Surat untuk Anakku, tentang Ukuran Keberhasilan dalam Hidup

Assalamualaikum warohmatullahi wa barokatuh,

Nak,

Kita semua harus selesai dengan pemahaman ini: bahwa TUJUAN HIDUP kita adalah: menghamba kepada Allah. Bukan untuk yang lain.

Segala sikap, perbuatan… entah kita sedang mengejar, menikmati, atau menjauhi satu urusan dunia, MUARA TUJUAN-nya harus ke sana. Yaitu sebagai bentuk penghambaan kepada Allah.

Dengan tujuan itulah, kita melihat dunia. Bahwa segala bentuk kejadian dalam hidup, selama ia bisa mengantarkan kita pada rasa MENGHAMBA KEPADA ALLAH, maka itulah Keberhasilan bagi kita. Dan kita bisa mengupas gratitude list kita dalam JURNAL SYUKUR

Nak,

RASA MENGHAMBA, kalau dijelaskan dengan kalimat sederhana, ia adalah rasa lemah dan butuh kepada Allah. Rasa lemah muncul atas kesadaran, bahwa ALLAH Yang Maha Kuat. Rasa butuh muncul atas kesadaran bahwa Allah pemilik segalanya. Allah pemilik kunci semua yang kita butuhkan di dunia dan akherat. Rasa lemah dan butuh adalah implementasi atas “laa haula wa laa quwwata illa billah”.

Kesadaran atas tujuan ini memang tidak mudah. Karena praktiknya, ia membuat kita (seolah-olah) mengambil posisi berseberangan dengan tujuan ideal, yang ada dalam pikiran orang kebanyakan.

Kita semua tahu kan Nak, kebanyakan orang melihat kekuatan, kekuasaan, dan kejayaan sebagai simbol kesuksesan. Sementara kita punya gambaran sebaliknya: bahwa kekuatan, kekuasaan, dan kejayaan dunia itu belum final sebagai sebuah kesuksesan. Bahkan, itu semua menjadi kegagalan, kalau justru menghijab/menghalangi kita dari rasa lemah dan butuh kepada Allah.

Nak,

Catatan pentingnya adalah: bahwa untuk ada dalam situasi ini, tidak mensyaratkan kita secara dzahir harus ada dalam kefakiran betulan. Bukan berarti, kita harus membuang harta yang Allah berikan. Bukan berarti abai dengan kesehatan fisik, yang Allah karuniakan. Justru tindakan semacam itu beresiko dzalim pada diri sendiri ataupun orang lain. Setiap kita sudah diberikan jalannya sendiri-sendiri untuk menunjukkan rasa lemah dan butuh kepada Allah, meskipun kekuatan, kekuasaan, dan kejayaan dunia sedang ada di kedua tangan kita.

Contohnya begini, Nak. Kalau Allah hendak membuat kita merasa lemah dan butuh kepada-Nya, meski kita ada dalam kondisi berkelimpahan dunia, maka ALLAH akan tampakkan di depan mata kita beratnya hisab harta di akherat kelak, atau manisnya tipuan dunia, lalu kita jadi takut, kita risau, sehingga kita berlari bermunajat meminta perlindungan kepada Allah.

Atau, contoh lain, kita dipertemukan dengan ujian, yang mana harta dunia tidak sanggup menjadi solusi dan jawaban. Lalu kita mendapati, hanya ALLAH satu-satunya tempat bersandar dan pemberi pertolongan.

Nak,

Ketika kita berada di momen seperti itulah, that’s our best moment! Itulah situasi yang menjadi alasan kita hidup di dunia ini. Teruslah menghamba pada ALLAH, jangan sekali-kali meletakkan harapan pada manusia atau makhluk.

Semangaaattt ya Nak!

Advertisement

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: