Saya tinggal di sebuah kompleks perumahan di Surabaya Timur. Gak jauh dari tempat tinggal, ada keluarga adek sepupu yang saya akraaabb banget. Udahlah jarak rumah kami berdekatan, adek sepupu saya ini (namanya Putut) menikah dengan seorang perempuan (kupanggil Nte Kaka) yang punya empati tinggi. Pinter bergaul, renyah kalo ngobrol, pendengar yang baik, asyik kalo diajak curhat hore.
Intinya, saya hepi dan bersyukur bangeeet bangeettt bisa tetanggaan ama keluarga adek sepupuku ini. Kami juga sempat beberapa kali dolan bareng. Cuss ke warung pempek, jalan ke mall sejuta umat – Royal Plaza, hang out ke Madura, ke Kediri. Intinya keluarga adek sepupu adalah “harta berharga” yang bener-bener bikin hidup saya makin hidup!
Hingga akhirnya, datanglah kabar itu…. Adek saya dimutasi ke luar pulau Jawa ☹ Dan artinya, mereka kudu hijrah dari kompleks kami, hwaaaaa
Saya kemarin berkunjung ke rumahnya. Pengin ngobrol banyaaakk, sebelum akhirnya Nte Kaka –kupanggil istri adek sepupuku—pindah ke luar Jawa. Ternyata doi lagi ke luar rumah. Dan aku hanya menjumpai ART-nya serta tumpukan kardus berisi barang-barang yang siap di-packing
Ada sesuatu yang mencelos…. Tiba-tiba saja semua kebaikan mereka selama ini terpampang nyata di depan mata.

Buru-buru saya izin pulang ke ART-nya. Di atas sepeda motor, saya sibuk mengelap buliran air mata yang jatuh tanpa diminta.
Ya Allah…..
Tahu banget kalau saya nggak boleh bergantung sama manusia, tapi kenapa rasanya sepedih ini, begitu memahami bahwa dalam waktu yang tidak lama, kami akan berpisah ribuan kilometer….
Terbayang wajah Nte Kaka yang begitu sabaaaarr mendengarkan semua ocehanku manakala aku curcol soal ini dan itu.
Terbayang wajah adek sepupuku Putut, yang begitu tenang ketika aku sibuk berkisah soal busuknya si anu dan si itu.
Mereka adek-adekku. Usianya lebih muda daripada aku, tapi dari segi kedewasaan, handling aneka masalah hidup, berempati dengan saudara, tetangga, dan siapa aja…. MasyaAllah mereka adalah JUARA-nyaaa. Selama ini Allah memberikan entitas keluarga ini, tinggal berdekatan denganku, untuk menjadi “emotional baggage” yang siap menampung segala keluh kesahku…. Dan, sekarang….. aku kudu legowo untuk menerima berita kepindahan mereka.
Mengucap “Good Bye” tidak pernah se-berat ini.
Merapalkan “Semoga berkah dan lancar ya, semua urusan” pada mereka tidak pernah se-susah dan se-complicated ini.
Pedih masih terasa, ini saya belum main lagi ke rumah mereka, khawatir ambyaarr manakala bersua lagi, di hari-hari jelang kepindahan adek adekku tercinta.
Putut dan Nte Kaka,
Semoga ALLAH ridho dengan apapun yang kalian lakukan ya.
You’re my Best Brother Sister
Kalian bisa menjadi sebenar-benar manusia yang menjejalkan rasa Bahagia, all is well, life is good.
Walaupun ku tahu persis bahwa hidup tidak mungkin se-lurus itu.
Tapi Bersama kalian, aku selalu merasa bahwa ada sosok yang bisa menguatkan.
Sekaligus mengajakku untuk selalu bersyukur, bertafakkur, atas apapun takdir Allah yang kita jalankan.

Pasti Ada “Good” dalam “Good Bye”
Walau saat ini, detik ini, aku tidak tahu apa yang “good” dari kepindahan kalian, tapiiii it’s okay. Manusia kan memang makhluk yang bodoh, paham-nya sering telat. So, yeah. Paling enggak, aku jadi paham, kalau “Good Bye” membuat diriku belajar untuk mengandalkan diri sendiri, respect myself better, mengajarkan aku untuk berempati dan sadar betapa Allah memberikan banyaaakkk banget cinta dan kepedulian. Makasih untuk menjadi soulmate buat aku, ya. Semogaaa Allah berikan hal-hal terbaik untuk kalian.
BarokAllah, adek-adekku. See you when I see you.