Bertahun-tahun ‘Bahagia dan Sukses’ selalu identik dengan hal-hal yang sifatnya duniawi. Raffi Ahmad, Atta Halilintar, Sandiaga Uno, yaaa paling nama-nama semacam itu auto bercokol di benak, setiap kali diminta sebutkan “Siapa manusia yang (menurut aku) sukses dan Bahagia”.
Hmm, nggak salah, sih 😀 Hare gene siapa yang nggak butuh duit, ye kan? Tapiii, kalau benchmark-nya ke manusia-manusia 1% seperti mereka, yang ada hidup bakal ngos-ngosan. Leher juga gampang capek karena mendongak mulu ke atas, wkwkw.
Ya sudah, aku coba untuk melakukan re-definisi Bahagia dan sukses. Nggak perlu muluk-muluk. Ada hal-hal (sekilas tampak) retjeh yang sukses bikin aku Bahagia.
(1). Tetap Hidup, Sehat, Bernyawa
(2). Semangat Belajar al-Qur’an
(3). Jajan pentol dan telor gulung di deket SD anakku
(4). Antar anak ke Masjid buat sholat jamaah 5 waktu
(5). Makan soto ayam kampung, kuah ditaburi koya, maknyussss

(6). Zumba joget2 di depan laptop, diiringi musik BTS 😀
(7). Ngeblog
(8). Menang quiz berhadiah top up OVO atau Go-Pay (mayan buat jajan wkwkw)
(9). Hospital Playlist ada episode baru
(10). Drakor oppa kim seon-ho siap tayang, yeayyy!
Hahaha. See? Ngga perlu muluk-muluk, kok. Karena memang, serangkaian peristiwa yang kita alami selama pandemic ~ mau tidak mau membuat diri ini makin humble, merendah, no more FOMO (Fear of Missing Out). Ya udah lah yaaa, hidup ini kan Cuma numpang minum doang. Ada kalanya, saya memasang target kudu bisa lolos seleksi peserta Google Local Guides Summit di Amerika… Tapii, masa-masa ‘ambis ambis club’ itu udah lewat kayaknya 😀
Baca: Tips Jadi Local Guides dan Diundang Google ke Amerika
Sekarang, lebih merendah. Lebih memahami definisi “Hidup adalah momentum untuk beribadah, melakukan amal kebaikan dengan ikhlas” intinya bersiap-siap seoptimal mungkin, agar Ketika saatnya aku “dipanggil” ke alam abadi, insyaALLAH husnul khotimah yang tergapai.
Aaamiiin, aamiin ya robbal alamiiin.
Btw, menggapai semangat Bahagia dan sukses yang sederhana ini memang tidak terjadi dalam semalam. Dibutuhkan tekad, upaya, doa dan serangkaian cara, agar dunia tak lagi menjadi elemen yang menyita banyak waktu dan tenaga.
Terngiang-ngiang ucapan sahabat Rasul:
“Ya Allah… letakkan dunia di tanganku, JANGAN di hatiku.”
Sungguh, ini tidaklah mudah. Tapii, Bismillah! InsyaALLAH, Allah yang berikan jalan dan memudahkan.
Memang sudah sepatutnya, kita memegang prinsip “Bertawakkal sejak awal”.
Hakikat Tawakkal adalah: Mengakui ada kekuatan Maha Dahsyat di luar kekuatan manusia. Sehingga, sekuat sebaik apapun usaha kita, bila ALLAH tidak meridhoi maka ya hasilnya tidak pernah terwujud.
Dengan pemahaman seperti ini, maka seseorang yang bertawakkal kepada Allah, menjadi legowo (menerima tanpa syarat) atas semua yang telah diupayakan. Tidak sedih, tidak marah, tidak berprasangka buruk terhadap Allah. Efeknya, pikiran menjadi tenang, sehingga tetap bisa menghasilkan ide-ide kreatif.
Dengan berpikiran tenang dan tetap optimis, maka langkah atau pekerjaan tetap berjalan dengan baik dan terarah.