“Alangkah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat ke kantor, tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat, dan kehidupan seperti mesin, yang hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa.” (Menjadi Tua di Jakarta- Seno Gumira Ajidarma)
HAH!
Jakarta dan Macet.
Dua kata ini seolah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Saling berpadu, menyatu dan seia sekata. Banyak banget teman-teman maupun saudara saya, warga Jakarta yang mengeluhkan tingkat kemacetan di ibukota.
“Macetnya udah nggak pakai nalar!”
Alias maceeeettt parah. Seolah tak ada solusi yang bisa membantu warga Jakarta untuk hengkang dari problematika ini.
Dan yang namanya macet itu…. siapa sih yang nggak kzl bin mangkel? Macet ini yang jadi biang kerok (sekaligus kambing hitam) atas gagalnya kita datang on time dalam setiap janjian entah itu meeting dengan client, ataupun meet up dengan teman.
Lebih gawat lagi nih, ternyata buanyaaaak lho efek negatif binti mengerikan yang timbul dari kemacetan akut yang dialami warga Jakartans. Ini semua akumulasi dari EMOSI JIWA yang menggumpal.
Apa sajakah?
- Rasa cemas. Rasa cemas maupun gelisah adalah efek samping yang paling umum terjadi saat emosi tidak terkontrol. Tingginya kadar kortisol dalam tubuh saat emosi seperti itu membuat kita mudah cemas.
- Sakit kepala. Jangan heran jika tiba-tiba sakit kepala muncul saat emosi meluap. Otot-otot yang tegang dan juga perubahan bahan kimia di otak saat emosi meluap bisa menjadi pemicu sakit kepala.
- Masalah pencernaan. Efek dari emosi terus-menerus ternyata sampai menganggu sistem pencernaan. Mengapa? Hal ini disebabkan, karena sistem tubuh akan berhenti seketika saat sedang marah.
- Tekanan darah tinggi. Saat emosi meluap-luap, tubuh menjadi tegang, sehingga bisa memicu tekanan darah tinggi. Dampak tekanan darah tinggi bisa berujung pada penyakit stroke.
- Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang-orang yang sering memburuk emosinya, dalam jangka panjang akan berisiko mengalami depresi. Untuk itu, kelolalah emosi dengan baik.
- Serangan jantung. Serangan jantung kerap terjadi ketika seseorang terlalu tinggi emosinya. Berdasarkan penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam The European Heart Journal Acute Cardiovascular Care, orang yang emosian secara intens akan meningkatkan risiko sampai 8,5 kali terkena serangan jantung.
Sebenarnya, kalau kita telaah lebih dalam, beberapa kali ada alternatif solusi yang ditawarkan oleh jajaran pemerintah.
Pak Bambang Prihartono, Kepala BPTJ (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek) Kementerian Perhubungan, pernah mengatakan bahwa jika lalu-lintas dapat berjalan dengan lancar, maka masyarakat kita akan tumbuh lebih baik, macet berkurang, dan lingkungan lebih sehat.
Hal ini terbukti saat rekayasa ganjil-genap seharian diberlakukan, data dari BPTJ menunjukkan bahwa polutan berkurang, dan jalanan lebih lancar.

Tetapiiiii….. sebuah program itu akan berhasil apabila didukug oleh BANYAK pihak. Jangan hanya mengandalkan pemerintah saja dong yaaaaa…. Warga kota sebagai pengguna transportasi, kudu banget melakukan hal yang dapat membantu mengurangi kemacetan.
CARANYA?
Hal paling gampil dan super simple yang dapat kita lakukan adalah dengan beralih moda transportasi. Dari menggunakan transportasi pribadi menjadi kendaraan umum. Tentu ini akan terasa sulit awalnya, apalagi sudah terlanjur nyaman naik kendaraan pribadi.
Tapi, ayolaaaahhhh….. perubahan untuk hal yang lebih baik memang tidak pernah mudah. HASILNYA? InsyaAllah rentetan kebaikan bisa kita nikmati bersama.
Intinya kita perlu hal baru. Kita perlu berubah. Kita perlu berbuat sesuatu. Kita perlu menjadikan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara yang memberikan cerminan bahwa Indonesia adalah Negara yang rapi, bukan Negara yang semrawut.
Kita perlu menjadikan Jakarta sebagai tempat yang menyenangkan!
AYO NAIK BUS!!
Lebih seru naik bus… dengan catatan busnya jg harus nyaman
salam kenal Bu, saya selalu merasa salut dengan orang Jabodetabek yang kuat setiap hari bergelut dengan kemacetan, saya sendiri cuma kuat kerja di Jakarta selama 2 bulan maklum orang desa ga tahan macet 😀
Boleh juga naik bus. Asal busnya nyaman dan keamanan terjamin. Maklum, takut ada copet. Trus kalo bisa jangan pake lama nunggu busnya biar nggak telat sampai di tujuan (kantor/sekolah).
Untuk saat ini menurut saya yang paling memadai dan nyaman naik Transjakarta, tapi nunggu bisnya masih lumayan lama.
Sebenarnya Jakarta adalah kota favorit saya mba, etapi hanya merasakan macet di Surabaya yang ga ada apa-apanya dibanding Jekardah aja udah ngos-ngosan kesal.
Gimana dengan macetnya Jakarta?
Emang dengan moda transportasi umum, amat sangat berarti dalam mengurangi macet ya mba, terlebih zaman sekarang bus yang tersedia udah keren-keren semua 🙂
-reyneraeadotcom-
Aku yang sering mondar-mandir ke Jakarta aja pusing Mak. Untungnya sering naik comutterline, jadi masih bisa percepat waktu.
Udah 5 bulan ini aku ngantor selalu naik busway dan jadinya nagih, ke mana-mana selalu naik busway entah ke mall, ke rumah temen, atau ada acara apa kek. No more pusing beli bengsin dan mumet di jalan gak nyampe nyampe wkwk