Bagaimana Membedakan Bakso Sapi dan Bakso Babi?

Pernah dengar nama  Aisha Maharanie? FYI, doi nih aktivis @halalcorner, yang selalu mengedukasi seputar pentingnya makanan yang halal dan thoyib (baik).

Nah, duluuuu… aku pernah ketemu ama doi nih. Bodinya mungil, tapi nyalinya GEDE. Enggak takut biarpun udah diancem ama brand2 besar, gegara sikap doi yang vokal memperjuangkan hak konsumen untuk tahu halal atau tidak.

Ini petikan chit-chat kami 🙂

***

AISHA MAHARANI

Sebenarnya, apa pesan utama yang ingin Mbak suarakan melalui @halalcorner ini?

Sebagai orang Islam, sudah tentu Al-Qur’an dan Hadits Rasul menjadi pedoman hidup kita, dalam segala aspek kehidupan. Termasuk tentang halal-haram dalam makanan yang kita konsumsi. Sebagaimana yang disampaikan dalam salah satu Hadits Nabi, ”Mencari yang halal adalah wajib bagi setiap orang Islam.” (HR. Ath-Thabrani)

Beragam surat dalam Al-Qur’an juga mengupas urgensi halal. Nah, pertanyaannya, bagaimana mendapatkan yang halal? Kita harus melalui proses Knowing – Finding – Keeping. Jadi, kita harus knowing (tahu dulu), lalu finding (temukan produk apa saja yang halal) dan keeping (tetap menjaga semangat dan istiqomah untuk selalu mengkonsumsi yang halal. Inilah semangat yang ingin saya tularkan kepada para keluarga muslim. Percayalah, aturan Islam itu rahmatan lil alamin. Tentu, perintah Allah kita agar mengonsumsi yang halal dan thoyib pasti ada manfaatnya bagi kita.

Bisa dijelaskan, apa saja dampak negatif apabila seseorang nekat melanggar larangan Allah, dan justru mengonsumsi yang haram?

Apabila mengonsumsi barang haram dan melakukan perilaku haram (seperti syirik), maka banyak sekali akibat yang harus ditanggung. Amal tidak diterima, doa tidak dikabulkan, mengikis keimanan pelaku, mengeraskan hati pelaku, sedekah ditolak, silaturrahim sia-sia, bahkan pada akhirnya mencampakkan pelaku ke neraka. Naudzubillahi min dzalik. Jangan main-main dan menganggap enteng masalah halal-haram ini. Karena efeknya luar biasa.

Saya beri contoh satu hal, ketika anak kita tantrum atau rewel berlebihan, sulit diatur, membangkang dan sebagainya, coba kita instropeksi. Sudah halalkah makanan yang kita berikan untuk anak? Atau, apakah harta yang kita bawa pulang itu sumbernya halal? Karena halal itu tidak hanya terkait dengan zatnya, juga berhubungan dengan bagaimana cara kita mendapatkan harta tersebut.

Mengenai produk yang beredar di pasar, bagaimana cara kita agar bisa membedakan mana produk halal, dan mana yang haram?

Kalau mau aman, silakan konsumsi produk yang ada label halal dari MUI. Ingat ya, karena logo halal ini amat mudah dijiplak, pastikan kita memilih yang benar-benar bersertifikasi halal dari MUI. Itu cara terpraktis. Lalu, kalau ada restoran yang belum jelas halal-haramnya, lebih baik kita tidak usah makan atau beli produk dari sana. Untuk tahu mana saja produk yang halal, silakan cek di twitter kami @halalcorner.

Kali ini, saya mau berbagi satu tips. Soal bagaimana bedakan bakso sapi dan bakso babi. Bakso sapi, kalau dibelah, warna coklatnya agak gelap, dan tidak bisa berbentuk bulat sempurna, karena pada dasarnya daging sapi terdiri dari banyak serat. Sementara kalau bakso babi, warnanya cenderung cokelat muda, kalau dibelah, ada bulatan pink di tengah dan keluar minyaknya. Kenapa? Karena babi ini banyak kandungan lemak, dan mudah dibentuk. Sehingga bakso babi itu bulatnya sempurna. Maka dari itu, hati-hatilah kalau beli bakso yang bulat sempurna.

Prinsip kehati-hatian harus terus kita jaga sebelum mengonsumsi makanan apapun ya?

Betul. Apalagi, di tengah gempuran barang haram ini, orangtua harus jadi teladan bagi anak-anaknya. Ingat, anak-anak itu akan meniru apa yang kita lakukan. Kalau orangtuanya jajan sembarangan dan tidak pernah mau bersusah-susah menjaga yang halal dan thoyib, maka anak juga akan meniru perilaku ortu.

Ada yang bilang, “Udahlah, yang penting Bismillah ajalah….” Wah, tidak bisa begitu. Bismillah itu adab muslim ketika makan. Sementara, mengonsumsi makanan yang halal dan thoyib itu urusan lain, yang juga harus kita penuhi. Masa ketika kita makan babi, terus baca Bismillah, otomatis babinya jadi halal? Tidak begitu kan?

Mbak Aisha begitu getol menyuarakan masalah halal-haram. Selama ini, apakah tidak ada tantangan dari para pemilik brand yang kerap dikupas mbak Aisha?

Teror langsung, protes keras sudah sangat sering saya terima. Terutama dari merek atau brand yang sangat terkenal, tapi tidak mau menjelaskan ke publik mengenai halal-haramnya. Kami juga kerap diserang melalui online. Komentar pedas di twitter. Ataupun, website kami di-hack. Macam-macam! Namanya juga berdakwah, tentu ada tantangannya. Apalagi, yang saya kampanyekan ini menyangkut aspek halal-haram, dan kerap memancing rasa antipati dari pemilik merek yang saya kupas. Tapi, saya yakin, insyaAllah, selama kami bertekad menyebarkan indahnya nilai-nilai Islam, maka Allah akan selalu menjadi Sang Maha Penjaga bagi kami.

Apa imbas positif yang Mbak rasakan setelah menjadi penggiat @halalcorner?

Alhamdulillah, keluarga muslim sekarang kian kritis dan sadar untuk membiasakan gaya hidup halal. Saya juga bersyukur karena anak saya punya prinsip seperti ini: “Ummi, bukan masalah enak nggak enaknya makanan. Yang penting bagi kita kalau mau makan itu, harus memastikan halal-haramnya.” Subhanallah, sungguh, ketika anak kita sudah punya kesadaran luar biasa seperti ini, maka rasanya sangat menyejukkan hati. Tidak ada lagi yang lebih menenangkan jiwa dan raga kita saat kita selalu berada di jalan Allah. Kondisi terbaik adalah saat kita merasa dekat dengan Allah. Dan Allah sangat menyukai orang yang selalu berusaha menjadi sosok yang lebih baik setiap harinya. Maka dari itu, ayo kita lakukan perubahan setiap harinya ke arah yang terus lebih baik, banyak beramal, dan memberikan manfaat untuk orang sekitar kita.  Insya Allah kita akan selalu berada di dalam lindungan Allah. (*)

Advertisement

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

30 thoughts on “Bagaimana Membedakan Bakso Sapi dan Bakso Babi?”

  1. Memang benar ya mak… kita kudu banget2 hati2 dlm urusan halal dan haram ini… efeknya itu lo… ngeriii… spt pas sy beli obat batuk wkt itu, sy minta yg bebas alkohol dan ada label MUI nya… setelah hampir stgh jam menunggu petugas nyari2, ternyata hanya sedikit sekali yg ada labelnya, lbh byk yg gak ada…

  2. kehati hatian emang perlu bgd ya mak, terutama soal makanan, halal dan jg harus toyib, daku kadang2 luput soal begini, apalagi soal obat yg mak iro ceritain di atas, hhhh, tengkiu bgd ya mak nurul, sdh mengingatkan daku

  3. Di era kekinian macam ini, emang susah sekali memisahkan halal-haram. Terkadang amat tipis tirainya sehingga kita acuh tak acuh.. Apalagi aku hobi kuliner, mulai ati-ati. Dan aku harus rela gak makan Sushi Tei karena belum ada label halalnya. 😭😭

  4. Kalo saya mengajari anak sebelum membeli jajanan kayak snack liat dulu ada label halalnya atau tidak. Kalo ga ada label halal, jangan dibeli. Saya bilang nanti makanannya berubah jadi cacing

  5. Mumpung lagi membahas tentang halal haram produk. Kalau deodoran itu halal atau haram ya Mbak? Barangkali Mbak Nurul bisa tanyakan pada Mbak Aisha. 🙂

    1. Hah?? Ini komen ter-unyu hari ini nih, hehehe. Kalo aku pribadi, pake deodorant roll-on punya wardah. Udah ada label Halal by MUI. untuk yg merek lain, entahlah 🙂 Atau, silakan twit/mention @halalcorner aja langsung

  6. Alhamdulillah. Terimakasih sudah menulis tentang ini ya mbak. Saya jadi diingatkan lagi. Alhamdulillah anak saya juga lumayan peduli dengan makanan halal atau haram. Jadi saya tidak terlalu susah menerangkan lagi 🙂

  7. Wah ternyata efeknya….
    Jadi mikir mbak, yang saya kirimkan itu, ada baiknya minta label dong ya?
    Tapi mendapatkan label itu katanya susah juga mbak. Saya sih yakin gak pakai apa-apa yang bisa dikategorikan haram mbak.

  8. beberapa resto dan bakery yang populer msh belum bersetifikat halal dan banyak di beli orang muslim *tahu muslim dari jilbabnya* mungkin karena ga tahu dan kurang aware, mau mengingatkan canggung, melihatnya beli tak enak hati…

  9. Berharap resto2 di Jogja menempelkan dg jelas didepan pintu jika makanannya tidak halal, seperti di Pekanbaru. Nggak usahlah diperhalus tongseng jamu-lah, apa-lah. Tulis saja non halal besar2 didepan pintu. Di Pekanbaru nggak masalah kok, nggak ada yg nyuruh tutup juga. Yg terpenting yg muslim nggak terkecoh.

  10. salut…saya pernah mengikuti penjelasan dari tim audit MUI, ttg bagaimana proses sertifikasi berlangsung..sangat panjang…padahal mereka juga banyak menerima kecaman negatif, sebab kuliner adalah bisnis besar. Sebetulnya banyak manfaat bagi kedua belah pihak. Semoga publik semakin teredukasi.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: