Ketika gedung-gedung jangkung mulai mencakar langit Surabaya, ada sebuah kerinduan yang hadir di hati. Sebuah rindu pada budaya asli begitu menguat.
Surabaya sebuah kota yang menjadi titik temu masyarakat multi-etnis. Kaum Arab, pecinan, Jawa, Madura, dan etnis lainnya berkumpul menjalin hidup yang berkelindan di bumi Surabaya.
Semuanya hidup berdampingan dengan damai. Menggapai rezeki tanpa harus main sikut sana-sini.
Mari kita berkunjung ke Ampel. Inilah kampung yang identik dengan julukan “Kampung Arab”. Padahal sejatinya inilah destinasi kampung multi-etnis.
Memang, mayoritas adalah masyarakat etnis Arab. Tapi, tak jarang kita jumpai warga etnis Madura dan Jawa yang juga menyambung hidup di sini.
Masjid Ampel adalah tetenger (landmark) yang membuat kawasan ini terus dijejali wisatawan. Beribadah dalam suasana ala Arab, seolah-olah kita tengah berada di kawasan Makkah versi miniatur tentu saja.
Lantunan bacaan Al-Qur’an bertalu-talu dari segenap penjuru. Ritual sholat juga dilakukan dengan sepenuh jiwa. Semata menghamba pada Sang Maha Sutradara Kehidupan.
Beberapa pengunjung memilih untuk nyekar ke makam Sunan Ampel. Yang lain melakukan kebiasaan khas para pelancong nusantara. Yap. Apalagi kalau bukan belanja-belanja!
Hari itu, kami susuri pedagang-pedagang yang menggelar lapak di gang dekat Masjid Ampel.
Aneka barang ditawarkan. Utamanya, untuk oleh-oleh jamaah haji atau umroh, seperti kurma, air zam-zam dan lain sebagainya.
Memori tentang pasar seng Mekkah (buat yang haji zaman dulu), tiba-tiba berkelebatan di benak.
Belum lagi, murottal yang terus diputar dari tape tua. Atau, beberapa pedagang yang membalurkan minyak wangi khas Arab di sekujur tubuh mereka. Ini Arab banget!
Jangan lupa untuk memilih aneka pakaian yang ditawarkan di sana. Harganya amat sangat terjangkau. Dengan catatan, Anda harus piawai menawar! Untunglah, pedagang di sini bukan tipikal pengeruk duit pengunjung. Mereka membuka dengan harga yang masih terbilang wajar. Tapi, kalau Anda tak mau rugi, bolehlah ditawar 30 hingga 40% dari angka yang mereka buka di awal. (*)
Baru tau ada Kampung Arab di Surabaya juga. Wooow.
Ke sini mbaaaaakkk
Jadi kangen sama Ampel. Dulu sebulan bisa dua kali kesana, adem sholat di Masjidnya. Apalagi kalau bulan puasa, pulangnya jalan2 disepanjang pasarnya, mampir2 sambil nyium2 aroma kambing guling haha.
Hahahah, iyaaaaaa 🙂 Sayangnya aku ke sono pas siang2 hot potatoes, alias panas kentang2. Dirimu mudikkah tahun ini?
Nggak, aku mau nyaingin rekor Bang Toyib 😆😆
mauuu kambing oven……..ahhhhh
suka aama kmapung ini kak
ih itu bersih yaa.. jadi enak kalo mau jalan-jalan atau belanja dan bawa anak
apa dulunya banyak orang arab ya kak jadi dinamain kampung arab? aku liat pasarnya tertib dan bersih walau ramai orang 😀
Oh ada ya kampung arab. Saya kira yg arab gitu cuma di daerah panturan jawa tengah aja
seru banget ya bar tau ada kampung arab