Ibu,
Gimana kabar Ibu di alam sana? Semoga malaikat Munkar Nakir nanyanya nggak susah-susah ya, Ibu. Dan insyaAllah, aku yakin banget, Ibu bakal bisa menjawab semua pertanyaan dengan baik, benar dan komprehensif. Semasa menjalani peran sebagai khalifah di muka bumi, Ibu sudah menunaikan serangkaian kebaikan dalam kuantitas dan kualitas yang begitu mumpuni. Ibu hobi mengajarkan Al-Qur’an kepada siapapun… Ibu hobi menghafalkan firman Allah (ingetkan, kita bertiga—ibu, sidqi dan aku balapan hafal Al-Muthoffifin?)… Ibu hobi sedekah, ibu hobi mengordinir sahabat untuk jadi donatur di lembaga sosial, ibu hobi infaq ke panti asuhan… Jadi, aku yakin banget. Makam Ibu terang benderang, seterang binar amal shalihaat yang udah ibu tebarkan selama ini.

Ibu,
Tahu nggak. Sabtu pagi, waktu ibu mau dimandikan, banyaaaaak banget ibu-ibu kompleks yang pengin memandikan ibu! Sampe mau rebutan! Masya Allah… Begitu inginnya mereka menunjukkan sayang yang teramat besar untuk Ibu.
Yang mensholatkan Ibu juga banyaaak. Sampai dibikin 5 kali jamaah sholat jenazah. Yang takziyah? Membeludak! Banyak tetangga yang sampai mbrebes mili, terharu melihat sedemikian besar atensi yang ditunjukkan rekan-rekan, kolega, saudara, murid-murid Ibu jelang prosesi pemakaman Ibu.
Sidqi juga ikut antar sampai makam loh, Ibu. Walaupun dia seperti masih nggak percaya kalau Uti Fat yang amat ia sayangi, sudah berpindah ke alam baka.
“Uti Fat masih di kamar depan, Bu… Ayo kita ajak ngobrol yuk…” gitu kata Sidqi
Tabarokallah… Semoga seiring doa-doa yang mengalir, ini menjadi isyarat bahwa Ibu benar-benar khusnul khotimah ya. Amiiin. Amiiin.
Ibu,
Ketika Ibu sakit, banyak banyaaaak banget yang jenguk di RS. Bahkan, murid-murid ibu jaman di STM Kimia (angkatan tahun ’70-an) trus di STM Pembangunan (angkatan ’80-’90-an) dan di SMA 17 (angkatan ’90 sampai 2000-an) semuanya silih berganti menjenguk Ibu.
Tatap mata mereka menyiratkan rasa iba, pada sosok ibunda yang begitu mereka sayang. Dan ibu tergolek lemah. Tapi tetap menghadiahkan senyum yang begitu indah. Ibu –dalam sakit yang kian menjepit—tetap mendoakan yang terbaik untuk setiap tamu.
“Maturnuwun rawuhipun… semoga semua sehat selalu…”
“Makasih ya Nak… semoga rejekinya berkah dan semakin sukses usahanya…”
Ada yang mendesak-desak di bola mataku. Berebut ingin keluar, mengucur dalam sebentuk air mata. Tapi, aku tahan, Ibu… Aku nggak mau kelihatan sedih di depan Ibu. Aku nggak mau Ibu tahu, bahwa sebenarnya Ibu kena kanker paru.

Ibu,
Mohon maaf, sampai detik-detik terakhir Ibu “berangkat”, aku sama sekali nggak ngasih tahu kalau ibu kena kanker. Aku cuma bilang ibu sakit TBC. Kayak diagnosa dokter di RS A, RS pertama yang merawat Ibu selama 10 hari. Duh… kalo diingat-ingat, rasanya nyesek banget. Kok bisa salah diagnosa sedemikian ngawurnya? Padahal, dokter sp paru udah ambil sampel darah dari tulang belakang, tapi dibilang hasilnya TBC, lalu ibu disuruh minum obat segede-gede gaban, saban malam 3 kapsul.
Aku sengaja menyembunyikan kanker ini, karena aku mau Ibu terus bertahan! Ibu harus semangat makan, ibu minum susu yang banyak… Ibu harus happy, bahagia, ceria, dan berpositive-thinking terhadap semua skenario yang Allah gariskan. Ibu kan bilang, pengin umroh kalau sudah sehat, ya kan? Ibu juga pengin dolan ke Bandung lagi, ya kan?
Ibu pengin menyimak tausiyah Aa’ Gym lagi kan?
Aku terus mengumbar senyum di depan para tamu. Aku nggak mau mereka ikut larut dalam rasa mellow tak berujung, karena yeah.. ini semua udah tertulis di lauhul mahfudz kan?

Ibu,
Kanker paru emang cepat banget menyebarnya. Ketika sebulan terakhir Ibu kami pindahkan ke RS B, banyaaaak rangkaian pemeriksaan yang kudu dilakoni, dalam durasi yang beneran bikin stok sabar kudu ditambah-tambah!
Seminggu pertama, ibu kudu jalani CT scan. Seminggu kedua, biopsi. Setelah ketahuan kanker paru, lalu bagaimana? Eh, sampel sel kanker ibu kudu dikirim ke Jakarta, dan hasilnya nunggu 2 minggu lagi! Astaghfirullah… sampai sebulan di RS B, ibu hanya diberi obat yang bertugas menghilangkan rasa sakit, BUKAN obat pembasmi kanker.
Padahal, kanker ibu sudah stadium 4. Aku juga sudah berusaha menyuplai terapi herbal, mulai dari ekstrak keladi tikus, ekstrak daun sirsat, jus merah, teripang/gamat, propolis, ekstrak daun kirinyu, macam-macam! Tapi, yaaa.. begitulah. Ibaratnya, si kanker ini naik lamborghini, sementara si herbal naik avanza. Yo wis, nggak sekufu.
Ibu,
Aku mohon maaf, karena sebagai anak, aku bener-bener nggak peka. Nggak sensitif blas. Ibu batuk lebih dari 2 bulan.. Berat badan Ibu turun 10 kilo… Nafsu makan turun drastis.. Astaghfirullah.. aku sama sekali nggak nyangka kalo penyakit ganas itu bersemayam di tubuh Ibu yang setrong.
Ibu juga nggak pernah mengeluh sama sekali. Jadi, aku pede banget kalau sakitnya Ibu ya sakit biasa. Batuk biasa. Males makan, karena emang lagi nggak mood.
Makanya, ibu….ketika beberapa sahabat takziyah ke rumah (termasuk para emak bloggers yang demikian suportif selama Ibu sakit dan berpulang) aku bolak/i menyarankan ke mereka untuk rutin men-general check up-kan orang tua. Yah, paling enggak, kita bisa aware kalau ada gejala2 penyakit yang mendera.
Ibu,
Segini dulu ya, surat hari ini. InsyaAllah, aku akan selalu merapalkan doa dalam tiap ibadah yang kulakoni. Ibu yang ngajari aku sholat… Ibu yang ngajari aku ngaji… Ibu yang melakukan banyak hal untuk Sidqi, termasuk nemani dia khitan, sementara aku–ibu kandungnya–malah gocik alias nggak berani, hihihi.
Semoga, Ibu lebih bahagia di alam sana. Teriring doa dan cinta tiada tara dari ananda yang berlumuran dosa.
Sampaikan salamku untuk Bapak ya, Ibu…. Segala puji teralamatkan untuk Allah ta’ala.. karena Ibu dan Bapak saat ini bisa bersebelahan di alam sana….
Peluk mbak Nurul. Apa kabar mbakku sayang. Akhirnya tayang juga tulisan yg indah ttg ibu sampeyan. Aku ikut mengamini untaian doa2mu yg indah, mbak. Kupikir njenengan menyepi sejenak dari hingar-bingar dunia maya, berhubung FBmu sepi dari komenmu… ucapan2 belasungkawa di wall FBmu gak dibalesin… hehe.
Bulan ini bulan duka, aku kehilangan dua teman dunia maya, semua masih muda (usia 30-40an) dengan ending yg berbeda. Ada yg meninggal setelah melahirkan (masyaAllah), ada yg sakit kanker payudara. Pun 2 bulan lalu aku kehilangan janin yg aku kandung, usia 11 minggu. Akhir hidup ini semua rahasia Allah ya mbak, ada yg umurnya panjang… ada yg sedang2 saja… ada yg singkat sekali, baru usai nyawanya dihembuskan sudah ditarik lagi seperti calon anakku 😦 Rahasia umur udah tertulis ribuan tahun sebelum kita lahir…. Kita cuma berharap, di ujung nafas kita kelak, Allah berikan kita khusnul khotimah… akhir yg baik…. wafat dengan meninggalkan kebaikan, nama yg harum. Seperti halnya ibu sampean, insyaAllah. Amien. *nangis pagi-pagi, hiks*
Yang terbaik untuk Ibu, ya Mba. Amin
Dulu aku ya pernah kena TBC ba, ampun obatnya segede-gede gaban. Nggak kebayang, salah diagnosis dan ibu kudu meminum obat gaban tsb 😦
Semoga Ibu diterima disisiNya, ditempatkan di tempat terindah. aamiin ya Rabb
bacanya ikutan perih mbak 😦
semoga Ibunya Mbak khusnul khotimah. Aamiin.
Terimakasih mba atas nasihatnya
Sayang ibu
semoga diberikan jalan yang lapang untuk ibunya ya mbak, sampe terharu bacanya :’)
Innalillahi Wa inna Ilaihi rojiun, semoga almarhumah ibunda khusnul khotimah dan doa anak sholehah akan membuka lapangnya kubur ibunda…
Setiap kejadian selalu ada hikmahnya. Melihat Mbak Nurul yang ada di sisi Ibunda hingga kepergiannya, bikin aku inget orang tuaku. Semoga aku punya kesempatan lebih lama untuk berbakti pada orang tuaku Mbak. :’)
Teriring doa untuk kedua orang tua kita semua ya.. :’)
mbak nurul….hiks hiks…. aku baca sambil berurai air mata
tapi juga sambil ngikik hihihihi
sini mbak tak peluk….anggap aku pengganti ibumu ya
tapi jangan minta uwek….. kita kan sama2 masih cari job review hehehehe
semangat mbak….yuk ngejar liputan lagi
Mbak Nurul… Aku mengagumi ketegaran dan kekuatanmu. Insyaallah sudah ada tempat terindah untuk Uti Fat. Jangankan Sidqi, sampe skrg mama masih gak percaya, tiap ngaji shubuh masih suka clingak-clinguk cari Uti Fat.
Jadi inget kedua orang tuaku jauh di sana. Semoga Allah selalu lindungi mereka, Aamiin.
Semoga Allah mengampuni & menerima semua kebaikan Almarhum semasa hidup, Aamiin.
Speechlees bacanya mbak. Ikut mendoakan buat Ibu Fat, semoga khusnul khatimah.
Semoga kita yg masih hidup bs mengikuti perbuatan baik beliau, menabung kebaikan sebanyak-banyaknya utk bekal hidup di akherat kelak. Aamiin.
Innalillahi wa inna ilihi rojiuun. Beruntung memiliki ibu yang dicintai orang banyak. Banyak pula yang mendoakan. Semoga khusnul khotimah. Aamiinm
Nurul sayang, insya Allah ibu khusnul khotimah. Aku mewek baca suratmu ini. Jadi ingat gmn campur aduknya perasaanku pas Allah manggil ibuku setahun lalu karena gagal ginjal. Allahumaghfirlaha warhamha waafihi wa’fuanha. 😥
Stay strong, Dek!
*mrebes mili*
*peluk erat emaknya Sidqi*
*Al Fatihah untuk ibu*
Masya Allah.. Ibunda luar biasa ya Mba? Saya jadi ingat almarhumah ibu saya juga. Allahummghfirlahum warkhamhum wa’aafihii wa’fu’anhum.. Insya Allah ibunda2 kita bahagia disan ya Mba..aamiin..
Innalillahi wa innailaroji’un. Peluk Mbak Nurul. Ibu luar biasa ya Mbak. Smoga beliau ditempatkan di sisi terbaik Allah SWT. Aamiin. Tetap sabar dan tabah ya Mbak :’)
Mba Nurul, beneran baca ini bikin aku pengen mewek, turut berduka ya mba. Smoga ibu bahagia di alam sana, dan kelak dipertemukan kembali dgn keluarga d surga, aamiin.
Semoga beliau ditempatkan sebagai kaum mukmin di sisi Allah, Mbak. Perjuangan dan cinta ibu untuk keluarga tentu tak perlu diragukan. Tiada banding, tiada lawan. Duh, jadi mau nangis. Semoga mbk Nurul dan keluarga sabar dan mendoakan beliau di sana. Terus berkirim pahala lewat kebaikan anak-anaknya. Aamiin
Semngat selalu mb nurul..semoga almh meninggak dgn husnul khatimah dan diampuni dosa2nya aamiin
insya Allah ya mbak, kuburan beliau terang benderang
Inalillahi wa inailaihi raji’un.. mbak Nurul, aku turut berduka cita ya mba.. hatikut ikut perih sekaligus hangat membaca tulisan mba Nurul..
insyaAllah, uti fat sdh mendapatkn tmoat terindah di sisiNya mbk nurul,
al fatihah bwt uti fat,
Saya terharu, Mbak, panjenengan adalah ibu luar biasa yang lahir dari rahim ibu yang sangat luar biasa. Jasad beliau memang terkubur di tanah, tapi amal salihnya terus mengalir, menginspirasi orang-orang. Al Fatihah…
ikut berduka cita ya mbaa.. :(.. semoga semua amalan ibu diterima yang maha kuasa.. seram kalo udh denger kata2 kanker.. 😦 .. kadang kita udh coba hidup sehat pun, ga merokok, tp tetep aja bisa terkena gini yaa…
Semoga ibunda tercinta khusnuk khotimah … Aamiin …
Turut berduka cita ya Nurul. Duh sedih bgt bacanya . Semoga yg terbaik utk ibu. Amin
Al-Fatihah. Semoga almarhumah diberi tempat terbaik di sisi Nya. Aamiin
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, yang sabar ya mb Nurul, semoga Alloh melapangkan kubur beliau dan menempatkan di SurgaNya. Dan mg kelak Inshaalloh bisa berkumpul lagi di SurgaNya mbak,. aamiin
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, ikut berduka cita ya mbak… smg diterima segala ibadah beliau, diampuni sgl salah dan khilaf beliau, dilapangkan kuburnya aamiin..
Turut berdukacita ya mbak Nurul, semoga keluarga yang ditinggalkan tabah..
Turut berduka cita ya Mbak Nurul.. Almarhumah Mamaku juga kena kanker, tapi payudara. Cuma 6 bulan bertahannya. Sedih banget. Surat Mbak untuk Ibu buat aku inget masa-masa perjuangan Mama dulu. Stay strong ya Mbak 🙂
Mbak Nurul, saya dan keluarga turut berduka. sediiih banget ngebaca tulisan ini. Semoga Almarhumah husnul khotimah, diterima iman islam nya, mendapat tempat terbaik disisi NYA dan mbak nurul serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran Aamiin Yaa Robbal ‘alamiin
Aku terharu mbak bacanya. Semoga Ibu disana mendapatkan tempat yang terbaik disisi Allah SWT, Aamiiin
Turut berduka cita ya mbak Nurul. Ibu sudah gak sakit lagi sekarang. Sekarang Ibu dan Bapak mbak Nurul pasti lagi gandengan. :’)