Oh, I feel like no one ever told the truth to me
About growing up and what a struggle it would be
In my tangled state of mind, I’ve been looking back to find
Where I went wrong
Ahaaaa!! Lagu ini aseliikkk related banget dengan SEMUA MANUSIA DI MUKA BUMI 🙂
Karena ternyata yeahhh menjadi dewasa (growing up) tuh identik dengan aneka ujian/ cobaan/ challenge yang mak bedunduk datang menghampiri…. tapiiii KENAPAAA KAGAK ADA YANG NGASIH TAU YAAKKK 🙂

Lagu kesukaan saya ini berjudul “Too Much Love Will Kill You” dibawakan secara magical banget oleh QUEEN. Band legendaris ini, aduuuhh, penuh drama, kontroversi, dll dst, tapi band ini tetap nangkring di hati jutaan penggemarnya.
Soale, lagunya Queen itu relatable bangeeettt dengan kehidupan (hampir) semua orang. Termasuk kehidupan MOM BLOGGER ye nggak? Iyain aja dehhh, biar cepeettt 🙂
Tadinya eikeh juga bingung, kok bisaaaaa too much love malah bikin mematikan diri? Heyy, setelah ditelisik lebih dalam, ternyata IYES BANGET lho. Yuk simak lirik reff-nya 🙂
Too much love will kill you if you can’t make up your mind
Torn between the lover and the love you leave behind
You’re headed for disaster, ’cause you never read the signs
Too much love will kill you every time
Got the point?
Yappp, kalo kita kebanjiran (atau dibanjiri) cinta… ataupun membanjiri orang lain dengan cinta (duh, maafkan kalimatnya yang mbulet wkwkwkw) padahal kita engga punya mindset yang sehat, maka boleh jadi… cinta itu akan bertransformasi jadi RACUN.
Contoh aja nih, contoh…
Atas nama cinta, seorang Ibu selalu meluluskan semua permintaan anaknya.
Anak minta fried chicken tiap hari, dituruti.
Anak minta es boba satu galon, diiyakan.
Anak ogah olahraga, boleh boleh aja.
Anak maunya mabar seharian, yuk silakaaann.
Anak gegoleran mulu di kamar, ya udin skuy gapapa dah.
Tipikal ortu yang permisif, terlalu baiiiikkk banget, dan ya itu tadi, membanjiri sang buah hati dengan CINTA. Too much love.
Akibatnya??
Wis ga usah nunggu tua, tuh anak bakal disergap aneka penyakit.
Mulai diabetes, depresi ringan, bahkan mungkin syaraf di mata dan jari jemarinya mulai error juga.
Nah, kalo kayak gini, tru piyeee?
Makdarit, maka dari itu…. ya sudah…. Gunakan saja logika kita tatkala mau menghibahkan cinta.
JANGAN JOR-JORAN!
Karena sesuatu yang baik, kalo BERLEBIHAN… jadinya ya nggak baik jugaaa.
Ya itu tadi…. Too Much Love will Kill You!
Terlalu banyak cinta…. bisa membuat anak “terbunuh” pelan-pelan.
Apanya yang terbunuh? Banyaaakkk!
Karakternya.
Kemandiriannya.
Daya juangnya.
Semangat hidupnya.
Semua bakal menguap gitu ajaaaa, kalo overdosis cinta disemburkan sang orang tua.
Home Education Penting Banget!
Karena itulah, ortu memang kudu banyak dan sering melakoni instropeksi. Kira-kira apakah kita termasuk golongan parents yang menggelonggong cinta pada anak? Gelonggong pada sapi aja hasilnya ga baik, kan. Banyak yang jadi overweight, tapi badannya malah sakit. Ada beberapa sapi yang malah meninggoy, setelah di-gelonggong.
Sama kayak anak manusia juga gitu, Bund..
So inget-inget quotes ini dah
Don’t handicap your children by making their lives easy. ~Robert A. Heinlein
Ketampoooll banget aku mah.
Beberapa kali aku kerap menghindarkan anak untuk melakoni house chores, macam cuci piring, nyapu, ngepel, dll. Padahal itu pentiiinggg banget! Part of home education
Termasuk, masak bareng anak tuh super duper sarat faedah.
Eitss, yang boleh masak bukan hanya anak cewek ya. Pada dasarnya, kerjaan rumah (house chores) itu kan nggak mengenal gender. Intinya, SIAPAPUN mau cowok ataupun cewek ya kudu bisa handle kerjaan rumah. Ini kan life skills yang kudu dikuasai. Apalagi, kalau suatu hari nanti anak mau sekolah/ kuliah di luar kota atau luar negeri, udah pasti butuh skill memasak yang mumpuni.
kegiatan memasak bersama anak tuh banyaaaakk manfaatnya.
Pertama, anak jadi paham proses. Untuk menghadirkan sepiring hidangan di meja makan, ada proses yang kudu dijalani. Dengan melibatkan anak di dapur, ia jadi paham dan betul-betul mengerti, bahwa tidak ada yang instan di dunia ini, semua butuh proses.
Kedua, anak jadi belajar komposisi makanan yang sehat dan bergizi. Kalau masak sendiri, kita sebagai ibunya punya kewajiban untuk memilih bahan yang segar dan baik, kan. Dengan membiasakan masak sendiri, anak juga punya semacam panduan untuk memilah dan memilih menu makanan yang halal dan thoyib/ baik.
Ketiga, anak belajar Matematika dan Sains (IPA) lho. Takaran yang dipakai untuk memasak, biasanya ada besaran dan satuannya kan? Kemudian telor yang tadinya mentah, setelah bersinggungan dengan konduktor/penghantar panas, eh… bisa berubah bentuk ya? Nah ini bagian dari pelajaran IPA. Asyik kan kalau belajar langsung praktik. Gosah pakai Rumus Reaksi Kimia yang njelimet itu yah Bund, hahahah
Keempat, anak belajar mandiri. Yap, seperti yang saya singgung sebelumnya, dengan dia terbiasa masak, Bunda nggak perlu khawatir, kalau suatu hari nanti harus LDR-an alias Long Distance Relationship. Mau kuliah di Eropa, atau Amerika, monggo monggo aja.
Kelima, meningkatkan bonding dan quality time antara Bunda dan anak. Iya dooongg, ini udah ngga perlu dijelasin lagi 😊
Sooo… yuk lah, kita didik dan cintai anak dengan sewajarnyaaaaa
karena too much love will kill you!
Terlalu baik pada anak, terlalu memanjakan anak, emang jadi toxic, bukannya baik.
waaakkkssss too much love will kill
that is so true! makanya bucin itu pake komposisi ya Nurul
memang ada baiknya segala sesuatu itu tepat pada kadarnya masing-masing ya mbak. Entah itu mencintai orang lain, anak, atau diri sendiri pun jua. Kadang sekarang orang tuh terlalu mencintai dirinya, sampai tidak sadar justru malah menyakiti orang lain.
Makanya daku pun ke anakku begitu. meski anakku cantik, lucu dan selalu aku usahakan wujudkan segala permintaannya; tapi kalau sudah ada satu titik dimana dia mulai lewat batas dan keterlaluan, saat itulah aku bakal tegas bilang TIDAK. Bodo amat deh mau dia nangis, teriak, guling-guling.
Nganu, itu lhoo yang namanya mendidik anak.
katanya itu semua berlaku bila mencintainya kepada makhluk. Karena auto kecewa. Apa lagi too much. Beuh yang udah udah pada minta ganti alam karena kebanyakan cinta.
tapi kalau ke anak, rasa cinta membuncah mungkin gak bisa dihindari ya Mba. Cuma mungkin caranya aja yang dikontrol.
hati cinta bukan berarti gak tega mendidik. hati cinta bukan berarti jadi permisif. Yang betul ya betul aja. Yang salah ya tegas salah. Itu juga bentuk cinta yang much tapi daku rasa tidak too much. Aku ngomong apa ini >.< bak es campur. Wkwkkwk
Wah bener juga ya… kadang kita ngira makin sayang makin bagus, padahal kalau berlebihan jadinya nggak sehat buat anak. Makasih sharingnya, jadi reminder banget!
Artinya apa yang yang kita lakukan sekarang juga hasil didikan orang tua ya mbak. Bener juga sih, kalau orang tua jaman dulu mungkin sulit memberondong anak dengan banyak cinta sebab terbatasnya fasilitas gitu kali ya. Kalau sekarang mgkin cenderung anak diberi kemudahan karena memang ada. setuju sih kalau orang tua jangan terlalu “membanjiri” anak dengan cinta dengan memberikan segala fasilitas
Artinya apa yang yang kita lakukan sekarang juga hasil didikan orang tua ya mbak. Bener juga sih, kalau orang tua jaman dulu mungkin sulit memberondong anak dengan banyak cinta sebab terbatasnya fasilitas gitu kali ya. Kalau sekarang mgkin cenderung anak diberi kemudahan karena memang ada. setuju sih kalau orang tua jangan terlalu “membanjiri” anak dengan cinta dengan memberikan segala fasilitas
Setuju! Segala sesuatu yang too much alias berlebihan itu emang nggak baik. Begitu juga dengan mencintai. Sewajarnya saja. Biar tetap ada ruang untuk tumbuh.
Soal memasak bareng anak itu emang seru ya. Dulu sering masak bareng anak sulung, tapi begitu adiknya lahir, masih agak susah buat masak bareng lagi.
haha eikeh ( jadi inget temen aku kalau ngomong sama bicara selalu eikeh nya ga kelewat ). Betul teh yang namanya too much mah apa-apa juga engga baik , termasuk cinta. Aku jadi inget suami aku suka bilang ” bu inget ya anak itu titipan , kita as orng tua jangan too much ya ” ku jawab oke. anak ku baru 3 tahun, aku dalam kemampuan ketika mengurus anaku, gak mau too much. Soal perkembangan nya , dirasa sesuai dengan Buku KIA oke , berusaha engga too much mikirin a ampe z ( curhat )
memang segala sesuatu beli dunia ini, yang sedang-sedang saja ya Mbak. Lebih jangan… Sedikit jangan. Sesuai porsinya saja. Termasuk soal cinta dalam. Kurang cinta bagus, cinta berlebihan juga dampaknya ga bagus juga. Termasuk pada anak ya. Anak jadi dimanja dan bisa jadi ga mandiri.
iya benar nih. kadang setelah jadi orang tua kita inginnya anak itu selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan dan tidak ingin anak susah yaa. padahal seharusnya orang tua juga mengajarkan anak untuk merasa cukup dan berlatih untuk berjuang.
aku llangsung dengerin lagunya. Ternyataaaa enaaaaak 😍. Langsung save di spotify. Setujuuu, kalao terlalu banyak cinta yg ga sehat, akan merusak. Hukuman pun sebenarnya bentuk cinta. Nyuruh anak belajar house chores juga bentuk cinta. Kita yg harus bisa membedakan mana cinta sehat, mana cinta toxic. Amit2 anak jadi manja kebangetan kalau terlalu diturutin sekua keinginan, sampai dia ga bisa ngelakuin tugas sehari2. Ga kebayang hidupnha dj saat ortunya udah va ada.
Baca ini jadi inget Abah Ihsan. Kalau kata dia, kita itu jangan cuma jadi orangtua yang pengasih, tapi juga harus jadi orang tua yang penyayang.
Kalau ngasih anak jajan terus itu namanya orangtua pengasih. Tapi kalau jajannya dibatasi, namanya pengasih dan penyayang (tetap ngasih namun lebih ada aturannya).
Menurut aku kok beda istilah aja tapi intinya sama gitu, jadi orangtua itu jangan cuma memanjakan anak. Tentulah untuk anak semua bisa kita lakukan, tapi jangan sampai anak malah jadi kehilangan daya juangnya. Maka dari itu, kalau kita sayang, kita pun akan mau melatih daya juang anak dan mau mengusahakan supaya anak juga bisa mandiri. Jadi memang harus seimbang lah ya mana yang perlu diberikan dan mana yang memang gak bisa diberikan karena alasan yang baik.
-ketinggalan:
Satu hal yang aku inget itu, kita mendidik anak justru untuk menyiapkan dia “berpisah” sama kita 😥
berati jangan sampe menebar cinta yang salah ya.
Sayang sih boleh, tapi apa-apa dibolehin juga gak bakal bagus buat yang dihujani dengan kebolehan itu.
jadinya kudu imbang, walau memang gak mudah membuat segalanya jadi rata
Aku setuju banget, aku nggak sreg sama ortu yang selalu menuruti kemauan anak tanpa di pilah pilih. Memang terkesan itu tanda sayang tapi sebenarnya buntutnya kurang baik juga. Bener juga Kak, harus mulai diajarkan dan dibiasakan kalau pekerjaan rumah itu bukan hanya tugas perempuan tapi juga anak-anak laki. Itu adalah seni bertahan hidup 🙂
sepekat pakai banget mbak, beneran ini, sesuatu yang berlebihan tidak baik
justru dengan memanjakan anak, kita akan menghancurkan masa depannya. jika kita mencintai anak maka kita akan memberikan bekal demi masa depannya kelak, dan itu tidak mudah baik bagi orangtua maupun bagi anak
semoga kita bisa menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak
mantap sekali nih bun didikan putra-putrinya. Aku juga nerapin hal yang sama nih ke anak kyk ortuku dulu. Ya agak sedikit keras agar dia bisa tahu hidup mereka nanti bakalan lebih keras.
Kalo ga dididik lbh keras, khawatir dia nanti hidupnya bakalan susah. Soalnya itu kan basic skills yang harus dipunyai setiap org, baik cwok maupun cwek. Hal sederhana di rumah tangga udah selayaknya bisa dikerjakan sendiri.
Ngomongin masak, bocils lagi seneng masak sendiri. Mulai bikin telur sama mie sendiri, anehnya kok ya jadi ngga gosong, padahal ngga ditungguin emaknya. Wkwk
Practical life skill itu puenting sekali, jangan sampai yang kerja di rumah ini cuma Emaknya doang, orang-orang yang ada di rumah harus bertanggung jawab atas kebersihan rumah, sesimpel cuci piring, beresin rumah. Walau pun menguras emosi dalam praktiknya, sebagai orang tua menanamkan tanggung jawab kebersihan rumah itu wajib sejak dini.
Yup bener banget, sesuatu yang berlebihan itu memang jelas nggak baik termasuk dalam hal mencintai anak. Jangan jor-joran banget lah nanti akan menghancurkan atau merusak anak. Kalau anak terlalu dicintai dan di iyakan apapun mau nya bahaya. Di dunia nyata tak seindah itu soalnya, bisa syok berat dia kalau turun ke lapangan dan menemukan banyak ujian hidup.
Makasih sangat sudah mencerahkan dengan cara bercerita yang asik buat dibaca hingga ending dan aku sebagai anak 90 an pun terpapar sama lagu Queen karena bapake demen setel ini lagu. Bukan sekadar lagu tapi kasih peringatan, kalau cinta berlebihan itu memang nggak baik.
memanglah segala sesuatu yang berlebihan tidak baik. ” yang sedang-sedang” saja mengutip biduanita legendaris Vetty Vera. Karena kita sendiri yang bisa mengukur kadar segala sesuatu yang ada dalam hidup kita sehingga kita bisa mengontrol hidup kita dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang kita inginkan dalam hidup ini
Setuju banget, boleh cinta pada anak-anak tapi jangan malah jadi orangtua permisif karena akan merusak kepribadian dan kehidupan anak di masa depan, kita harus mengajarkan anak perjuangan hidup, kemandirian, dan berani bertanggungjawab.. Terima kasih pengingatnya ya!
Yaaa begitulaaahhh banyak orang yang cinta banget sama anaknya, trus anaknya dimanjaiiinn hedeehh. Akhirnya jadi nggak napak tanah karena semua udah tersedia. Bahaya banget tu orang2 kek gini apalagi kalau gedenya jadi pejabat #uppss.
Yaaa sebagai ortu tugas kita tu mengarahkan anak ke jalan yang penuh kebaikan. Membekali mereka dengan sumber daya yang kita punya supaya bisa dimanfaatkan sendiri oelh mereka sebaik mungkin.
Kalau anak melenceng ortu kasi tahu. Kalau anak kesusahan, biarkan anak memikirkan jalan keluarnya sendiri.
Dunia ini keras, apalagi jadi WNI, kalau nggak bisa memutuskan sendiri, puyeng kepala. Ortu pun kalau terlalu memanjakan anak artinya dia merepotkan dirinya sendiri saat hari tua nanti.