De Mandailing Cafe, Asyik buat Meet Up, Nyaman buat Freelancer

Dari segambreng kafe di Surabaya, kalau dibikin klasifikasinya, bisa jadi akan ketemu beberapa tipe seperti ini:

Tipikal Kafe

Rasa Makanan/Minuman

Tarif

Desain Kafe

Koneksi Wifi/Internet

Kafe “TOP!” Enak Terjangkau Instagrammable Kenceng
Kafe “Nyekik!” Enak Mihil amat, bro! Instagrammable Kadang kenceng, kadang enggak
Kafe “Ya sudahlah” Tidak enak Terjangkau Lumayan Putus Sambung
Kafe “Cukup Sampai di sini!” Tidak enak Mahal Nggak oke Sakaratul Maut

Beberapa kali saya kejebak di kafe dengan tipe “Ya Sudahlah.” Apa boleh buat, memilih kafe itu emang tricky sih ya. Kadang, hanya bermodal “Ihh, kafe ini lucu yaaa, mampir yuk…” kita langsung memutuskan buat duduk dan hang out di sana.

Continue reading “De Mandailing Cafe, Asyik buat Meet Up, Nyaman buat Freelancer”

Advertisement

Makmu Kiper, Foodcourt nan Instagrammable di Surabaya

Follow me on twitter: @nurulrahma

Arek Suroboyo itu kreatif banget dalam menciptakan celetukan-celetukan yang nggak ada maknanya tapi nujesss banget. Misalnya, ungkapan “Makmu Kiper!” Embuh itu maksudnya apa. Tapi frasa “Makmu kiper!” ini acap dipakai manakala ada lawan bicara yang tengah nggedabrus atau membual. Atau, bisa juga untuk mengomentari sesuatu yang absurd.

Contoh dialog sebagai berikut:

“Eh… koen ngerti ta, aku iki bisa nggandakan duit koyok Dimas Kanjeng lo!”

“Oooooo… makmu kiperrr!”

“Heiii, ngerti gak, aku habis WA-an ambek Raisa loo…!”

“Halah dalaaaah.. makmu kiperrrr!”

Continue reading “Makmu Kiper, Foodcourt nan Instagrammable di Surabaya”