Beberapa waktu lalu, saya dan rekan-rekan tim delegasi Local Guides summit 2017, ketemuan dengan mbak Shadika dan mas Musta’im dari divisi corporate communications Allianz Indonesia. Kami ketemuan di Hotel Harris, Jl. Bangka Surabaya (kawasan Gubeng) dan menikmati aneka hidangan buffet lunch yang endeus surendes! (thanks to mas Nanang Setiawan, marcomm manager Hotel Harris dan mba Avy yang memfasilitasi pertemuan ini).
Di sela-sela break pengambilan gambar, mba Shadika tanya, kalo ke Surabaya enaknya ke mana aja ya?
Menu buka puasa apa ya, yang cucok meong hari ini?
Dari sekian banyak spot kuliner yang terpampang nyata di sekiar tempat tinggal, mata saya tertumbuk pada Gudeg Solo Kendangsari. Wah, gudeg Solo? Biasanya gudeg kan identik dengan Jogja, ya. Lalu, apa bedanya gudeg Solo dan gudeg Jogja?
Yuk, mari kita coba!
Bila kita saksikan sekilas, gudeg Jogja maupun Solo nyaris tidak ada bedanya. Bahan dasarnya juga sama. Secara umum, menu gudeg ini berbahan dasar nangka muda, baik itu gudeg Jogja maupun Solo. Lalu apa yang membedakan gudeg Solo dan Jogja?
Sekarang aku mau cerita kulineran seputar Jawa Timur. Salah satu yang khas Jatim/Surabaya banget adalah RUJAK CINGUR. Nih, ada kuliner rujak cingur yang maknyus, recommended, mantuull, endang bambang gulindang!
Cobalah melintas di kawasan raya Sedati Sidoarjo. Di seberang pasar wisata Juanda, kita akan menjumpai sebuah depot dengan logo “Rujak Cingur Sedati”. Tatkala melangkahkan kaki ke dalam depot, kita bakal melihat ragam pajangan foto, serta potongan kliping koran yang menunjukkan eksistensi rujak cingur ini di berbagai event kuliner. Salah satunya, acara tahunan Festival Jajanan Bango.
Berbeda dengan rujak cingur pada umumnya, “Rujak Cingur Bu Nur” tampil menggoda dalam nuansa depot yang tertata dan bersih. Anda akan disambut dengan sangat ramah oleh sang owner, Bu Nuraini yang akrab dipanggil Bu Nur.
SMARTFREN sangat bisa diandalkan karena jaringannya kuat, kecepatannya stabil dan ngebut untuk akses dunia digital. Ketika wisata kuliner dan me time, saya selalu mengandalkan SmartFren
Paham banget kalau pandemi corona ini belum berakhir. Apalagi, beberapa pekan terakhir, ada 2 rekan saya berpulang di usia yang relatif muda, setelah bertarung melawan covid-19.
Tapi gimana lagi ya, tak bisa dipungkiri, rasa bosan dan jenuh akut menyerbu dari segenap arah mata angin. Ya sudah, ketimbang sehat raga, tapi jiwa sutrisno acakadut makblaaar, yuk lah kita lakukan upaya agar tetap sehat walafiat senantiasa!
Fix, daku butuh ME TIME, demi Jiwa Raga Sehat kala musim Pagebluk ini. Macam-macam cara yang bisa kita tempuh. Bisa dengan olahraga, (window) shopping, meditasi, apapun! Salah satu metode yang saya lakukan adalah wisata kuliner. Tentunya tetap mematuhi protokol Kesehatan yak. Sedapat mungkin, saya cari destinasi kuliner yang tidak terlalu ramai, lokasinya dekat rumah, jadi saya bisa naik sepeda motor berboncengan dengan anak.
Apa sih oleh-oleh khas Surabaya yang cocok dijadikan buah tangan?
Apa kudapan/ snack kebanggaan kota Pahlawan yang assoy geboy dijadikan teman ngopi/ngeteh sehari-hari?
Kenalin nih, varian produk terbaru dari Surabaya Patata. Namanya PAPIA. Sesuai judul produknya, ini adalah bakpia. Bahan utamanya dari tepung kentang dan cream cheese, yang dikukus dan disematkan filling rasa yang super-duper-yummyyyy!
Apa saja varian rasa yang ditawarkan Papia by Surabaya Patata?
– Papia Double Chocolate
– Papia Red Velvet
– Papia Chocolate Pandan
– Papia Cheese
– Papia Taro
Bersama sejumlah blogger dan YouTuber/Vlogger kuliner, saya berkesempatan hadir dalam soft launching PAPIA, di Bober Cafe, Jl Raya Jemursari 70.
Uwuwuwuwuw, Papia ini bentuknya mungil menul-menul nggemesin. Dikemas dalam packaging yang sooo unyu-binti-eksklusif, menjadikan PAPIA sebagai alternatif oleh-oleh yang recommended. Intinya KEREN, pantes dan cantik banget deh, kalo dijadikan buah tangan!
Dalam satu dus, kita bakal menemukan 10 pax personal package PAPIA, all variants. Jadi bisa nyobain semua rasa Papia yang endeus surendes ituuuh.
Personally, saya jatuh cinta banget dengan rasa RED VELVET. Ini brilian banget sih, chef kreator Papia. Kulit pia kukusnya red velvet, dan filling-nya keju yang melimpaaaaah, royal banget, enyaak enyak enyaaaak!
Dan sudah pasti, karena Papia ini dikukus, jadinya lebih low calories kan. Jadi, aku nggak perlu khawatir dengan angka di timbangan, setelah menyantap snack ini!
PROMO BUY ONE GET ONE FREE
Kamu punya akun socmed Instagram atau Facebook kan? Jangan lupa follow akunnya SurabayaPatata yes. Nantinya, kamu bisa dapat kesempatan Buy 1 Get 1 Free untuk varian produk Papia, lho.
Caranya simpeeel banget. Kamu cukup datang langsung ke outlet Surabaya Patata, trus tunjukkan kalo akun kamu udah follow. Posting foto Papia juga boleh bangeeeett 😀 Promo ini berlangsung mulai 16 Maret! Jadi, jangan sampai kelewatan. O iyaaaa, karena kudu nunjukin bukti udah follow akun socmed, jadinya promo Buy 1 Get 1 Free ini tidak berlaku untuk pembelian online by GoFood atau GrabFood yak
Harganya berapa sih?
Untuk 1 box (isi 10 biji) Papia by Surabaya Patata dibandrol seharga 40 ribu rupiah aja. Bener-bener pengalaman kuliner yang warbiyasaaak lho.
Jangan lupa yaaa, mulai 16 Maret kita semua udah bisa merasakan lumernya aneka filling dan kedahsyatan rasa Papia!
Waksss, Temanya #30DayBloggingChallenge ngebahas tentang 5 destinasi makan favorit! Yaaahh, kalo cuma 5 biji mana cukuuppp, hihihi. Namapun eikeh hobi banget nggiling makanan yes, jadi kuliner favorit saya tuh BUANYAAAKK BANGET! Tapi kalo disuruh milih 5 aja, ya sutra…. aku bagi per jenis aja kali yaaaa….
(1). Bebek Goreng, Kuliner khas Suroboyo (dan Madura)
Lagi di Surabaya, enaknya makan apa ya? Sebagai arek Suroboyo asli, tentu saya menjawab… makanlah Bebek Goreng! Kalau mau makan bebek goreng yang mak nyus, tentu saja Anda harus segera cuss ke kota Surabaya. Banyak menu bebek yang diolah sedemikian rupa sebagai makanan yang memanjakan lidah dan perut. Bisa dibilang, bebek goreng adalah makanan khas Suroboyo! Di kota pahlawan ini, beraneka ragam olahan bebek tersebar di seluruh penjuru.
Bebeknya ada yang digoreng garing. Ada yang dimasak dengan baluran tepung nan crispy. Ada juga bebek yang dikasih bumbu hitam. Sambalnya juga macam-macam, you name it! Sambal korek, sambal mangga muda, sambal bajak, apapun ada. Nah, dari sekian banyak destinasi kuliner serba bebek, tak ada salahnya kita coba BEBEK SONGKEM. Apa bedanya dengan yang lain?
Jadi…..Bebek songkem ini diolah dengan cara DIKUKUS tanpa air tapi pakai pelepah/ gedebok pisang. So, aneka lemak-kolesterol si bebek itu bisa tereduksi secara paripurna. Seluruh kolesterol nemplok di batang gedebog itu. Sehingga, ketika tersaji di hadapan kita, si bebek sudah menjelma menjadi menu yang tidak mengusung elemen kolesterol jahat.
Rasanya gimana? No worries.Tanpa kolesterol pun, kita tetap bisa menikmati endeus markindesnya si bebek songkem. Ada yang versi kukus (original) juga ada yang versi goreng. Dicocol ke sambal mangga muda, aduhaaaiiii….! Itu ke~mak nyus~an paling HQQ!
Nyaaaam 🙂
(2). Penggemar Makanan Serba Seafood? Mampirlah ke DAUN LADA Restaurant
Cobalah sesekali berkunjung ke Restoran Daun Lada. Di sini, kita bisa memesan aneka menu menggugah selera, yang siap disantap untuk makan siang ataupun makan malam.Yap, Daun Lada adalah tempat makan yang menyajikan beragam menu seafood. Ingin kerang? Cumi-cumi? Bahkan ikan jenis apapun, dan diolah dengan bumbu beragam,siap kita nikmati manakala berada di tempat makan ini.
Begitu membuka lembar menu, rasa takjub langsung menyerbu.Waaah, ternyata nama ikan itu buanyaaaak banget! Salah satunya, ikan papakulu. Ternyata, bagi para pecinta kuliner serba ikan alias mereka yang doyan makanan yang berjenis seafood, menyantap papakulu semacam “wajib” hukumnya. Ikan ini kerap ditemukan di Makassar. Biasanya, dimasak dengan saus padang ataupun di bumbu kecap.
Di Daun Lada, ikan papakulu diolah dengan teknik mengasapi.Lebih tepatnya, kita bakal menikmati menu makanan khas Makassar ini, setelah ikan papakulu diasapi dengan batok kelapa.
Ikan Papakulu
*manifestasi kredo “Don’t Judge a Book by Its Cover!!” 😀
Ketika tersaji di hadapan kita, ikan papakulu ini bentuknya kurang menarik ya. Pucat, abu-abu rada kehitaman, intinya kurang membangkitkan selera makan.
Tapi slogan “Don’t Judge a Book by its cover” berlaku di sini.Jangan menilai ikan papakulu dari tampilannya doang. Karena begitu kita cicipi,oh Tuhan, rasanya…. Sungguh nikmat!
Cita rasa ikan papakulu sebenarnya sudah gurih. Ini dikarenakan kadar garam dalam ikan tersebut yang cukup tinggi. Tatkala masuk kedalam mulut, tekstur ikan papakulu ini cenderung kenyal dan empuk. Lihatlah sisik ikan yang tampak gahar dan keras! Ternyata itu ada fungsinya, lho, yaitubisa melindungi kebersihan daging ikan papakulu.
Pantas…. Luarnya kelihatan tidak menarik… Tapi rasanya…JUARA!
Selain ikan papakulu, saya juga terpukau dengan Cumi Salad Mangga yang jadi menu andalan restoran ini.
Cumi Salad Mangga
Cumi diolah dengan tepung krispi,sangat renyah, dengan sensasi gurih sedap. Lalu disiram dengan topping salad mangga, yang asem asem seger, whoaaaaa… keduanya berpadu dengan paripuna dan“kawin banget” manakala kita kunyah. Cumi-cuminya sama sekali tidak alot. Tetap ada tekstur cumi-cumi, namun sangat ramah untuk diproses dalam organ mulut.
(3). Pempek Farina
Semua makanan yang kenyal-kenyal seperti siomay, bakso, batagor, itu adalah definisi makan enak menurut saya. Para peracik menu-menu ini, adalah maestro di kancah kuliner. Mereka bisa banget mengawinkan tepung kanji/tapioca dan ikan plus aneka bumbu dapur, dan… voila! Jadilah, makanan yang sungguh lezat tiada tara! BRAVO! Salah satu menu serba kenyal yang nggak pernah bosan untuk dijadikan teman makan siang maupun makan malam adalah Pempek.
Dari sekian banyak makanan khas Palembang, Pempek adalah yang paling kondang dan sangat identik sebagai kuliner khas wong kito. Beruntung banget, saya tidak perlu jauh-jauh pesan tiket pesawat ke ibukota Sumatera Selatan itu, untuk sekedar menikmati pempek yang membuai lidah. Di Surabaya, ada banyak banget restoran/ warung/ tempat makan yang menyajikan menu pempek. Kita bisa memilih untuk makan di tempat (dine in) ataupun bawa pulan (take away) dan delivery.
Nah pertanyaannya, restoran pempek mana yang paling banyak direkomendasikan? Tidak lain dan tidak bukan… Pempek Farina! Di Surabaya, kita bisa menjumpai stand pempek ini di berbagai tempat. Di mall, ataupun rumah makan yang berdiri sendiri. Yang jelas, mereka menerapkan standar dan kontrol kualitas yang amat ketat. Sehingga, mau makan di manapun, rasa dan service tim Pempek Farina tetap sama. Pempek Kapal selam adalah menu yang wajib dipesan manakala kita berwisata kuliner di destinasi makanan khas Palembang ini. Pempek yang berbahan ikan tengiri berkualitas, dengan isian telor di dalamnya. Digoreng dengan kematangan sempurna, aroma makanan sedap menguar dari pempek kapal selam yang kita pesan.
Pempek Farina
Sedaaaaapp! Lebih mak nyus lagi, manakala cuko alias kuah yang terbuat dari cuka, gula merah dan asam, mengguyur pempek kita. Berpadu dengan mie kuning serta irisan mentimun, sungguh… merem melek tatkala kita merasakan gigitan pertama dari pempek ini. Isian telor juga sama sekali tidak amis. Kandungan protein yang ada di dalamnya bisa melengkapi nikmatnya momen makan enak kita.
Selain pempek, sejumlah makanan khas Palembang lainnya juga bisa kita nikmati di resto Pempek Farina. Tekwan, salah satunya. Ini adalah menu yang terbuat dari campuran daging ikan dan tapioca. Tekwan adalah makanan yang berupa bulatan kecil-kecil, lalu disajikan dalam kuah udang dengan rasa yang khas. Kuahnya segar! Mirip kuah bakso, dengan rasa udang yang sulit dienyahkan dari memori. Pada umumnya, tekwan disajikan dengan teman-teman pelengkap. Ada so’un, irisan bengkoang dan jamur kuping (jamur yang berwarna hitam), serta ditaburi irisan daun bawang, seledri, dan bawang goreng.
Pempek dan tekwan adalah dua menu makanan khas Palembang yang selalu saya pesan setiap bertandang ke resto Pempek Farina. Harganya terjangkau, dengan porsi yang cukup mengenyangkan. Yang lebih asyik lagi, kita tetap bisa menikmati makanan yang sarat gizi dan berkualitas.
Ketika makan di restoran Pempek Farina, saya pernah berjumpa dengan David Christian, Bussiness and Development Manager Pempek Farina. Ia mengatakan, bahwa Pempek Farina menerapkan quality control yang amat ketat untuk bahan baku serta proses pengolahan semua makanan. Mengenai rasa pempek yang “ikan banget”, David menuturkan, “Kami memang menggunakan ikan tengiri asli, bukan perisa. Bahkan untuk bahan pembuatan pempek, model, tekwan dan lain-lain, ikannya dikirim langsung oleh mitra/ partner kami dari Papua. Jumlahnya berton-ton, karena demand yang sangat tinggi dari msayarakat.”
Lebih lanjut, David juga menjelaskan bahwa restoran maupun seluruh stand Pempek Farina ini dirancang sedemikian rupa, sehingga cocok untuk tempat makan keluarga, sahabat ataupun untuk lokasi meeting juga bisa.
Salah satu keluhan saya selama mengikuti Google Local Guides Summit di San Fransisco adalah… makanannya kurang berbumbu, cyiin! Segala rupa hidangan yang tersaji di sana mayoritas terasa hambar di lidah emak-emak penggemar micinspicy and tasty food seperti diriku enih.
Apalagi, kita juga wajib berhati-hati banget, karena tim F&B kerap menghidangkan sosis ataupun ham yang berbahan dasar ‘sapi pendek’. Pernah tuh, beberapa kali saya Cuma sarapan kentang goreng (yang hambar abis) plus telur dadar orak arik (yang juga hambar). Ga ada pilihan menu lain, karena semuanya nggak boleh masuk ke lidah plus kerongkongan. Yeah, harap bersabar, ini ujian! Hahahaha
Hikmahnya adalah…. Timbangan saya geser ke kiri, hohoho. Dikiiiit sih, tapi mayan lah #AnaknyaGampangHepi
Hikmah berikutnya adalah…. Udah deh, cinta saya ke Indonesia nih makin menggebu-gebu! Di Indonesia kita bisa mendapatkan buanyaaaak variasi menu… Mulai dari masakan tradisional, fusion food, ataupun masakan khas Melayu, India, Chinese food, dan lain-lain. Bisa banget pilih model warung, atau resto… Harganya juga bisa sesuaikan dengan kondisi kantong. Daaan, MURAH MURAH banget, kalo dibandingin dengan harga makanan di San Fransisco (ya eyalaaah) Intinya, saya super-duper-cinta Indonesiaaaaa!
“Hadeeeehhh, ada artis bikin kue lagi? Palingan rasanya gitu-gitu aja!”
Barangkali sempat tebersit pikiran semacam itu di benak masbro dan mbaksis. Para artis ini kok kayak ‘aji mumpung’ banget. Memanfaatkan nama kondang mereka untuk meraup pelanggan. Toh, rasa kuenya gitu-gitu aja. Nothing special, overprice pulak.
Weitsss, jangan su’udzon dulu, kisanak!
Pada prinsipnya, mau dia artis, selebgram, blogger, influencer, apapun profesinya, kalo mau berjualan kue ya sah-sah aja kan. Toh, mereka rela keluar modal besar dan membiayai promosi yang pastinya tidak murah kan?
Pernah membayangkan ada burger dengan berat 2 pon? Guedeee banget pastinya yak. Nah, burger yummy dengan ukuran alakazam ini menjadi sajian kuliner unik, yang dipersembahkan oleh tim kuliner Sheraton Surabaya Hotel and Towers
Program “We Dare You to Eat” adalah konsep hidangan dengan ukuran/ porsi jumbo untuk dinikmati bersama keluarga dan sahabat.