Saya benci mudik.
Sekarang, saya baru menyadari, bahwa heii, ternyata selama bertahun-tahun silam, rutin melakoni kegiatan mudik ketika Lebaran, dan ternyata yang langsung mencuat di batok kepala adalah: hal-hal asem seputar perjalanan mudik. Kampung nenek saya ada di Pacitan. Kalau lihat di Google map, jarak Surabaya – Pacitan adalah 272,3 km. Sejak kecil, saya selalu diajak ortu untuk mudik, naik bus umum, dengan rute bus Surabaya – Ponorogo (naik bus besar) disambung Ponorogo – Pacitan (naik bus kecil, yang bunyinya mleyot mleyot seolah hidup segan, mati pun enggan)
Tahun 1980/1990-an jalur Ponorogo – Pacitan ini termasuk jalur tengkorak. Jalanan sempit, curam, berbatasan langsung dengan tebing dan jurang! Tidak sedikit kabar yang menyebutkan bahwa beberapa sopir hilang kendali, sehingga terperosok ke dalam jurang. Kalau berpapasan dengan kendaraan dari arah berbeda, maka salah satu harus mengalah. Antre dulu, boskuuu. Baru ntar dapat giliran buat jalan lagi.
Continue reading “Saya Benci Mudik”