Hoping for the Best

Heyhoo, Jumat jumat gini, cuaca mendung syahdu, paling assoy kalo mengulas masa lalu yhaaa *eaakkk. Mau sedikit flashback ke masa SMA nih. Aduuuh, ini tuh (menurut saya) masa yang menyenangkan banget dalam hidup, hahaha.

Saya bersekolah di SMA Negeri 16 jalan raya Prapen Surabaya. Dibilang jauh dari rumah, yaa lumayan sih, kalau awal-awal sekolah, saya naik sepeda onthel/ pancal. Energi anak remaja lumayan gede lah ya. Awal awal kuattt naik sepeda, tapi lama kelamaan, saya jadi sering tertidur di kelas wkwkw. Jadinya, pas SMA itu paling sering saya nunut/ nebeng tetangga, atau teman yang rumahnya sekitaran Rungkut. Demi menghemat duit 😊 Kadang naik angkot juga siiik, apalagi kalau kemudian saya kudu berkecimpung di aktivitas luar sekolah.

Ini napaaa preambule-nya cerita soal tebeng menebeng yhaaa 😊

Oke, so kali ini daku keinget banget sama kegiatan yang rutin dilakoni pas duduk di bangku SMA. Sejak remaja tuh, saya udah fall in love ama dunia tulis menulis. Nggak heran, tahun segitu (circa 1996, yes, I am that old! 😀 ) saya ikutan KROPEL (Klub Reporter Pelajar), yang diampu redaktur Surabaya Post.

Jadi, KROPEL ini berisikan para pelajar, yang berminat seputar dunia jurnalistik, dan tugasnya most of the time adalah, meliput dan meng-capture berita yang ada di sekolah masing-masing. Lalu bikin artikel dan disetorkan ke tim editor yang ada di kantor redaksi Surabaya Post. Semacam itu 😊 Super hepi bisa join KROPEL, karena saya si anak SMA yang kelebihan energi ini, jadi punya sarana untuk menyalurkan kreativitas di bidang literasi. Trus, saya jadi punya banyaaaakkk teman dari SMA/SMK lain (utamanya sekitaran Surabaya). Lantaran rutin bikin artikel (dan sering dimuat) saya juga dapat FEE loh… ya ampuun, super hepiii kalau satu berita dimuat, kami dibayar 15 ribu! (ingat, ini tahun 1996 ya. Duit segitu mayaann banget, cuy!) Kadang saya nulis cerpen juga, biasanya sih, kalau lagi pengin curcol, lantaran naksir seseorang, akhirnya berkhayaaaaalll berimajinasi, ehhh jadi cerpen… dimuat…. Dan DAPAT DUIT DEH wkwkwkw. No wonder, sekarang profesi saya sebagai BLOGGER PEREMPUAN karena emang udah sukaaaa nulis sejak jaman jebot sih yhaaa.

FYI, cerita masa muda nan sumringah semacam ini, beberapa kali saya lontarkan ke Sidqi. Anak saya saat ini duduk di kelas 10 SMA (atau setara kelas 1 SMA).

“Eh, tau nggak Nak… Ibu dulu pas duduk di bangku SMA, udah bisa cari duit sendiri lho….”

Yadda yadda blablablaaaa…. Yang intinya yaaaa, siapa tahu Sidqi jadi terinspirasi dan mau meneruskan jejak emaknya. Kalaupun belum bisa menggapai profit/ fee dari sini, at least dia tertarik menggeluti dunia literasi gitu lahhh. Kapan hari, Sidqi ultah dan dapat laptop. Pastinya saya pengin dia mendayagunakan perangkat itu, untuk berbagi cerita seputar daily life atau opininya.

Sejumlah ide artikel udah saya bagikan ke Sidqi.

Tapiiii, namapun anak, walau dulu 9 bulan berbagi tempat tinggal di bodi emaknya… walau udah kita didik, rawat dan besarkan sampai segede ini…. ternyata, belum tentu auto mewarisi hobi dan passion serupa. Sidqi belum tertarik untuk bikin blog. Sekadar corat coret untuk berbagi ide/ gagasan/ mind map juga belum mau. *sigh* Padahal, tadinya saya ngarep banget, doi mau sharing hal-hal menarik yang didapatkan pas sekolah, siapa tau jadi sumber semangat teman-temannya kan ya? Dan siapa tahu, kalau Sidqi rajin ngeblog/ creating positive content, suatu hari nanti bisa didapuk jadi Narasumber Literasi Digital . Yeah, who knows?

But anyway…. Beginilah ya, rasanya jadi emak anak remaja. Kadang emak “MERASA” tahu yang terbaik untuk anaknya…. Tapi si anak engga (atau belum?) merasakan hal serupa.

Ya wis, rapopo. Aku udah cukup bersyukur Sidqi mulai menemukan passion di bidang Olahraga. Doi aktif di Basket, Bulutangkis, dan Taekwondo. Beberapa waktu lalu, Sidqi didapuk oleh pelatih taekwondo untuk mewakili sekolahnya, perform di mall Royal Surabaya.

Yaaahh, mungkin sembari nunggu greget nulis Sidqi muncul, ada baiknya sang emak mencoba merangkum beberapa moment yang bisa menjadi bahan artikel. Rapopo, Mak, Rapopo.

Jadi orang tua memang kudu ridho, legowo dan always keep think positive! Kalau lagi kesambet jiwa ortu ambis ambis club, yuk mariiiii kita inget aja dah kata Bude Maya Angelou:

“Hoping for the best, prepared for the worst, and unsurprised by anything in between.”

Yuhuuuu 😊

Advertisement

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

2 thoughts on “Hoping for the Best”

  1. Setuju mbaaa. Kita mah sebagai ortu, support aja dulu, ga usah maksain keinginan yg menurut kita terbaik utk anak, tapi si anaknya ternyata ga suka melakukan itu. Soalnya aku sendiri belajar pas zaman sekolah, dipaksain utk ikut segala macam kegiatan, tapi aku ga suka dengan itu semua. Les piano, les gambar, les nari, padahal sedikitpun aku ga tertarik Ama yg berbau seni2an. Ujung2nya, aku ga serius ngejalanin, dan malah sering bolos diem2. Ga pengen aja anak2ku begitu. Mendingan mereka fokus Ama yg mereka suka, dan aku support di situ.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: