Cari Tahu Serba-serbi Antibiotik dan Cegah Resistensi/Kebal Obat

“Ternyata Tante Hera dinyatakan kebal obat! Makanya dia kudu terapi dan konsultasi intens dengan dokter.”

“HAH? Kebal obat? Kok bisa ya?”

Kebal alias resisten obat. Itulah “vonis” yang kudu ditelan mentah-mentah oleh Tanteku. Tak ayal, kami pun bahu membahu mencari informasi seputar langkah apa yang kudu dilakoni, demi kesembuhan Tante dari penyakit paru yang mendera beliau.

Selama ini, aku jaraaangg banget dengar istilah “kebal obat”. Sampai kemudian, salah satu famili kami yang berprofesi sebagai dokter, menjelaskan bahwa ada sejumlah kasus kebal obat. Di antaranya, ini adalah dampak yang ditimbulkan dari pemakaian obat antibiotik yang tidak semestinya.

Waduh, waduh… kok aku jadi waswas ya. Bukannya kita ((KITA)) kerap mengidentikkan antibiotik sebagai “dewanya obat”?

Nah, ini dia! Salah kaprah yang kerap menimpa masyarakat awam, termasuk diriku. Kalau sakit dikiiit aja, flu bersin bersin gitu, konsultasi plus ‘kirim kode’ ke dokter, “Dok, bisa kasih resep antibiotik saja ya? Biar saya cepet sembuh.”

Hmm, hayo ngakuu… siapa yang kerap berceloteh seperti itu?

***

Sudah waktunya aku menggali ilmu dan buka wawasan terkait serba-serbi antibiotik. Bersyukur banget aku bisa datang ke Seminar Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia 2019. Bertempat di RSUD Dr Soetomo, Surabaya, Gedung Pusat Diagnostik Terpadu (GPDT) lantai 7.

The future of antibiotics depends on all of us.

Each November, World Antibiotic Awareness Week (WAAW) aims to increase global awareness of antibiotic resistance and to encourage best practices among the general public, health workers and policy makers to avoid the further emergence and spread of antibiotic resistance.

Antibiotik adalah obat atau bahan kimia yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri. Bentuk kemasan berupa kapsul, kaplet, tablet, sirup, supposituria dan injeksi.

Pertama kali, antibiotik ditemukan oleh Alexander Fleming tahun 1928, dan baru diproduksi tahun 1940-an. Namun sejak tahun 1980, sangat sedikit penemuan antibiotik baru, karena biaya penelitian yang mahal, dan ketika diproduksi dan dipas

Apa yang dimaksud dengan resistensi? Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menahan, melawan, dan menghentikan efek membinasakan dari obat antibiotik. Resistensi terjadi ketika bakteri mengubah mekanisme dalam menghadapi serangan antibiotik. Resistensi ini dapat dipercepat oleh penggunaan antibiotik yang tidak bijaksana seperti penggunaan secara berlebihan.

Dalam terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, obatnya adalah antibiotik. Namun, bakteri lama-lama bisa beradaptasi dengan antibiotik dan menjadi makin sulit untuk dienyahkan.

Jadi, bakteri resisten adalah bakteri yang akibat perubahan biologis, salah satunya mengalami mutasi, sehingga tidak bisa dihambat atau dimatikan oleh antibiotic yang biasanya digunakan. Kejadian ini muncul, akibat penggunaan antibiotika yang tidak terkendali. Semakin tidak rasional, maka semakin tinggi risiko munculnya bakteri resisten.

Ini yang disebut dengan resistensi bakteri. Beberapa bakteri secara alami dapat melawan beberapa jenis antibiotik tertentu. Bakteri bisa menjadi resisten terhadap antibiotik jika gen bakteri berubah atau bakteri mendapat gen yang resistan terhadap obat yang diperoleh dari bakteri yang lain.

Apa penyebab resistensi?

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya resistensi misalnya antibiotik yang diresepkan berlebihan (over prescribing). Perlu dipahami bahwa antibiotik bukan obat yang tepat menangani penyakit akibat infeksi virus, infeksi fungi dan masalah non-bakteri lainya. Antibiotik tidak efektif melawan infeksi virus seperti flu. Jadi ketika kita minum antibiotik padahal tidak sedang diserang infeksi bakteri, kemungkinan resistensi pun meningkat.

“Selain itu, selama beberapa dekade, sektor peternakan juga menggunakan antibiotik dalam jumlah besar dalam merawat hewan ternak. Tidak hanya sebagai alat untuk mengurangi infeksi tetapi juga digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan hewan. Misalnya, antibiotic yang diberikan kepada sapi, agar bisa memproduksi susu dalam jumlah banyak,” ujar Dr. DOMINICUS HUSADA dr.,DTM&H.,MCTM(TP).,SpA(K), selaku narasumber dalam seminar ini.

Bagaimana cara menghalangi terjadinya resistensi?

Masyarakat umum dapat mencegah infeksi dengan teratur mencuci tangan, menjaga kebersihan makanan, menghindari kontak dengan orang sakit dan melakukan vaksinasi ulangan (vaksinasi dewasa).

Hal lain yang dapat kita lakukan adalah mencegah terjadinya infeksi dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh, menerapkan pola hidup sehat akan membantu mengurangi resiko tubuh terinfeksi suatu penyakit. Edukasi seperti sosialisasi World Antibiotic Awareness Week (WAAW) ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar bijaksana dalam menggunakan antibiotik.(*)

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

30 thoughts on “Cari Tahu Serba-serbi Antibiotik dan Cegah Resistensi/Kebal Obat”

  1. saya dulu pernah periksa masalah telinga ke dokter tht dan dikasih semacam obat gitu, pas saya nanya “ini antibiotik ya dok?”, “iya mas, harus dihabiskan ya walaupun baru minum sehari udah sembuh. kalau engga takutnya nanti resisten bakterinya”. sebenarnya edukasi dari pihak medis juga harus ya mbak, jadi pasien biar nggak asal-asalan minum antibiotiknya.

  2. Sebenarnya g hanya pasien yg kurang tahu dampak penggunaan antibiotik yg tdk tepat mbak..

    Terkadang masih banyak dokter yg dgb gampangnya kasih antibiotik..

    Makanya aku klo cari dokter yg pro RUM, jadi slain bijak dalam memberikan resep obat, juga bijak soal penggunaan antibiotik

  3. Banyak diantara tetangga dan teman-temanku yg ketagihan antibiotik. Mereka itu sedikit sedikit beli antibiotik untuk berbagai penyakit. Padahal ternyata itu gak boleh.
    Gimana za kira kira solusinya??

  4. Nah sering tuh kalau anak sakit dan pergi ke dokter, biasanya dikasih obat antibiotik padahal mungkin penyakitnya itu tidak perlu antibiotik. Kadang cemas juga ya kalau terlalu sering minum antibiotik, dampak ke depan nya bagaimana.

  5. Beberapa waktu lalu anak anak flu batuk terus diresepin antibiotik sama dokternya. Akhirnya ngga aku minumkan mba. Ngeri sama efek jangka panjangnya.
    Semoga info ini nyampe ke para dokter di seluruh pelosok Indonesia.

  6. Karena kurang mengerti mengenai antibiotik itu harus dihabiskan ya. Jadi ada yang menganggap penyakit sembuh obatnya gak pelru dihabiskan. Allhamdulillah sekarang banayk informasi di mana-mana jadi masyakarat lebih mengerti

  7. Pastinya saya gak berani mengkosumsi antibiotok kalau bukan resep dokter. Untungnya lagi dokter langganan anak-anak saya, gak gampang kasih antibiotik. Ngeri kalau sampai resisten

    1. Memang sebaiknya konsumsi antibiotik ini menurut petunjuk dokter bukan asal sakit pake antibiotik, seharusnya juga tidak dijual bebas di pasaran sih ya

  8. Ya ampuuuun, ada nih ada, tonggoku sing doyan dikit-dikit pake antibiotik, dikit-dikit pake antibiotik. Ngeri juga ya kalo obat yg didewa2in buat pencegahan malah nambah penyakit lagi. Intine ya emang kudu bijak sih pake antibiotiknya.

  9. Benar mba, dahulu dokter aku juga ngasih saran Kaya gitu, awas kuman jadi kebal sama obat antibiotik karena kebiasaan Kita suka sok-sok jadi dokter. Main tenggak aja antibiotik

  10. saya paling malas sebenarnya minum obat, apalagi antibiotik itu karena harus diminum sampai habis gak boleh putus, padahal saya orang paling sering lupa dengan jadwal minum obat gtu, makanya jadi tersiksa rasanya klo harus ketemu antibiotik, apalagi utk anak2, huhuhuh

  11. Nah jadi kita harus bener2 nih merubah mindset bhw antibiotik tuh rajanya obat ya mba..agar jangan sampai kita malah terkena kondisi kebal obat itu..duuh..amit2 deh..

  12. Kalau untuk penyakit ringan macam flu, aku milih home tratment dulu, nggak langsung ke dokter, salah satu alasan karena sering diresepin AB.
    Dulu sebelum tahu bahaya AB sih aku tenang2 aja, sekarang jadi waspada. Pernah minum AB sampe buanyak ya pasca operasi SC.

    Semoga orang awam dan dokter/nakes makin banyak yang aware dengan penggunaan AB juga

  13. Tetanggaku ada yang resistensi kebal obat karena keseringan minum macam2 obat. Padahal waktu itu dia sakit agak parah, tapi gak mempan jadinya. Memang kudu bijak ya soal antibiotik ini

  14. Ngomongin soal antibiotik ini jafi ingat sempat drama banget waktu anak saya sakit dan dikasih antibiotik sama bidan yang periksa dekat rumah. Saya keukeuh nggak mau kasih karena tahu risikonya tapi keluarga mana ada yang dukung. Malah dikiranya saya ibu yang gimana karens anak sakit dan saya nolak dia dikasih antibiotik

  15. Waaaah terimakasih informasinya yang informatif mbak. Aku juga termasuk salah satu yang suka ngasal minum obat. Harus waspada ya terutama mengkonsumsi antibiotik, tidak boleh sembarangan. Bener banget lho kurang jaga kesehatan dan kebersihan bisa jadi pemicu infeksi….aku pernah ngalamin mbak….emang kita hrs bener2 waspada ya untuk urusan kesehatan.

  16. Informasi yang berharga banget ini…
    Malah keluargaku sering banget beli anti biotik dan harus dihabiskan.
    Katanya kalau gak dihabiskan, ya penyakitnya akan kebal dan balik lagi.
    Duh jadi was was sendiri, terima kasih atas infonya bund…
    mau sharing ke keluarga juga 😦

  17. Huhuhu andai sudah di Surabaya, pengen sekali ikutan juga sama antibiotik ini
    Jadi tercerahkan bagaimana supaya nggak resisten terhadap antibiotik

  18. Benar-benar artikel yang bermanfaat mbak. Anakku juga kemarin dikasih antibiotik dan kudu dihabiskan dan memang sebisa mungkin untuk lebih menjaga kesehatan dari bakteri dan virus yang menyerang.

  19. wah ngeri juga ternyata ya kalau kebal obat
    dulu waktu anak2 masih bayi, sering jg dikasih antibiotik
    antara mau dikasih atau nggak
    takutnya jadi kebal gitu
    tapi memang harus ada edukasi buat ibuk2 juga
    makasih infonya mbak nurul

Leave a reply to ade anita Cancel reply