Tiga Pertanyaan untuk Tentukan Pilihan Hidup

Follow my twitter: @nurulrahma

Siapapun kita, berapapun usia kita, di manapun kita berada, pada intinya kita semua dihadapkan pada sejumlah pilihan. Apalagi kaum milenials yang mulai memilih jalan hidup. Mau kuliah di mana, berkarir sebagai apa, mungkin memilih profesi sebagai Travel Blogger Balikpapan misalnya? Atau, hal-hal lain, semacam, kita bakal mengarungi bahtera rumah tangga bersama siapa ya? (uhuks) dan seterusnya. Kalian udah ada bayangan kah? Atau masih samar-samar?  

Sembari men-jlentreh-kan aneka alternatif hidup, ayo deh, kita mulai dengan menjawab 3 (tiga) pertanyaan. InsyaAllah pertanyaan ini bakal menuntun diri kita untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Shiaaaaappp?

Pertanyaan pertama: Siapa diri kita?

Harus diakui, kehidupan duniawi zaman now, justru menggiring kita untuk menilai segala sesuatu dari luarnya aja. Semata-mata dari penampilan. Kita mengurus OoTD (Outfit of The Day) yang dipakai para selebgram, komentar terhadap berbagai pilihan orang lain, tapi, heiiiiii pernahkah kita “berdialog” dengan jiwa yang ada di dalam diri kita?

Jaraaaaang kan? Kita jarang banget benar-benar melihat ke dalam diri sendiri. Kita lebih sering mengurus penampilan fisik, luar, kulitnya saja. Kita bahkan lebih sering mengurus, mengomentari kehidupan orang lain, tapi inti sari hidup sendiri, jiwa yang ada di dalam diri kita, kita jarang melihatnya.

Mau disadari atau tidak, setiap manusia memiliki jiwa, soul, di dalam tubuhnya. Pernahkah kita diam sejenak, merenungkannya dalam-dalam, menyapa jiwa kita tersebut, lantas benar-benar bertanya, siapa sebenarnya diri kita ini? Siapa? Apa tugas gue dalam hidup ini? Kenapa aku diberikan kesempatan hidup? Lantas apa ‘tujuan’ saat sel-sel kehidupanku mulai tumbuh membentuk janin, besar, lahir jadi bayi, terus tumbuh dewasa? Apa ‘tujuan’ Allah ta’ala membuat diri kita jadi manusia? Kenapa kita tidak dijadikan saja batu, tanah, kayu, atau kucing aja?

Yuk lah. Kita mulai berdialog dengan jiwa kita, “Untuk tujuan apa Allah ciptakan saya menjadi khalifah di muka bumi?”

Pertanyaan Kedua, Apa yang harus aku lakukan?

Secara alamiah, hati nurani selalu tahu mana yang baik, mana yang buruk. Ini sesuatu hal yang natural. Kita juga pasti paham, perilaku mana yang sifatnya bermanfaat, dan mana yang menyakiti orang lain. Tapiii… lihatlah kehidupan masa kini. Begitu mudahnya orang menyemburkan kalimat-kalimat super pedas, nyinyir, bin julid, baik di online maupun di dunia nyata. Kita punya pilihan: Mau berbuat baik, atau buruk.

Kita juga punya banyaaaakk banget pilihan. Akan menunjukkan kepedulian, menolong orang lain? Bekerja keras dan cerdas? Atau justru santai-santai saja dalam menjalani hidup. Life is just a matter of choice.

Pilihan yang nantinya kita ambil, bakal memberikan jalur berikutnya, untuk kita konsisten berbuat baik. Atau justru sebaliknya, malah menjerumuskan kita berkubang dalam dosa tiada akhir.

Ketika menjawab pertanyaan kedua, kita juga bisa memilih, akan melakukan sesuatu yang kongkret atau hanya mengkhayal saja. Mulai dilaksanakan atau cuma berbual saja. Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini, punya pertanyaan tersebut: apa yang harus saya lakukan? Pilihan kongkret atas pertanyaan ini banyak, mulai dari sekolah, karir, pekerjaan, profesi, jodoh, keluarga, persahabatan, itu semua kongkret. Apa yang harus saya lakukan? Apa yang akan kita pilih?

Pertanyaan ketiga: Bagaimana kelak saya mati?

Orang yang paling cerdas adalah mereka yang senantiasa mengingat mati. Kita tidak akan pernah bisa lari dari ajal. Bahkan, kematian kita semakin dekat. Setiap pagi datang, ‘musibah’ itu datang lagi. Usia kita berkurang sehari. Pasti.

Lantas, tidakkah kita semua mulai bertanya dengan serius: bagaimana kelak saya mati? Bukan soal kapan tanggalnya, kapan jam-nya, juga bukan soal di mana tempatnya, kenapa, apa penyebabnya. Bukan.

Melainkan, setelah fisik tubuh kita membeku, kemanakah jiwa kita akan pergi? “Kehidupan” seperti apa yang telah menunggu setelah kita mati.

Lantas, seharusnya, saat kita memikirkan pertanyaan ini, akan muncul ribuan kaki-kaki pertanyaan atau implikasi lainnya. Harta yang kita punya, popularitas yang kita miliki, kekuasaan, apapun itu, ke mana perginya? Apa sebenarnya yang sungguh-sungguh berharga kita perjuangkan dalam hidup ini? Apakah semua yang kita punya dan apapun yang kita lakukan, justru memperberat langkah kita, tatkala berpindah ke alam barzah?

***

Cobalah menjawab tiga pertanyaan itu. Lalu refleksikan dengan pilihan-pilihan hidup yang bakal kamu ambil. Mungkin kamu pengin jadi Penulis Balikpapan atau menggeluti profesi lainnya. Manakala memutuskan untuk menjalani profesi tertentu, berdialoglah dengan jiwa yang ada dalam diri: Akankah aku bisa memberikan kebermanfaatan untuk orang banyak, dengan perantara profesi yang aku jalani ini? Shiaaaaaappp?

17 comments

  1. Pertanyaan ketiga jujurnya sering aku pikirin. Mungkin Krn umur udh kepala 4 gini ya mba, jadi lebih sadar kalo semakin lama usia semakin berkurang. Dan udah siap ga buat memasuki alam selanjutnya. Kadang ada ketakutan, apalagi kalo mikirin nya sambil sholat tahajud. Belum siap pasti. Dosa masih banyak, ibadah juga blm konsisten. Tapi aku ga mau sampe beneer2 melupakan itu. Krn mau ga mau, harus paksa diri buat berubah, lebih ingat ke Tuhan, dan banyakin amal.

  2. benar-benar merasa seperti diingatkan kembali mba. Kita di dunia ini kan hanya sementara, kita sudah tau yang mana salah dan benar. Tapi ya masih melenceng, jujur itu aku sih. Misal kayak pengen sholat aja tepat waktu, tapi tiba-tiba kayak ah ntar aja. Padahal apa yang kita harapkan, selain bantuan dari Allah. Saatnya instropeksi diri di awal tahun ini buatku.

  3. Samaan kayak mbak Fanny aku sering kepikiran pertanyaan ketiga mbak. Apalagi posisi udah berkeluarga, dan menjadi kepala keluarga juga. Pastinya kadang kepikiran.. Ini nantinya gimana kalo aku berpulang. Apa sudah siap? Sementara daku aja ibadah kadang masih acakadut.

    Yagusti.. Moga 2025 ini daku bisa jadi pribadi yang lebih baik deh ya. Amiiin 😇

  4. jujur, pertanyaan ketiga udah sering aku masukkan dalam doa. Minta ke Allah untuk mati dalam keadaan Husnul Khotimah dan saat sedang beribadah. Semogaa doa tersebut dikabulkan.

    Kalau udah bisa menjawab 3 pertanyaan ini, rasanya hidup jadi lebih cerah dan jadi tau arah ya. Walaupun tetep harus diulang dan dicatat lagi supaya kalau lagi down dan hilang arah, kita bisa langsung mengingat 3 hal ini dan bisa cepet “balik” lagi.

  5. pepatah bilang hidup adalah pilihan dan semuanya balik lagi ke personal

    apalagi di zaman semua serba sosmed gini, kalau kita asal comot komen sesuka hati dan berpotensi menyakiti hati orang lain, jalan hukum langsung ditempuh. sering aku liat berita selebriti yang menempuh jalur hukum karena perkara komenan di sosmed

    siapa diri aku, aku sendiri juga masih belajar banyak buat mengenal diri sendiri, bisa dibilang labil gak jelas, padahal umurku harusnya bisa lebih mature lagi

  6. Pas awal tahun pas baca blogpost ini. Bisa buat refleksi di awal tahun ya Mbak. Siapa aku? Apa tujuanku hidup? Biar lebih termotivasi gituu dan lebih semangat dalam menjalani hidup.

  7. ah mbak Nurul, tulisan yang sangat inspiratif

    memang ssejatinya, hidup adalah pilihan ya

    kita akan dipertemukan dengan banyaknya pilihan pilihan

    semuaakan terasa mudah jika kita bisa mengenali diri kita sendiri

    setelah itu, kita jadi tahu arah tujuan hidup kita, bagaimana akhir perjalanan di dunia ini

  8. Dari semua pertanyaan itu, paling terkembang dikepalaku adalah soal kematian. Buatku masalah kematian saat single dan ketika telah menjadi orang tua itu beda. Sering kepikiran soal udah persiapan meninggal, kemudian anak nanti gimana kalo orang tuanya gak ada. Gitu2lah, hehehhe

  9. omg pertanyaannya berat bangeeet buatku di awal tahun ini wkwk. sejujurnya aku tim yg clueless dengan hidup ini. aku pikir lama2 bakalan ketemu sendiri apa yang sebenernya ingin aku lakukan, lhaa tapi kok tahun sudah berganti dan udah umur segini….. hiks. semoga di tahun ini bisa segera mendapatkan jawaban dan hidayah hehe

  10. Mengingat kematian, merenungkan amalan apa saja yang bisa menjadi bekal saat berpulang menjadi satu refleksi mendalam di setiap momen selesai sholat. Rasanya antara ngeri dan sedih, maka berusaha terus buat memperbaiki diri dan segala amal perbuatan.

    Mempertanyakan siapa saya pun adalah salah satu yang sering ku tanyakan saat bercermin sambil berpikir 5-10 tahun lagi saya bisa kah punya posisi pekerjaan A di perusahaan Z. Salah satu refleksi sekaligus afirmasi positif juga sih.

    Makasih, awal tahun sudah diingatkan tentang pentingnya ketiga pertanyaan tersebut buat ditanyakan ke diri sendiri 🤩. Semangat, semoga tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya dan jadilah orang beruntung di setiap momennya.

  11. Aku sebenarnya banyak takutnya mbak..

    entah ga jarang diri ini ngerasa penuh dosa. belum bisa ngasih banyak manfaat selama hidup.

    bismillah semoga kedepan bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

  12. pertanyaan tterakhir ini memang harus dipikirkan, jangan hanya disibukkan “aku mau melakukan apa sih di dunia ini?” Tapi bagian yang memungkinkan terlewatkan adalah “bagaimana cara aku menghadap-NYA?”

  13. yang sering aku tanyakan adalah pertanyaan ketiga itu Mbak, bagaimana nanti kalau saya mati? Kadang aku ketakutan sendiri, kadang malah pusing sendiri. Berharapnya, semoga nanti dimatikan dalam keadaan baik.. makanya harus selalu berusaha jadi pribadi yang lebih baik dari diri yang lalu.

  14. yang sering aku tanyakan adalah pertanyaan ketiga itu Mbak, bagaimana nanti kalau saya mati? Kadang aku ketakutan sendiri, kadang malah pusing sendiri. Berharapnya, semoga nanti dimatikan dalam keadaan baik.. makanya harus selalu berusaha jadi pribadi yang lebih baik dari diri yang lalu.

  15. Tiga pertanyaan sederhana tapi jawabannya bisa berlembar-lembar. Dan pastinya bikin bercucuran air mata. Jujur lho, aku menghindari banget pertanyaan-pertanyaan ini. Huhuhu… sembunyi terus deh ih. Payah. Tapi ok, 2025, harus mulai bisa menghadapi 3 pertanyaan ini. Ketenangan datang dari hal-hal yang selama ini dihindari ya. Kemonlah, jadi pribadi lebih baik lagi, ya. Ihiiiiks…

  16. Jleb banget tiga pertanyaannya Mbak, jadi tertohok aku masih leyeh-leyeh saja kadang huhu, semoga awal tahun ini bisa jadi momentum memperbaiki diri ya…aku pengen jadi penulis Balikpapan tapi aku tinggal di Ungaran euy hehe bercandaa..

  17. semua pertanyaannya dalem banget mba dan penuh dengan makna, yang pertama langusng mikir, kedua, ketiga makin mikir, ya Allah semoga saya meninggal dalam keadaan husnul khotimah, harapan semua manusia muslim kalau ini pastinya ya, teima kasih mba artikelnya membuat saya merenung di awal tahun ini dan jadi pengingat juga

Leave a comment