Jadi, begini.
Saya itu selain ngeblog, juga kerja di salah satu lembaga sosial gitu deh. Jam kerjanya ya sebagaimana corporate slave pada umumnya, jam 8 pagi sampai jam 16:30.
Selama ini, saya enjoy-enjoy aja kerja di sini, karena lokasi kantor yang sangat dekat dari rumah (cuman 10 menit pake motor!) dan kolega kerja mayoritas baik-baik, sopan dan rajin sedekah 🙂
Cumaaaan… abis Lebaran kemarin, ibu saya sakit cukup serius. Penyakitnya, kalau kata dokter, asam lambung naik. Sudah diperiksa di 2 dokter umum (di klinik dan RS yang berbeda) juga satu dokter internist dan semuanya menyatakan hal yang sama.
FYI aja, sehari-hari ibuku adalah tipikal neli alias nenek lincah. Kegiatannya seabrek, temennya juga buanyaaak banget. Gaul abis dah! Nah, gegara sakit ini, berat badan ibuku turun 10 kilos (drastis!), matanya sayu, males makan, pokoke semacam kehilangan spirit dalam hidup lah.
Dokter bilang, ibu harus makan (minimal) tiap 2 jam sekali, boleh diselang/seling dengan camilan, pokoke perut harus terisi. Masalahnya, selera makan ibuku itu kayaknya kabur sampe ke Timbuktu 😦
So, butuh seseorang yang dengan super-bawel mengingatkan, menyiapkan plus menyediakan segala rupa yang kudu rutin dikonsumsi ibuku.
Well, karena aku anak cewek satu-satunya, tugas itu otomatis kudu aku emban. Masalahnya, aku kan ngantor nih. Saban hari, selaluuu izin telat, karena kudu nyiapin printhilan buat ibunda tersayang. Bisa aja sih, aku cuek, trus minta tolong sodara yang lain… tapi, oh, well… rasanya enggak tega T__T
Sempat terpikir buat resign. Serius deh, I would do everything lah, biar bisa merawat ibu. Tapi, kantor yang mempekerjakan aku sekarang ini BEDA dengan kantor2 yang lain. Gak tau ya, di sini aku betaaaah banget, karena emang ‘ambience’-nya dan value yang diusung memang bukan semata-mata mengejar dunia.
Lalu… dalam sebuah perenungan yang mendalam *halah* kok aku ngerasa, mungkin ada baiknya aku mengajukan “cuti di luar tanggungan”. Yep, cuti… tapi enggak dibayar kantor. Cuti karena ingin merawat ibunda yang sakit cukup serius.
Kalau dari tahun-tahun sebelumnya, belum pernah ada kasus karyawan yang cuti kayak begono. Hmm… sebelum aku nanya-nanya ke HRD dan ke boss-ku, apa temen-temen blogger pernah mengajukan cuti di luar tanggungan?
Gimana mekanismenya? Trus, apa aja yang harus disiapkan? Feel free to share di comment ya.
Thanks lot yah 🙂
aku belum pernah dan pengen banget untuk travelling
Kalau di tempat kerjaku mba, Cuti diluar tanggungan diatur dalam kebijakan perusahaan. Boleh dengan syarat approval atasan, dan bisa kembali lagi jika masih ada posisi yang tersedia. 🙂 (Ini harus lapor terlebih dahulu ke perusahaan, bahwa akan kembali pada tanggal sekian, biar HRD nya bisa tracing masih ada kebutuhannya/tidak)
Jadi semisal, kita cuti kemudian pekerjaan kita ada yang menggantikan, kemudian ketika kita balik lagi posisi semula kita tidak lagi bisa kita isi dan tidak ada posisi lain yang kira kira bisa untuk kita, siap sedia untuk dianggap mengundurkan diri.
Hmm, I see I see. Makasiii ya dek 🙂 Semoga ini bisa jadi bahan pertimbangan pas aku discuss dgn HRD
Sama sama mba.
Semangat ya. Cepet sehat ibunya. 🙂
Semoga senantiasa Allah peluk selalu Mba Nurul dan keluarga.
Halo, salam kenal ya. Cuti di luar tanggungan ini yang kalau istilah Inggrisnya Unpaid Leave bukan? Aku pernah sekitar 2 minggu (apa lebih?) unpaid leave karena menjaga ayah di rumah sakit. Waktu itu bawaannya galau, kepikiran kerjaan, toh kalau nemenin ayah juga sebenarnya gak ngapa-ngapain ketika ayah gak ada perlu apa-apa. Tapi sekarang aku bersyukur karena aku maksain ambil unpaid leave, karena ternyata memang itu saat-saat terakhir bersama ayah, beliau meninggal setelah hampir 2 mingguan opname.
Karena mendadak, dulu aku gak ada persiapan apa-apa untuk cuti, malah itu ijinnya juga lewat sms/telpon/WhatsApp. Tapi baiknya kalau mau cuti panjang (tak tentu), siapkan handover kerjaan ke pengganti sementara yang jelas. Apa yang belum/sedang dikerjakan, kapan deadlinenya. Pasang autoreply di email. Dan terakhir ini, mungkin siapkan back up plan/ rencana terburuk kalau sampai kenapa2 (misalnya masih tak tentu masa cutinya, apakah setelah lewat 3 bulan akan resign atau gimana).
Semoga ibu lekas membaik dan pulih ya 🙂
Hi, Mbak. Deep condolence for you dad yah. Semoga beliau tenang di sisi-Nya, amiin.
Sekedar sharing aja sih. Aku sudah yatim sejak kls 4 SD. Jadi buatku ibunda tuh superhero banget (dan blio memilih tidak menikah lagi setelah Ayah berpulang).
Karena itu, aku juga terpanggil banget untuk bisa menemani beliau dlm kondisi sakit yang amat serius ini. Semoga aku bisa discuss secara baik dgn HRD, dan terima kasih doanya mbak 🙂
Wah ibu hebat yah, salut! 🙂 Semoga dengan HRD lancar dan sekali lagi get well soon buat ibu 🙂
aku pengen banget juga dpt cuti 3 bln unpaid tp kayaknya susah d tmpt bekerja kak
Hai Nurul, semoga Ibu segera membaik ya kondisinya. Aku mau sharing sedikit tentang pengalaman unpaid leave. Awal 2012 bapak meninggal, 100 hari setelahnya ibu kecelakaan sampai koma. Aku kerja di Jakarta dan waktu itu baru saja dapat promosi plus produk yg kupegang lagi gencar2nya promo. Singkat cerita kerjaan sedang banyak2nya. Tapi ketika Ibu koma, aku langsung bilang sama atasanku kalau aku ingin resign karena rasanya susah kalau musti bolak balik jakarta-jember. Adik2ku sebenarnya ada, tapi mereka kerjaan ga bisa ditinggal plus mereka masih shock setelah bapak meninggal. Akhirnya aku yg ngalah. Tapi bosku bilang mending unpaid leave aja karena aku masih dibutuhkan disana. Waktu itu aku sdh 4 tahun kerja disana. Nah, yg ngurusin ke HRD ini bosku, karena aku disuruh fokus sama Ibu. Tapi konsekuensinya, selama unpaid leave aku masih bersedia untuk dihubungi karena kan aku dadakan itu. Sebulan unpaid leave, kantor tidak terlalu mengganggu, hanya sesekali saja. Eh ternyata aku masih dikasih gaji meskipun ga full, karena HRD mempertimbangkan aku masih beberapa kali kerja dari rumah. 4 bulan setelah unpaid leave aku bener2 resign karena keterima kuliah (lagi) di its plus lebih deket ke jember kalau mau ngerawat Ibu.
Susah kalau kerjannya jauh dari rumah orangtua ya.
kalo di kantorku bisa, tapi gak tau gimana prosedurnya
Kayaknya aku tahu Mbak Nurul kerja di mana, hehe. Kakakku langganan majalahnya *soktau.com* eh maaf OOT
Pilihan Mbak Nurul buat cuti demi ibu sungguh mulia, semoga ibunda diberi kesembuhan dan semangat lagi ya Mbak. Saya belum pernah unpaid leave jd g bisa ksh pandangan. Teman teman di atas lebih berpengalaman. Sekali lagi, moga pilihan Mbak utk cuti adlh terbaik dan malah mengundang keajaiban hidup lainnya semata mata berkat takdhim kpd Bunda.
Last but not least, tema blog kita sama, toss!! Hehe
Semoga ibu segera sembuh ya mbak, kembali menjadi neli 😊 dan permohonan cuti untuk merawat ibunda terlaksana..aamiin..
Saya pernah cuti sebulan ketika mau ke eropa untuk pertama kalinya, sama bos boleh pakai unpaid leave, posisi saya waktu itu resepsionis. Habis mikirnya sayang banget uang yg dikeluarkan buat jalan2 klo hanya 1-2 minggu. Semoga ibu nya Nurul lekas pulih kembali ya 🙂 .
Wah. Sayang banget ya sama ibunya. Saya yang masih SMA ini jadi malu terkadang ngebentak ibu, atau bahkan menganggap sepele semua yang dialami ibu. Bener – bener writing touch 😊 Semoga ibunya lekas membaik ya kak. Salam kenal.
Aku belum pernah unpaid leave sih selama ini. Cuma biasanya walaupun gak pernah ada di kantor, harusnya bisa dibicarakan dengan HRD supaya ada kebijakan tersebut. Dicoba aja. Semoga ibunya lekas sembuh dan sehat seperti sediakala ya. 🙂
Semoga ibu mbak nurul cepat sembuh ya. Kalau di pemerintahan ada tuh cuti yang tidak ditanggung. Ada yang tahunan misalnya ikut suami kuliah keluar negeri, ada juga yang sebulan 3 hari. Maksimal 30 hari setahun.
Hem….salam kenal Bunda SIdqi..
Kalo menurutku sih, Jangan ragu buat ambil cuti, yah sembari berbakti sama Ibunda
Dulu, pas kehamilan pertamaku bermasalah. Sehari ngantor, trus flek. Kudu bedrest, alhasil aku ada kali sebulan lebih nggak kerja. Tapiiiiii, aku sama sekali nggak mengajukan cuti atau apa lah itu mba, ntah emang rejekiku punya bos superrrrr buaiiik soro.
Dan alhamdulillah teman dan lingkungan kerja gk ada yang iri atau gimana.
Jadinya aku nggak bs sharing deh tentang cuti diluar tanggungan, eaaaaa.
Btw semoga ibu lekas membaik, sehat kembali lincah ya mba. Aamiin ya Rabb
wah susah emg ya mba kalo wanita karir hhuhuu