersama Dee digelar di Perpustakaan BI Surabaya. Kelas ini hanya diikuti sekitar 25 orang, sangat privat, sehingga kita bisa chit-chat dan menyerap beragam ilmu yang dimuntahkan oleh Dee.
Yang namanya ilmu itu kan semakin dibagikan, insyaAllah bakal ngasih multiplier effect. Ilmu yang sarat manfaat, bakal berguna sampai kapanpun! Semoga artikel ini bermanfaat buat siapa aja, ya. Kalo dirasa ada faedahnya, boleh lho, share di socmed, mention daku di twitter @nurulrahma yes.
Saya “jatuh cinta” dengan gaya penulisan Dewi ‘Dee’ Lestari. Novel-novelnya “out of the box”, genre yang nyaris tak dilirik oleh penulis-penulis lain. Terkadang (sok) saintifik, di lain waktu absurd, tapi yang jelas, itu semua menimbulkan ‘getar-getar candu’ yang merasuk kalbu.
Bahkan, novel Dee yang “enteng”, seperti “Perahu Kertas” juga berhasil membetot atensi saya. Gaya penulisan yang nyantai, justru gampang dikunyah pembaca. Dan, sekali lagi, harus saya akui, saya larut dalam tiap narasi yang disuguhkan seorang Dee.

Modal penulis
Sebagaimana pekerjaan lainnya, bekerja/beraktivitas sebagai penulis, tentu butuh MODAL. Apa saja modal penulis? Di mata Dee ada 4, yaitu:
1.Berpikir kreatif
2.Tekun berlatih
3.Tahu buku apa yang mau dia tulis dan ingin dia baca (pake banget)
4.Deadline
Bagaimana berpikir kreatif?
Dee melontarkan pertanyaan kepada para peserta, “Apa yang dimaksud berpikir kreatif?” Beberapa merespon, “Mencoba berpikir dengan cara yang berbeda dengan kebanyakan orang.” Yeah, kebanyakan dari kita memakna kreatif = anti-mainstream = out of the box.
“Dulu, saya merasa berpikir kreatif memang harus seperti itu. Tapi, ketahuilah, bahwa tidak ada sesuatu yang baru di dunia ini. Manusia punya masalah dan perasaan yang universal. Semua merasakan cinta, benci, sakit, gembira, kecewa. Kalau kita merasa ‘harus beda’ maka nantinya akan menjadi beban besar dan membuat kita tersesat,” papar Dewi.
Lalu, lalu, ‘berpikir kreatif’ itu seperti apa?
”Perluas medan kesadaran kita. Expanding our awareness. Misalnya, kita bisa menulis dengan membayangkan diri kita adalah cicak, atau spidol. Menjadi sesuatu yang bukan kita. Karena orang yang berpikir kurang kreatif akan stop pada dirinya sendiri. Selalu manfaatkan ‘satu kamera lagi’ yang berfungsi untuk mengamati. Karena OBSERVASI adalah modal utama penulis,” lanjutnya.
Perlunya Celengan Ide
Setiap manusia itu unik. Sayangnya, unique voice kita tertutupi dengan ‘lumpur-dalam-pikiran’. Karena itulah, harus kita gali.
Menulis adalah tentang menggali. Apa yang digali? Segala sesuatu yang bukan suara unik kita, atau ‘lumpur dalam pikiran’. Terus cari unique voice itu. Sesuatu yang semacam ‘rasa gatal yang tak kunjung reda’. Semakin kita garuk, semakin gatal, dan kita semakin pengin garuk terus dan terus. Itulah unique voice kita! Menulislah tentang itu. Nggak lagi penting apakah buku kita laku, apa kata orang dan seterusnya. Karena setiap tulisan akan menemukan pembacanya masing-masing.
Tentang ide, kita harus punya awareness yang berkembang. Ide itu bisa di mana saja. Sebenarnya otak kita ini laksana antena parabola, yang bisa menerima banyaaaak sekali sumber ide. Jadi, nggak ada ceritanya kita nggak dapat ide. Yang ada adalah, kita menerima terlalu banyak ide, lalu bingung mau pilih yang mana. Nah, tugas otak kita mengerucutkan ide itu, yang lain adalah noise.
TIPS KETIKA IDE BERMUNCULAN
Dee bilang, ia punya tiga tips yang diterapkan ketika ide bermunculan:
(1). Personifikasi ide. Harus punya tujuan konkret dengan ide, karena akan memudahkan diri kita. Yang jelas, jangan memitoskan ide.
(2). Perlakukan Ide seperti teman/partner. Ketika kita ingin menulis dengan ide A, lalu tiba-tiba ide B muncul. Ajaklah B bicara laksana teman, “Hai ide, saya simpan kamu dulu ya. Tunggu dulu, karena saya lagi ada deadline dengan ide A.
(3).Miliki selalu celengan ide.
Bagaimana Ketika Naskah Ditolak Penerbit?
Sedih, gundah gulana, nelangsa. Naskahku kurang apa? Mungkin, ‘protes’ itu yang kerap bersemayam di hati, manakala kita mendapati kenyataan bahwa naskah kita belum layak terbit. Huhuhu. Tapi, tenang saja. Bahkan seorang Dee dulunya juga sering menerima penolakan! Naskah-naskah yang ia kerjakan sepenuh jiwa, tak kunjung dimuat di rubrik cerpen majalah remaja. Apa yang Dee lakukan?
“Ketika naskah ditolak, ada dua pilihan sikap yang bisa kita lakukan. Pertama, putus asa. Lalu ogah menulis lagi. Stop sampai di sini. Atau, kita bisa memilih sikap kedua, ‘Majalah ini belum rezekinya saja berjodoh dengan saya’. Naah, alangkah damainya kita bila mengambil pilihan reaksi seperti ini kan?” ujarnya riang.
Aaaah, hari itu memang sarat inspirasi. Dee bisa membukakan mata (dan hati) saya, bahwa menulis adalah sebuah empowerment. Menulis butuh stamina yang kuat. Tekad yang membaja untuk bisa melahirkan “anak jiwa” berupa karya. Menulis adalah tentang disiplin. Tentang menggali “unique voice” dari dalam diri kita.
Menulislah…. Bayangkan energi sedih, lucu, gembira, dan sebagainya bisa menular ke pembaca kita.
Menulislah…. Karena dengan menulis, aku ada.(*)
manteb mba semangat terus, saya masih blm punya ide dan bakat mau nulis apa nih
Wah, ini tips tipsnya juga out of the box banget. Beda dari yang lain. Dewi Lestari ini emang cukup unik ya mbk buku bukunya. Best seller juga bukunya
jadi begitu ya? kita tidak harus berpikir dan mencari ide yang kreatif, atau out of the box, tapi melihat segala hal, berbagai hal atau suatu hal dengan cara yang berbeda, dengan persepsi yang berbeda, maka akan menghasilkan cerita yang berbeda. betul?
Setiap membaca karya yang bagus, semisal tulisan Dewi Lestari, saya berangan menulis sebagus itu. Membaca beragam tips, dari blog ini dan dari tempat-tempat lain. Lalu mencoba mempedomani kemudian mulai menulis. Tidak gampang, ternyata.
Gimana dong?
Tips yang berguna buat saya. Dee adalah panutan dalam menulis. Terima kasih sudah mau berbagi ide.
Berpikir kreatifnya ini keren banget ya. Saya pun kepikirannya out of the box. Tapi ternyata bagaimana kita menempatkan diri menjadi tokoh yg ditulis ya.
Makasih sharingnya Mak, hadudu beneran menulistuh butuh latihan, ketekunan,kreatif dll.
Dan yang memang berasa, ketika menulis semacam ada ruhnya, jadi apa yang dibaca dirasakan pula oleh pembacanyaa.
Eh nyampek di artikel yang di-RT mbak Dee xixixi
Ternyata medan kesadaran, kirain kesabaran hehehe.
Jadi kyk diminta kita memposisikan diri kita menjadi sesuatu yang sudut pandangnya kita tulis itu ya mbak?
Yup, celengan ide itu juga ide bagus, biar gak buntu malu pas ngadep leptop wkwkwkwk
Aku kalau nulis gak pakai DL, mandek Mulu, hihihi. Jadinya kutabung aja. Terus berusaha buat riset biar gak bolong kalau bikin deskripsi dan lainnya
Sama, Mba Jiah. Makanya saya buat DL sendiri kapan tulisan saya harus selesai. Saya jadwalkan sendiri. Biar termotivasi.
Saya membaca hampir semua karya Dee. Dan selalu terpukau, entah oleh gaya berceritanya, pemilihan kosa katanya, atau ide yang bagi saya out of the box. jadi Dee itu, untuk melahirkan karya-karya yang banyak mempengaruhi orang itu, dia juga selalu belajar dan melatih dirinya agar selalu disiplin ya. Bangga deh Indonesia punya penulis seperti dia
Celengan ide. Nah penting ini.
Tapi kadang saya tuh celengan idenya sudah terisi banyak, tapi nggak bisa menuliskannya. Ketumpuk-tumpuk akhirnya saya merasa idenya udah basi, terus nggak jadi tulisan deh
Catatan tentang kreativitas itu bagus … jadi, cara untuk kreatif adalah dengan memperluas medan kesadaran kita ya, Mak … siip noted
Aku suka banget sama semua tulisannya Dewi Lestari. Selain kreatif juga risetnya nggak main-main. Ternyata salah satu kuncinya adalah dengan membayangkan diri kita sebagai sesuatu yang lain. Kereeen.
Mau saya coba terapkan juga ah untuk menulis blog. Dewi Lestari memang penulis buku hebat. Lagu karyanya aja banyak enak didengar
Aku tahu Dee ya dia penyanyi, nulis lagu. Terus akhirnya tahu dia nulis buku juga. Beberapa sempat kubaca dan kureview di blog
Aih senangnya yang pernah ketemu Mbak Dee. BTW, makasih lho mbak tulisannya…habis baca tulisan ini kok ya saya jadi punya energi untuk semangat menulis 🙂
Manteb banget emang ilmunya Dewi Lestari mah
Makasih udah di-share yah mbak,
Iya juga yah, selain kreatif kita juga harus menajamkan observasi kita yah biar lebih peka dan jeli dalam mencari ide. Semoga kita bisa semangat terus menulis yaaah
mksh nih tipsnya mbak dee. hehe.. jadi tambahan ilmu utk aku yg blogger dan nulis tiap hari.
Herannya belum satupun Novel Dee yang berhasil saya baca. pertama karena nggak beli dan nggak punya. Kedua tiap kali ke toko buku suka bentrok budget sama judul buku lain yang emang udah niat mau beli. Swear deh kepo banget dengan gaya penceritaan Dee.
Beruntung banget bisa belajar menulis langsung dari Dee. Aku belum bisa sih nulis cerita gitu. Penasaran banget pengen nyoba tapi suka nggak punya ide.
Salut banget sama Dee Lestari.
Karena ia awal karirnya dari entertainment yaa…trus masuk ke literasi dan sungguh total.
Suka banget sama riset mendalamnya mengenai sebuah karakter.
Karena tulisan kak Nurul yang ini, aku jadi baca ulang beberapa novel Dee.
Sungguh menyenangkan bisa membaca novel-novel beliau.
Celengan ide itu sih yang agak sulit kalo buat aku. Terlalu sibuk sm anak2 akhir2 ini. Tapi liat gini jadi semangat lagi. Beruntung banhet sih mba bisa hadir di acaranya
Nice tips Mba. Thanks for your sharing. I need it because i almost give write my project to my new book
Dee itu setiap ada ide tidak pernah membiarkannya, makanya terus produktif. apalagh aku yang nulis blog aja suka males-malesan huhu
Selalu salut dengan penulis-penulis keren macam Dee Lestari. Ternyata ada tips-tips nya juga ya untuk menghasilkan karya yang keren. waah baru ngeh nih ada celengan ide. Terima kasih mbak tulisannya
Meskipun udah lama, 5 tahun lalu ya mbak, tapi namanya ilmu relevan aja sampai sekarang yaa. dan aku sepakat, ilmu yang dishare itu ilmu yang bermanfaat dan akan memberikan efek juga kepada yang membagikan.
Bener yaa mbak. Ilmunya tetap relevan. Dan ya itu, kita bisa belajar dari mana dan siapa aja. Karena setiap orang, setiap tempat, adalah guru. Tergantung bagaimana kita mengambil pelajaran dari mereka.
Salah satu penulis favorit saya nih mba.. selalu come up with something interesting to read. Bravoooo
Wah, bagus ini. Ternyata begitu ya proses kreatif menulis Mbak Dee. Dipraktekkan tipsnya, ah 😃
Astaga, aku kemana aja… Baru 2019 baca novelnya Mba Dee. Baru tau setotalitas itu beliau kalo nulis yaa.. .. Keren banget. Aroma Karsa nya yang 700 halaman itu bahkan aku lahap dalam 2 hari Mba, total baca 17 jam. Emang ga bisa berhenti ngunyahnya.
Aku jadi penasaran buku2 nya yang lain. Pengen belajar
wohooo…penulis idola nih…bacaan beratku ya karyanya Dee lestari..haha…Trims tipsnya..mari kita terapkan buat tulisan-tulisan kita…
Aku punya buku Dee yang pertama, Supernova 🙂 Memang deh ya kalau mau menjadi penulis yg serius itu mesti ditekuni. Ga pantang mundur meskipun banyak rintangannya dan terus berjuang hingga jadi buku dan bisa dinikmati banyak orang.
Tulisan Dee memang ajaib!
Di semua bukunya nggak ada yang sama temanya.
Walaupun saya orangnya visual dan hanya nonton film saduran dari bukunya Dee, tapi makna dari setiap cerita selalu dalam.
Celengan ide itu termasuk penting juga ya. Apalagi ide bisa tba-tiba muncul di mana saja. Begitu muncul, harusnya bisa segera di-save di celengan ide kita.
Tekun berlatih untuk menulis ini menurutku enting. Karena bagaimanapun menulis itu harus diasah 🙂
Yuk semangat menulis
Makasih ya mbak sudah share tips menulisnya Dee.
Betul sih, menulis saja dulu ya, gak usah banyak pikir ntar buku laku atau gak, tulisan kita disukai pembaca atau gak dll. Banyak pikir, malah gak jadi2 nulisnya 🙂
benar-benar pas untuk bagian yang “jangan tertekan karena merasa harus beda”, malah karena merasa harus beda jadi kita jadi merasa kurang kreatif, akan lebih baik kalau lebih observasi dan perluas wawasan kita…
Perlu dicatat baik-baik ini
Tips nya yang pertama tentang personifikasi ide itu kece sih meski kadang jadinya malah gak bisa move on saat macet.
Enak ya denger langsung sharing Dee tentang menulis, kesempatan langka pastinya
Keren nih tentang konsep idenya Dee. Saya jadi pengen nyoba ah. Kadang ide bisa muncul kapan saja, perlu sarana dan alat untuk menangkap agar ide itu bisa segera ditulis. Karena terkadang kalau dinanti-nanti biasanya suka lupa.
thanks Mba Dee for your tips. I will try doing and follow this is. She good writer
nice sharing mba, tips menulis ala dewi lestari dee ini bisa diaplikasikan buat menulis apapun ya, baik di blog, buku atau apapun. makasi mba
Ini yg harus beds ya mba mencoba berpikir dengan cara yang berbeda dengan kebanyakan orang. anti-mainstream = out of the box. Bisa jd ciri khas atau ide
Wah ilmu berharga nih dari seorang penulis kenamaan Indonesia
Tekun berlatih n komintmen sama deadline. Ini yg gak bs aku punya. Heu. Semoga nanti pas anak udah gede bs persisten kek mba dewi. Suka sama buku2nya aku
Alhamdulillah dapet cipratan ilmu, makasih mbaa aku kadang masih belum Bisa mengexplore lebih dalam. Memang butuh ketelatenan banget ya menulis. Apalagi fiksi.
Aaahh… unique voice… luar biasa ya pola pemikiran Dee ini. Bener banget, dengan membayangkan kita menjadi sesuatu atau orang lain, akan ada banyak banget kisah yang bisa digali. Beruntungnya mba dirimu bisa ikutan coaching clinic bareng Dee ini. Orangnya humble banget yaaa..
pertama kali suka dengan novel Dee Lestari karena baca novel Perahu Kertas mbak, aduh beneran mengoyak relung hati hihihi. eh ndilalah kenal suami yang sangat mengidolakan Dee Lestari yang sempat ketemu langsung.
Aku tipe yg kalau nulis, idenya baru kepikiran kalau mepet deadline, hahahaha. Kecuali tulisan perjalanan ya ngalir aja dari foto biasanya.