Ada satu artikel yang sangat touching, barusan saya dapat dari hasil googling sana-sini. Silakan baca pelan-pelan. Sebelumnya, siapkan tisu dan telepon. Untuk apa? Saya akan kasih tahu fungsi 2 benda ini, di akhir postingan. Happy reading. 🙂
Seorang pemuda duduk di hadapan laptopnya. Login facebook. Pertama kali yang dicek adalah inbox.
Hari ini dia melihat sesuatu yang tidak pernah dia pedulikan selama ini. Ada 2 dua pesan yang selama ini ia abaikan. Pesan pertama, spam. Pesan kedua…..dia membukanya.
Ternyata ada sebuah pesan beberapa bulan yang lalu.
Diapun mulai membaca isinya:
“Assalamu’alaikum. Ini kali pertama Bapak mencoba menggunakan facebook. Bapak mencoba menambah kamu sebagai teman, sekalipun Bapak tidak terlalu paham dengan itu. Lalu bapak mencoba mengirim pesan ini kepadamu. Maaf, Bapak tidak pandai mengetik. Ini pun kawan Bapak yang mengajarkan.
Bapak hanya sekedar ingin mengenang. Bacalah!
Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat pertama kali kamu bisa ngomong. Kamu asyik memanggil, “Bapak, Bapak, Bapak…” Bapak bahagia sekali rasanya anak lelaki Bapak sudah bisa memanggil-manggil Bapak.
Bapak sangat senang bisa berbicara dengan kamu walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Bapak ucapkan ketika umurmu 4 atau 5 tahun. Tapi, percayalah. Bapak dan Ibumu bicara dengan kamu sangat banyak sekali. Kamulah penghibur kami setiap saat, walaupun hanya dengan mendengar gelak tawamu.
Saat kamu masuk SD dan membonceng motor bersama Bapak, Bapak masih ingat kamu selalu bercerita tentang apapun yang kamu lihat di kiri kananmu dalam perjalanan.
Ayah mana yang tidak gembira melihat anaknya telah mengetahui banyak hal di luar rumahnya.
Bapak jadi makin bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya kamu ke sekolah. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan. Bapak sangat mengiginkan kamu menjadi anak yang pandai dan taat beribadah.
Masih ingat jugakah kamu, saat pertama kali kamu punya HP? Diam-diam waktu itu Bapak menabung karena kasihan melihatmu belum punya HP sementara kawan-kawanmu sudah memiliki.
Ketika kamu masuk SMP, kamu sudah mulai punya banyak kawan-kawan baru. Ketika pulang dari sekolah, kamu langsung masuk kamar. Mungkin kamu lelah setelah mengayuh sepeda, begitu pikir Bapak. Kamu keluar kamar hanya pada waktu makan saja setelah itu masuk lagi, dan keluarnya lagi ketika akan pergi bersama kawan-kawanmu.
Kamu sudah mulai jarang bercerita dengan Bapak. Tahu-tahu kamu sudah mulai melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Kamu mencari kami saat perlu-perlu saja serta membiarkan kami saat kamu tidak perlu.
Ketika mulai kuliah di luar kotapun, sikap kamu sama saja dengan sebelumnya. Jarang menghubungi kami kecuali di saat mendapatkan kesulitan. Sewaktu pulang liburanpun, kamu sibuk dengan HP kamu, dengan laptop kamu, dengan internet kamu, dengan dunia kamu.
Bapak bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah kawan-kawanmu itu lebih penting dari Bapak dan Ibumu? Adakah Bapak dan Ibumu ini cuma diperlukan saat nanti kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu saja?
Kamu semakin jarang berbicara dengan Bapak lagi. Kalau pun bicara, dengan jari-jemari saja lewat sms. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, malah menjadi-jadi.
Malam ini, Bapak sebenarnya rindu sekali pada kamu.
Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma Bapak sudah merasa terlalu tua. Usia Bapak sudah diatas 60-an. Kekuatan Bapak tidak sekuat dulu lagi.
Bapak tidak minta banyak…
Kadang-kadang, Bapak cuma mau kamu berada di sisi bapak. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu. Menangis pada Bapak. Mengadu pada Bapak.Bercerita pada Bapak seperti saat kamu kecil dulu.
Andaipun kamu sudah tidak punya waktu samasekali berbicara dengan Bapak, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Allah.
Jangan letakkan cintamu pada seseorang di dalam hati melebihi cintamu kepada Allah.
Mungkin kamu mengabaikan Bapak, namun jangan kamu sekali-kali mengabaikan Allah.
Maafkan Bapak atas segalanya. Maafkan Bapak atas curhat Bapak ini. Jagalah sholat. Jagalah hati. Jagalah iman. ”
Pemuda itu meneteskan air mata, terisak. Dalam hati terasa perih tidak terkira.
Bagaimana tidak ?
Sebab tulisan ayahandanya itu dibaca setelah 3 bulan beliau pergi untuk selama-lamanya…
PS: Sudah tahu fungsi tisu dan telepon/HP?
Yap. tisu untuk menghapus air mata kita. HP untuk menghubungi ayah/ ortu kita yang masih ada.
Untuk yang ayahnya sudah berpulang, silakan kirim doa terbaik. Semoga kita dikumpulkan di jannah-Nya. Aamiiin….
hiks….
Bapakku udah almarhum, Bang 😦
allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu
Aamiiin… aamiiin… ya Robbal alamiiin…
huhuhu semua tulisan2 model beginian sukses bikinnnn mewek
Sama, mbak Non
I read this blogpost while my father-in-law is sick..
Aku nggak pengen menyesal nggak pernah bilang betapa sayangnya akunpada ayah mertua.. jadi i did it. Aku bilang aku sayang
I read this blogpost while my father-in-law is sick..
Aku nggak pengen menyesal nggak pernah bilang betapa sayangnya aku pada ayah mertua.. jadi i did it. Aku bilang aku sayang
Ayah mertua ya mbak? Wow. Aku kalo sama ayah mertua emang rada-rada sedikiit jaim mbak.
Iya mbak ayah mertua..
Aku nggak sih mbak, lumayan deket malahan hahaha
aku nangis, meski papa masih ada bersamaku, namun tak jarang sikapku sprti itu. Kadang saat lelah menghampiri membuatku lupa bahwa Papa lah yang menungguku pulang, menahan ngantuknya untuk membukakan pager rumah 😦 . Tapi aku langsung masuk ke kamar 😦
Sama mbak. Terkadang, ga tau kenapa, kok anak muda seperti kita (hihi, ngaku anak muda…) suka abai gitu ya ke ortu.
Bismillah, insyaAllah abis gini kita ubah sikap ya mbak. Atas izin Allah, tdk ada yg tdk mungkin
Iya, Insyaallah. Trimakasih untuk ceritanya 🙂
ah~ yang sedang jauh di negeri perantauan gini, beneran jadi pengen meluk ayah seketika.
Untuk sekdar bersay hello, memang terkesan sepele, tapi itu sungguh berarti T.T
Giiih, skype ama bapak…
ijin share di blog ya mbak cantik
Sumonggo jeung 🙂
Mberebes :'((
Me too :(((
aku malah ngerasa lebih deket sama bpk mertua drpd bpk sendiri…soalnya sama bpk mertua ketemu dan interaksi tiap hari..*gimana ini*
soalnya bpk ku cenderung pendiam, beliau terbiasa bicara seperlunya….makanya skrg aku berusaha dkt sama2 anak2, ngobrolin apa pun, biar mereka ga canggung saat ingin cerita sama ortunya…
Yep. Memang kudu banget kita mendekat dgn anak2 yaa.. supaya mereka bisa ngobrol asik dgn kita.
Duh… *ngambil tisu dan hape*
Sedih ya, teh? Kalo saya sih, “ketampar” banget ama tulisan ini.
segera hubungi orang tua kita… selama masih diberikan kesempatan..
Betul. Karena ketika kita sudah berbeda alam, maka hanya doa yang bisa kita kirimkan utk ayahanda/ibunda tercinta 🙂
salam senyum dan sapa untuk orang tua dan saudara tercinta.
Mbakyuuuuu. ora tega bacanya. beberapa hari ini keingetan terus bapak. hiks. bacanya cepet-cepetan aja aku. itu aja udah degdegsyerrr.
Martunuwun nggih..
Iya. Aku juga lagi kangen banget sama (alm) bapak.
Inggih, sami2 mas Dani. Semoga bisa jadi kontemplasi (dan instropeksi) utk kita semua.
#ambil tisyu
Alhamdulillah ortuku masih hidup dan semoga senantiasa dalam lindungan NYA dan diberikan usia yang penuh berkah selalu dan selanjutnya.
DAn makin gak sabar menunggu hari Kamis dan meluncur mudiiiiikkkkk.
Ma kasiih MBak, menjadi pencerahan banget buat saya. Terlebih kedua ortuku gak bisa FBan, telepon juga bisa mencet nomernya.
Iya mbak, aku juga sedih banget baca tulisan ini.
Karena selama ini, boleh jadi aku banyak dosa ke ibuku karena aku seriiiing banget memasang tampang bete.