FIX! Mupeng Ketemu Atiqah Hasiholan Setelah Nonton Wonderful Life!

follow me on twitter: @nurulrahma

Aroma weekend udah tercium di mana-mana nih 🙂 Waktunya buat menentukan destinasi dan aktivitas apa yang bakal dilakoni di akhir pekan. Kalo boleh saran niih… cabut ke bioskop dah! Ajak seluruh elemen keluarga, termasuk nak kanak. Ada satu pilem Indonesia yang beneran dibikin “pake hati”. Serius. I really mean it. Karena setiap dialognya, gesturnya, adegannya, lompatan demi lompatan kejadian, semua disusun dengan sangat smooth, matang, dan awesome! BRAVO buat seluruh tim Wonderful Life! You guys really DO Your Best! Two thumbs UP!

Am I exaggerated?

Nope. Nope at all. Saya itu termasuk orang yang “agak-sedikit-apatis” dengan beberapa film, either produksi dalam negeri maupun Hollywood style. Enggak sekali dua kali saya tertidur (plus ngorok rrrrrrrrrr) pas nonton pilem di bioskop. Menyedihkan? Ya iyalah! Mosok bayar bioskop demi numpang tidur thok, hihi.

 

Tapi, kemarin pas Nobar bareng elemen emak2 Blogger Surabaya (many thanks to mbak @YuniariNukti) saya benar-benar terkesima binti terpukau dengan jalinan cerita yang ada di Wonderful Life.

SERIUS! Film ini nggak ada adegan yang mubadzir sama sekali. Semuanya penuh makna. Pace-nya cukup, enggak ngebut, tapi juga enggak lambat. Setiap quote dari pemeran utama, maupun cameo, SEMUANYA meninggalkan kesan. Penuh impresi.

Sek tho, maaak… Sakjane film Wonderful Life iki tentang opo tho?

Intinya sih, tentang struggling experience yang harus dilakoni seorang umi muda nan cantik jelita bernama Amalia Prabowo, eh, btw…. ada hubungan sodara ama Pak Prabowo Subianto gak ya? Huehehehe.

Amalia diperankan dengan begitu ciamik soro oleh Atiqah Hasiholan.

Amalia ini single parent… Cerai (kayaknya) dari suami, karena (salah satu penyebabnya) mereka sulit menerima takdir bahwa putra tunggalnya yang bernama Aqil, punya keistimewaan yaitu disleksia dan autisme ringan.

Sepanjang film, dikisahkan bahwa Amalia kudu mengikis egonya, demi membawa Aqil ke berbagai terapis (udah gonta/ganti 4 kali terapis), plus berburu dukun/orang pintar/datuk, ehmmm… untung banget nggak ke padepokan dimas kanjeng yak 😛

Di awal cerita, kelihatan banget bahwa sist Amalia mengobatkan anaknya DEMI MEMUASKAN EGO dan AMBISI DIA SENDIRI. Ouch! Ini yang memberikan efek #Makjleeeb tiada terkira.

img_2054
Muka ceria abis Nobar, banyak yang mewek juga siiiik 🙂

Kok, sounds so familiar yak? Ngikutin anak ke kontes ina-inu-ita-itu, demi sebuah “hasrat pamer tak terbendung” supaya kalo meet up bareng temen ada bahan bakar yang bisa diceritain, semacam:

“Ehhhh, tau nggak sih jeng… Anakku kemarin ikut lomba robotik looo, dia JUARA 1, haduuh, anakku itu emang talented banget, mirip emaknya…” #Hakdezighhhh!

Hahahah. Dilarang BAPER ya mak emak. Itu gue lagi ‘ngenyek‘ diri sendiri kok *tertunduk malu *kemudian taubatan nasuha

Pilem ini beneran menampar diriku. Bahwa yaaaa, suka tidak suka, memang harus diakui, bahwa kebanyakan orang tua menyematkan target apapun, demi kepentingan si orang tua sendiri, BUKAN untuk anak.

Ada adegan yang super duper bikin hati mencelos. Waktu Aqil lagi blusukan di hutan, trus umi-nya nyari… kemudian, uminya marah-marah, “Kenapa Aqil nggak mau dengerin umi??? Aqil benci ya sama Umi???”” —> sengaja tanda tanya dibikin banyak, biar tahu kalo si Amalia teriak-teriak pas ngomel 

Nah, si Aqil lempeeeeng aja mukanya, trus ngomong, “Kenapa semua itu selalu tentang Umi?”

Ohhhhh… langsung lemeshhh dirikuuh shaaay…! Amaliaaaa, I feel youuu *pelukan bareng sist Atiqah Hasiholan *sok ikrib bingit, sist. 

Setelah pilem berakhir, ada yang meledak-ledak di kalbu. Well, hello nurulrahma, DON’T BE EXAGGERATED PARENTS, jangan lebayatun deh, Buuuk. Kalo Sidqi sekali-dua kali kelihatan “enggak nurut” itu tidak equivalen dengan “membenci emaknya sendiri”.

Namanya juga anak-anak…. Jangankan bocil, orang tua dewasa aja juga banyak kok, yang sometimes menunjukkan bad attitude … Jadi yaaaah, santaaai aja 🙂

Pilem ini emang kece banget! Tapiii, ada beberapa hal mengganjal, dari kritikus ala-ala bernama @nurulrahma hahaha.

1/ Aqil panggil emaknya “Umi”. Biasanya nih, kalo anak manggil “Umi” berarti ada sisi religius yang amat kental dalam keluarga ini. Yang bikin heran adalah, kostum sist Atiqah kok nggak modest fashion yak? Sometimes dia pakai little mini dress yang you can see my kelek gitu deh 🙂 Nggak harus yang berhijab rapet juga sih, tapii kayaknya lebih cucok kalo pake baju yg nutup aurat deh. Otherwise, lebih cocok panggil “Mama” aja kayaknya *sungkem sama tim wardrobe*

2/ Sepanjang durasi film, kita hanya disuguhi upaya Amalia pergi ke dukun/tabib dll, TANPA menyaksikan Amalia yang berdoa/sholat demi kemaslahatan sang buah hati. Aduhai Umi, tidak tahukah engkau, bahwa DOA ibu kepada anak adalah amunisi paling dahsyat untuk meminta kepada Sang Maha?

3/ At the end of the day, penonton digiring untuk bersimpati dan mengamini langkah Amalia untuk “menerima buah hati tanpa syarat” tanpa ambisi/egoisme yang meledak-ledak. Akan tetapi, pertanyaannya, TERAPI APA yang diberikan untuk Aqil? IMHO, ini nggak dibahas sama sekali (secara detail) di film.

Hasil chit chat dengan mbak Wiwid Wadmira, mommy kira kara, ada film India berjudul “tAAre za mee NPar” yang dibintangi/diproduseri/disutradarai Aamir Khan, dan berkisah soal special needs/disleksia kid juga… Di film India ini, DIBAHAS SECARA KOMPREHENSIF apa dan langkah detail apa yang kudu dilakukan untuk bocah disleksia.

I mean…. Menerima anak kita apa adanya itu penting. Tapiii… Mengusahakan YANG TERBAIK dan memberikan pemahaman secara teknikal kepada parents juga tak kalah penting. Mungkin ada emak-emak dengan kondisi yang beti-beti alias beda tipis dengan Amalia. Kalau film ini menyajikan SOLUSI yang konkret, komprehensif dan teknikal, untuk anak-anak special needs, barangkali ada “sepercik cahaya yang menyinari palung kalbu yang kelam” (tsaaaah… ngemeng opo tho maaaak)  sebagai sumber inspirasi bagi para ortu.

Well, that’s just my two cents. 

Terlepas dari hal-hal yang agak mengganjal, once again, I really appreciate seluruh tim yang udah membuat film se-INDAH ini.

DURASINYA kurang lamaaaaa, bo 🙂 Buat director Agus Makkie dan produser Anggasasongko, bikin pilem ramah keluarga yang lebih cethaaar lagi, yes 🙂

Buat Sinyo, omigooddd, kamuuuu keren banget bocaaah! Ekspresi lempengmu… semua gesturmu… LOVE LOVE LOVE! Juga kak Didik Nini Thowok, yang jadi cameo terapis herbal, ya ampuuun… I loove the way he tells “Setiap Anak Terlahir Sempurna

Juga ibu therapist yang bilang “Anak itu bukan untuk Dihadapi. Dia bukan musuh untuk kita kalahkan.”  –> kurleb semacam ini, aselik, nampol banget ini kalimat 🙂 

Daaaan…. Sepanjang film, selain disuguhi panorama bumi nusantara yang Subhanallah indah tiada duanyaaa…

Para cewek juga bisa terjangkiti rasa iri yang sukar terdefinisi. Yep, Atiqah Hasiholan cantiknya paripurna! Sukaaa ama judesnya, rahangnya yang berkarakter, dan paras ayunya yang bukan model flawless, tapi justru enaaaak dilihat! Buat pemerhati lipstik, hahaha, boleh deh, dicontek tuhhh… lipennya Atiqah keren-keren bingit. Pasti keluaran SARIAYU *__* O iya, abis nonton tiket bioskopnya jangan sampe ilang ya. Bisa dipake buat voucher diskon 20% buat belenjeus di konter SariAyu tertentu, asiiiik 🙂

FIX! Kelar nonton ini, diriku mupeng banget ketemu Atiqah. Performa doi sungguh awesome! Moga-moga abis gini kita bisa kopdaran ya sist….

Kan akoooh baru kopdaran ama dedek REZA RAHADIAN doang 🙂 Pengin dong bisa ngobrol-ngobrol nyantai ama Atiqah dan Rio Haryanto… eh, eh… sopo bojone jenenge? Rio Haryanto? Rio Febrian? Atau…. Rio Dewanto? *krik*

 

 

 

 

Advertisement

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

17 thoughts on “FIX! Mupeng Ketemu Atiqah Hasiholan Setelah Nonton Wonderful Life!”

      1. nah, saya bacanya bagian 2-nya, mbak. bagian satunya kelewat. tapi bu amalia ini memang aslinya keturunan orang kaya dan ningrat kalau yang saya baca di situ

  1. Mba Nurul.
    Ku ikut press conferencenya. Mau foto rio dewanto atau atiqah? Ku ada foto bareng dua duanya nih. *pamer* 😀

    Terkait tidak ada unsur ibadahnya, mungkin karena penulisnya Jenny Jusuf (Ini yang nulis skrip Filosofi Kopi) ingin membuat film ini general tanpa unsur, berdoa pake mukenah atau ke gereja gitu kali yaa.

    Dan ya, aku pun suka film ini!

  2. Klilaksnya brarti tipikal ujug2 dadi gitu yo mba? Eman’e…pdhl kalo film dengan konsep edukasi gini, alurnya kudu jelas. Okelah kita memikirkan durasi, finishingnya dibuat timeline dari waktu ke waktu kan bs ya untuk menghemat durasi itu tadi.

    Dududu, komen lah enak, ti ggal nonton ini wkwkwk. Tapi yaaa gt deh, sayangnya film indo ini masih lirip ftv sih huhuhu *komplen lagiii*

  3. Sek mba kok ada judul film india di sini 😀 wah pasti penggemar film india heheehe

    Aku setuju sih mba, kalo umi itu biasanya lebih religius ngga pake u can see…mungkin cocoknya dipanggil mami 😀

  4. kereeen reviewny mba… komplit plus minus dr film ini.. aku pgn nonton jadinya… udh lama ga nonton bioskop ih… film2 atikah seingetku memang g ada yg jelek kok,.. dia tuh slalu total bgt tiap berakting.. salut…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: