Teruslah Berkiprah, Wahai Pasar Syariah!

Saya paling suka kalau diajak blusukan ke pasar tradisional ala pakde Jokowi. Di mata saya, pasar itu kan semacam miniatur rakyat Indonesia. Jadi, bisa  merepresentasikan kondisi rakyat yang sesungguhnya.

Kita bisa ngobrol—dengan sangat-sangat humanis—bersama para pedagangnya. Kita juga bisa bercengkrama sejenak dengan tukang parkir. Atau, berbagi informasi dengan pembeli yang lain… Bisa dapet “hosip-hosip” hahahahaha, ataupun bisa membeli plus menikmati jajan pasar yang mak nyus dengan harga murah meriaaaah, pokoke mantaapp!

Walaupun tempat tinggal saya “dikepung” puluhan minimarket, hipermarket, toserba dan lokasi shopping modern lainnya, saya tak bisa move on dari pasar tradisional. Aura kehangatan, sapaan yang genuine, tidak dibuat-buat, interaksi yang ngangenin, itulah yang saya rindukan selalu dari pasar tradisional.

Persis seperti mas Riri Riza—sutradara handal itu—yang kerap blusukan di pasar demi mendapatkan plus mendalami karakter tertentu. Ya jelas lah, pasar kan kumpulan karakter manusia.

Mau cari pedagang bakhil? Ada! Pembeli yang nggak sopan karena nawarnya nggak kira-kira? Banyak! Tapi, percayalah, kita akan selalu merindukan semua “drama” yang terjadi di pasar tradisional!

Saya berusaha meluangkan waktu untuk silaturahim ke berbagai pasar di Surabaya. Meski terkadang kudu berjalan miring ala mister crab di kartun Spongebob (maklum badan saya kan “luas”) saya tetap “fanatik” dengan pasar tradisional. Salah satu yang saya jadikan jujugan adalah Pasar Syariah Az-Zaitun, di kawasan Kutisari Selatan Surabaya.

Pasar Syariah? Serius??

Yap, serius banget. Pasar ini memang mengusung semangat syariah dalam perjalanan bisnisnya. Adalah seorang Prof Dr. H. Suroso Imam Zadjuli, SE, pakar sekaligus guru besar Ekonomi Syariah Unair (Univ. Airlangga) yang mengusung ide pendirian pasar syariah.

Beliau ingin mengaplikasikan prinsip syariah dalam sebuah pasar. Maklum saja, selama ini, tidak sedikit masyarakat yang skeptis dengan konsep syariah. Ada yang menuding bahwa syariah hanya sekedar “label”. Wuitss, ini nih, yang membuat Prof Suroso terpanggil untuk melahirkan gebrakan pasar syariah.

Prof Suroso terinspirasi sebuah riwayat, bahwa Rasulullah pernah mengumpulkan sejumlah sahabat di sebuah tanah lapang yang kosong untuk membahas pendirian pasar. Pada waktu itu, Rasulullah merasa prihatin lantaran menyaksikan aneka praktik ribawi, tipu muslihat dan sebagainya yang berlangsung di pasar. Dengan amar ma’ruf nahi mungkar (menyebarkan kebaikan, menolak kemungkaran), Rasul mengajak sahabat untuk mendirikan pasar yang menegakkan syariat Islam. Pasar ini harus bebas riba, bebas kecurangan timbangan, bebas tipu muslihat sekaligus hanya menjual barang-barang yang halal sesuai syariat. Dari situlah, Prof Suroso terinspirasi untuk meneladani jejak Rasul.

Ada lahan seluas 800 meter persegi milik Prof Suroso yang berada di kawasan Kutisari Selatan. Lahan inilah yang akan beliau “hidupkan” sebagai pasar syariah. Beliau menawari sejumlah pedagang (yang kesulitan cari lahan) untuk membuka lapak, dengan masing-masing kios berukuran 2×2 meter. Pasar ini diresmikan dan mulai beroperasi sejak tahun 2010. Harga sewanya amat terjangkau, 5000 rupiah per hari. Karena sewa kios amat murah, tak heran, pedagang juga bisa memberlakukan harga yang amat bersahabat. Saya sempat berbincang dengan Ibu Laila, salah satu pedagang sayur di sana. ”Alhamdulillah, saya bersyukur bisa berjualan di sini, karena suasananya enak,” ucap beliau.

Yang jelas, para pedagang di Pasar ini harus memegang teguh 7 konsep khas pasar syariah Az-Zaitun Pertama, barang yang diperdagangkan halal. Kedua, alat timbang dan alat hitung tepat. Ketiga, kebersihan yang terjaga. Keempat, kejujuran. Kelima, persaudaraan  antar pedagang. Keenam, larangan merokok di dalam pasar. Ketujuh, harga yang murah meriah.  

Apabila dijalankan dengan benar, maka konsep pasar syariah bakal menguntungkan semua stakeholder di pasar. Yap, ketujuh konsep ini berpihak pada rakyat, para konsumen, pedagang (pelaku usaha) sekaligus investor atau pemilik lahan. Ada 120 kios yang beroperasi, dan ini adalah pasar syariah pertama di Indonesia.

Eh, karena namanya syariah, apakah semua stakeholder harus beragama Islam? Oh, tentu tidak. Konsep ekonomi syariah ini bermanfaat untuk seluruh penghuni semesta. Jadi, beberapa pedagang ada yang beragama Nasrani, Hindu dan sebagainya. Pembelinya juga begitu. Betul-betul pasar yang memberi kemanfaatan optimal untuk semua.

Prof Suroso menuturkan, bahwa apa yang beliau lakukan tulus untuk menghidupkan ekonomi kerakyatan. Selain menghidupkan pasar, beliau juga mendirikan At Tiin Islamic Foundation. Yayasan ini yang memberikan fasilitas pendanaan, berupa bantuan pinjaman bagi para pedagang tanpa bunga. Tentu, ekonomi dan prinsip syariah berlaku di konsep pinjaman modal perdagangan ini. Tidak ada persaingan yang sampai “berdarah-darah” antara pedagang, karena yang ditonjolkan adalah prinsip saling menolong, sesuai perintah syariat Islam.

Wah, wah, wah… Keren sekali ya, pasar syariah ini. Barangkali, pengelola pasar lain bisa melakukan studi banding dengan Prof Suroso, di Kampus B Fakultas Ekonomi Syariah Universitas Airlangga Surabaya.

Hidup Pasar Rakyat!

Hidup Pasar Syariah!

Advertisement

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

23 thoughts on “Teruslah Berkiprah, Wahai Pasar Syariah!”

  1. Aku juga suka blusukan ke pasar tradisional, klo sistem pasar syariah ini dipakai semua pasar kayaknya makin betah belanja di pasar tradisional aja deh hehe..

  2. Aku pun sebenarnya senang ke pasar tradisional. Terutama karena bisa jalin interaksi dengan para pedagangnya. Gak sukanya, kebanyakan pasar tradisional tuh becek, kotor, bau dan sesak banget. Bahkan pasar tradisional yang awalnya pake konsep modern pun lama kelamaan jadi kumuh hiks

  3. Samaaaa akupun suka ke pasar tradisional. Ada banyak hal tak terduga suka kutemui di sana. Cuma ya itu, kaya dibilang Mbak Sary, kenapa susah betul pasar tradisional itu bersih kinslong gitu yak?

  4. Keren deh mba ada pasar syariah, dan aku suka dengan larangan tidak ada yang merokok kan bisa bawa anak ke pasar. Di pasar tradisional umum asap rokok suka di mana-mana.

  5. Waa…asyik bener ini pasarnya ya mba. jadi memang sudah ada kesepakatan tentang barang yang diperjual belikan semua adalah halal..yang mbeli/belanja juga jadi enak. Aman. Di sini belum ada pasar tradisional yang formatnya syariah… Semoga menginspirasi daerah2 lainnya juga mba

    1. Masya Allah seneng banget deh ada pasar syariah begini. Di tempat saya belum ada, lho. So far saya juga paling jarang ke pasar tradisional, sih. Hahahaha. Kalau ke pasar paling menjelang lebaran aja karena disuruh sama ibu saya belanja bahan-bahan untuk sayur ketupat. Trus di pasar tradisional itu yang tak terlupakan adalah jajanan kue-kuenya.

  6. Huhu, keren banget, bacanya sampai terharu gini… Sesuai syariat islam tapi bermanfaat bagi semua ya… Menginspirasi sekali…

  7. Wah ide yang snagat menarik dan patut dicontoh daerah-daerah lain nih. Pasar yang benar-benar bisa mensejahterakan pedagang dan pembeli. Meski harganya miring tapi pembeli tetap bisa mendapat keuntungan.

  8. Wah, menarik ini mah. Pasar dengan konsep syariah, rasanya masih sangat langka di Indonesia. Kalau dulu aku sempet bikin pendanaan syariah tapi dalam skala kecil sih. Jadi dari anggota untuk anggota tapi konsepnya syariah. Lumayan membantu sih, karena jelas peruntukan dan sumber dananya. Bagi hasilnya pun saling menguntungkan dan yang terpenting banyak yg merasakan manfaatnya.

    1. Keren sekali idenya bikin pasar syariah ini, membantu pedagang kecil yg kurang modal juga ya mbak. Asal semua pihak amanah dan kerja keras insyaAllah sukses bareng ya mbak…
      Jd penasaran ma pasar ini hehe

  9. wah saya baru tahu tentang pasar syariah ini. Dan sewa kiosnya hitungannya per hari ya, tidak begitu terasa memberatkan jadinya. Selesai gelar dagangan, keuntungan langsung disisihkan buat bayar sewanya

  10. Wah, keren banget idenya pak Suroso… Konsep ya juga bagus, nggak boleh ngerokok. Insya Allah aman dan terbentuk lingkungan sehat ya mbk. Aku penasaran sama pasarnyaaa

  11. Ide bagus nih, bisa dikembangkan di setiap daerah nih ya. Sebagai percontohan untuk daerah daerah lainnya, tapi mungkin kendalanya adalah belum siapnya permodalan dari para pengusaha Muslim ya, semoga bisa berkembang

  12. Bener banget ini kita harus bisa mempromosikan pasar syariah ini selain membantu sesama juga dengan berdagang yang syari juga membantu orang lain

  13. Keren sekali idenya bikin pasar syariah ini, membantu pedagang kecil yg kurang modal juga ya mbak. Asal semua pihak amanah dan kerja keras insyaAllah sukses bareng ya mbak…
    Jd penasaran ma pasar ini hehe

  14. Di Kutisari…tempat main aku waktu SD.
    Barakallahu fiik~
    Indonesia banyak yang sudah mnerapkan perekonomian dan cara-cara yang syariah dalam kehidupan sehari-hari.
    In syaa Allah lebih berkah.

  15. Salut dan kagum untuk Pak Prof Suroso yang dengan tulus memberikan fasilitas lahan utk digunakan sebagai Pasar Syariah, semoga semakin berkembang dan semakin banyak pasar syariah dimana-mana

  16. Wahh, Surabaya ya, makin lengkap saja kotanya dengan segala kemajuannya, sekarang ada pasar syariah juga

    Next penasaran klo pas mudik mau mampirlah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: