Pandemi, oh, pandemi. Kapan sih, Corona segera hengkang dari muka bumi? Tidak sedikit yang merasa lelah jiwa raga. Di timeline aneka socmed, beredar keluhan seputar teman-temanku yang ngerasa depresi. Sangat bisa dimengerti. Kondisi pandemi ini merampas rasa nyaman, tenang dan bahagia. Segalanya serba nggak jelas. Bosan akut berada di rumah melulu, tapi kalau keluyuran tetap khawatir, lantaran virus yang bergentayangan di segenap penjuru bumi. Aaaakkk…!
Ya udah lah ya, ketimbang sambat tak berkesudahan, kita cerita penggalan masa lalu aja *asek. Mumpung masih ada aroma euphoria mahasiswa baru yang keterima di PTN lewat berbagai jalur, kali ini, saya mau cerita random things seputar masa perkuliahan. Cekidot! 😀
TAHUN PERTAMA DI ITS, TAHUN KEDUA DI UNAIR
Lulus SMA, saya masih clueless banget mau daftar jurusan apa. Sempat ikutan Psikotes (dibayarin ama temen ibuk yang dosen Teknik Sipil ITS, Makasiii Prof Tri!). Trus Pak Psikolog-nya bilang kalau daku tuh cocok mendaftar ke Fakultas Kedokteran Unair.
Bidiihh! Aku auto mengernyit. Satu, aku takut darah. Dua, aku ga berani lihat mayat (apalagi disuruh menyimak bagian-bagian tubuh Mr X alias mayat nggak jelas, yang katanya biasa jadi bahan praktikum mahasiswa FK). Tiga, biaya kuliahnya dan beli buku-bukunya mahaaal. Empat, kuliahnya lama. Lima, otakku kayaknya nggak nyampe deh. Ha wong, pelajaran Biologi SMA aja aku lolak-lolok alias bego banget, masak mau diarahkan jadi dokter?
Walhasil aku banyak diskusi ama sohib-sohib di sekolah. Beberapa dari mereka mau mendaftar ke Teknik Informatika ITS. Katanya sih, praktikum kuliahnya “Cuma” madep computer aja (artinya, ga perlu lihat mayat, darah dan bolo-bolonya). Masa depan karir alumnusnya juga cemerlang banget, karena dunia IT kan terus berkembang. Wohooo, ini dia nih, yang aku cari-cari!
Aku memutuskan buat isi Pilihan 1 Informatika ITS dan Pilihan 2 Matematika FMIPA ITS. Jreng jreengg, kelar UMPTN ternyataaaa… saya dinyatakan masuk Informatika ITS! Weeww, ini beneran nggak nyangka banget, karena passing grade-nya mayan tinggi kan.
Mulai deh, saya ikut Ospek, dan semakin ikrib dengan teman-teman di kampus. FYI, anak Teknik tuh persaudaraannya kenteeell banget. Mungkin karena rasa senasib sepenanggungan kudu menghadapi senior-senior yang galak 😀 Jadinya, kami tuh biasa cangkrungan, bahkan gantian nginep di rumah salah satu temen. Pokoke seru dah!
Yang nggak seru adalah….. (menurut daku) pelajarannya wkwkwkwk. Duh, RIP daya tangkap otakku. Entah kenapa aku nggak bisa akur dengan beragam materi yang diajarkan para dosen. Hingga salah satu dosen, memanggilku ke ruang pengajar. Beliau berkata dengan intonasi amat lembut (tapi makjleb!), ”Nurul. Kalau kamu seperti ini terus, bagaimana nanti melanjutkan materi kuliah di semester berikutnya? Tantangannya bakal lebih berat.”
Aku menunduk. Malu untuk mengakui bahwa materi Bahasa C, Dasar-dasar Logika Pemrograman dan bolo-bolonya itu blas nggak nyantol di batok kepalaku.
“Tingkatkan lagi belajarnya. Kamu bisa belajar sama teman satu Angkatan atau kakak kelas. Kalau masih merasa kesulitan, bisa konsultasi lagi sama saya selepas kelas.”
Aku mendesis pelan. Yakin banget, bapak dosen yang bijak ini maksudnya baik. Ingin menyemangati aku. Tapiiii, aku merasa harus punya escape plan.
Kampus ITS di siang bolong, suhu udaranya sungguh nggak sante. Kutatap kampusku. Kampus yang mempertemukan aku dengan manusia-manusia lucu, gokil, brilian…. Teman-teman yang tak kunjung henti menyemangati dan sigap meladeni pertanyaanku seputar Bahasa pemrograman…. Kakak kelas yang (sekilas tampak) galak tapi hatinya so sweet….. Sungguh, aku bersyukur bisa berada di antara mereka.
Akan tetapiii…..
Life is just a matter of choice.
Tahun berikutnya, aku ikut UMPTN lagi. Pilihan pertamanya Ilmu Komunikasi Unair. Pilihan kedua, Psikologi Unair.
Segala puji teralamatkan pada Yang Maha Besar, saya masuk Ilmu Komunikasi Unair. Dengan pertimbangan ina inu ita itu, saya putuskan untuk melepas Informatika, dan menjadi mahasiswi Unair seutuhnya.
Menyesal?
Hmmm… manusiawi kalau bilang saya melakukan Tindakan dan keputusan bodoh. Secara, masuk dan menjadi mahasiswa ITS adalah kesempatan yang boleh jadi once in our lifetime. Tapi lagi-lagi saya berpegang pada slogan ini “Life is just a matter of choice”.
Saya memilih untuk say Hasta La Vista pada kampus ITS. Kemudian, dengan mantap melangkahkan kaki, menempuh Pendidikan di kampus Unair. Saya belajar tentang jurnalistik, ilmu kehumasan dan periklanan (advertising). Selepas kuliah, ternyata ALLAH takdirkan saya untuk mencicipi profesi yang sejalan dengan ilmu kuliah. Jadi jurnalis di Jawa Pos; reporter presenter Liputan 6 SCTV; Public and Media Relations di Sampoerna; Marketing Communication di LMI Zakat; Tim Redaksi Majalah Nurul Hayat; Blogger BukanBocahBiasa.com

Dus, yang senantiasa saya syukuri, sampai detik ini, saya masih keep in touch dengan (beberapa) teman di ITS. Kalau Anda ikuti perjalanan umroh saya, pasti tak asing dengan Kemchi, kan? Yap, Kemchi adalah sahabat saya semasa berkuliah di ITS. Doi yang mentraktir saya umroh, beribadah di tanah suci tahun 2019 silam.
Aaaakk, nih jadi beneran pengin ketemuan dan seseruan ama teman di kampus. Empat tahun lalu, alumnus Informatika ITS bikin gathering di Kawasan sekitar Puncak. Booking VILLA DI PUNCAK plus ajak semua anggota keluarga masing-masing! Ya ampuun, seru ga ada obat!
Semoga…. setelah pandemi ini berakhir, kami bisa menikmati sensasi family gathering bareng sahabat masa kuliah!
jadi inget jaman kuliah
tapi seru juga ya pengalaman kuliah mbak nurul
temannya jadi 2 kali lipat
Saya dulu umptn milih ilmu komunikasi dan sastra inggris Undip tapi tak lolos dua2nya.. hehe. Akhirnya banting setir ke swasta. Sekarang Pengen banget kuliah lagi ambil psikologi.
Pernah di ITS ya mbak. Alief nanti katanya pas seleksi masuk PTN, pilihannya mau ITB dan ITS. DKV New Media di ITS termasuk yang bagus. Ponakanku sekarang (sepupunya Alief) di Unair di TI 😀
Semoga pandemi ini segera pergi, biar mbak Nurul ketemu lagi ama temen2nya di acara famgat ya. Aamiin
seru mbak ceritanya, jadi tahu deh kalau mbak nurul lulusan ilkom ^_^
Aku baru tahu Mbak Nurul lulusan Komunikasi. Kirain Psikologi (kesimpulan yang diambil setelah baca salah satu tulisan sebelum ini). Dan kerjaan Mbak Nurul setelah lulus, waaah .. sekali!
Justru aku belajar ilmu psikologi dari artikel2 kamu di InsanAyu. MasyaAllah, pahala jariyah kamu luar biasa!
Wah pantesan tulisannya selalu bernas dan enak dibaca. Ternyata sarjana komunikasi, pernah kerja jadi jurnalis, reporter dll. Salut deh aku
Hai mba. Aku dulu banyak meraakan manfaat di perpus Unair pas kerjain skripsi. Bnyak ilmu yang bisa diperoleh. Keren banget tuh bisa dapat ITS dan UNiar. Btw Kemchi baik banget 🙂
pastinya mba akan ada perasaan gundah gulana ya ketika memutuskan masuk ilkom Unair meninggalkan ITS wuaahhh tapi pilihan ya tetap pilihan sampe akhirnya membawa ke sini keren mba
Kisah pendidikan di bangku kuliah yang sangat menarik Mbak. Emang kadang kita terpaksa pindah jurusan oleh sebab ini dan itu. Saya pun juga demikian..Tapi Alhamdulillah jurusan terakhir dan sampai tamat telah membentuk saya seperti sekarang. Sukses selalu ya Mbak
Mbaa yaampun masuk jadi anak IT ITS susah kan itu. Tapi udah qadr Allah. .malah jalan ceritanya jadi asik bgt 😃 iyaa sebagai anak teknik aku merasa kenteel bgt persaudaraannya 😆
Amiin moga pandemik ini berlalu segera ya.. kangen seru2an di luar rumah
HAhhahaaa..seru banget baca pengalaman di ITS jadi anak Informatika sesaat, ngakaak Maak!!
Alhamdulillah yaa di UNAIR pass banget dan bisa diaplikasikan mata kuliahnya di kehidupan.
Ahhh, jadi kangen mnetemen kuliah akoo jugaa, moga pada sehat.
Wah pengalaman seru ya mba pindah-pindah jurusan dan kampus, tapi jadi banyak teman dan pengalaman sampai akhirnya memutuskan yang terbaik dan menjadi seperti sekarang.
Hebat mbak Nurul punya prinsip, tidak hanya menuruti gengsi aja ya. Memang yang namanya pilihan hidup itu tidak bisa dipaksakan, apalagi ini berhubungan dengan masa depan kita ya. Ah jadi kangen juga nih sama teman2 kuliah.
Ampyuuuun deh ceritanya seru amat, Mbak Nurul! AKu salut deh dengan pilihan mbak 🙂 Memang mestinya yang diminatilah yang kita jalani. Bagus itu mbak, keren. AKhirnya terbuka jalan kan dengan berbagai profesi sampai sekarang hits banget nih blogger yang satu ini yeyeye 😀
Dan hasil belajar di Unair, sekarang kelihatan banget di diri mbak Nurul. Gimana caranya mbak Nurul membawa blog ini dan menarik pembaca, itu salah satu hasilnya.
Orang lain ngejar masuk ITS, ini lambai tangan dari ITS ahahaha.. Keren mbk, pengalaman yang tak terlupakan ya. Masya Allah, luar biasa ditraktir umroh ^^
Kerenlah ini kamu mbak, dari ITS lalu mencoba ke UNAIR. Masa-masa kuliah itu buatku seru banget karena ini merupakan penentuan arah menurutku. Aku dong lebih gak nyambung, kuliah ambil jurusannya Ekonomi Moneter tapi kerjanya di media cetak dan dari awal kerja sampai tahun 2018 resign.
Weh tahun berapa toh masuk ITSnya? Adik laki2ku lulusan Informatika ITS, Mak. Dia masuk ITS tahun 1997. Dirimu masuk tahun berapa?
Hal seperti inilah yang ingin aku hindarkan dari putriku Yasmin.
Kuliah yang kurang sreg dengan pilihan hati.
Itulah kenapa sejak awal sekolah kami selalu jadi supporter saja.
Semua pilihan terakhir ada di tangan Yasmin.
Memang, melakukan yang disuka dan menyukai yang dikerjakan, kemewahan yang tak terkira ya, mba Nurul.
Wah.. Pengalamannya seru mba. Aku jujur pernah berpikiran sama pas kuliah semester 2. Pengen pindah. Dan enggak aku turutin. Kenapa? Krn aku sdh mrs terikat dg teman2 dan dunia kampus yg ada. Ya ampun receh ya alasan aku.
Wah kalau yg di ITS diterusin kita jadi 1 almamater, dan bener banget memang informatika ITS termasuk yang tertinggi passing grade nya, hihihi. Tapi aku gak mau bikin mbak nyesel sih, apapun yg terjadi itu sdh takdir yg terbaik, pengalaman kerja luar biasa dan sahabat yg menyayangi selalu
Keep fightinh to be good and usefull blogger. Always give good content and worry about EYD, hahaha
Keren banget bisa masuk dua universitas favorit. Meskipun pada akhirnya tetap ambil satu jurusan.
Ah Mak, bikin aku keingetan masa kuliah deh bacanya. Masa kuliah yang nano-nano rasanya. Andai bisa kembali ke masa itu. Hehehe… Tapi iya, pas tahun kedua aku pernah terpikir pindah jurusan. Di kampusku bisa, asal nilai tahun pertama bagus. Tapi gak aku lakukan, udah terlanjur nyaman sama temen-temen.
Mbaaaak asli dikau pinterrrr bangeet. Ketrima di ITS tahun berikutnya di UNAIR. Dua duanya pilihan pertama..apalagi hasil psikotes bilang cocoknya di kedokteran. Berarti itu karena pinter mbaak
Luar biasa loh mba dirimu, ndaftar dimana aja keterima di pilihan pertama. Aku masuk Undip yang keterima justru pilihan kedua di Komunikasi. Pilihan pertamaku di Akuntansi gak ketompo. Malah justru bisa dapet banyak di Komunikasi ini, orangnya asyik-asyik dan bisa sering ditinggal mbolos untuk naik gunung. :)) Temannya baik2 bisa dititipi absen hahahaa… mahasiswa opooo kuwi jal mbolosan
Alhamdulillah..
Jadi punya kisah seru yaa… Ya mahasiswa ITS, namun akhirnya menjadi lulusan Unair.
HIkmahnya, jadi banyak mengenal “teman seangkatan”,
Aku pindah kampus dan juga masih berhubungan baik sama teman2ku dr masa itu mbak, walau gak semuanya sih, krn bbrp pasti udah lupa ma aku haha.
Cuma itu yg kubanggain, lolos UMPTN 2 kali wkwkw. Kalau inget itu aku inget waktu ujian dan berstrategi supaya bisa lulus 😀
Mestine, aku bisa lihat orang seaktif mbak nurul ini di mana2. Tapi aku baru ketemu di medsos, dulu gak keliatan sama sekali meski sekampus 😅
Pengalamannya keren 👍
Jadi inget zaman kuliah pernah kuliah sambil kerja seru banget deh
Keren ah mbaa. Memang Allah tau mana yang terbaik bagi kita ya, bersama dengan usaha dan doa insha Allah ditunjukkan yg jadi jalannya ya mba..
Mau itu ITS mau UNAIR, semuanya bergengsi kui Mbak Nurul 😍
Aku dulu kuliah juga kayake urip-urip tok tapi jebul alhamdulillah kok lulus 😂😂😂
Masya Allah…Keren banget Mbak Nurul bisa kuliah di 2 kampus favorit itu. Memang jalannya seperti itu ya. alhamdulillah jadi ada cerita dan pengalaman di keduanya.
Semangat dan sehat selalu menjalani apapun takdir kita!
Kok bisa ya mb masih semangat cobain ujian lagi, aku sih tipe cape dan udah nyerahlah klo udah masuk hehehe. Keren pengalamannya, akhirnya menemukan pilihan yang paling baik ya. Sehat dan sukses selalu mb.
Wah senangnya ketemu sesama anak Komunikasi dan mantan jurnalis walau beda kampus dan media 😁 *tosdulu
Saya dulu ikut tes masuk perguruan tinggi tapi enggak niat karena tuntutan ortu. Dulu pengennya kuliah di Jogja. Alhasil enggak lulus di tes. Tapi masuk jalur prestasi di universitas swasta yang saya inginkan di Jogja.
Buat saya, masa kuliah lebih menyenangkan ketimbangkan masa SMA. 😁
Dulu saya juga pilihan pertama adalah ITS mbak, tapi ternyata nasib baik tidak berpihak disaya, hahaha. Tapi tetap harus bersyukur ya mbak, setuju. Apapun itu hidup harus terus dijalani dan dinikmati
serunya mengenang masa lalu ya mbak haha..nostalgia sejarah waktu jadi mahasiswa. dulu pun aku pernah kuliah 1 bulan cm ikut ospek sambil nunggu pengumuman beasiswa..akhirnya dpt jg beasiswanya
baca cerita ini aku mau bilang, mbak Nurul YOU’RE SO GENIUS!!! bisa lulus UMPTN universitas terkece dua tahun berturut² ckckck daebak!!!
Keliatan sih kalau dari nama blognya bukanbocahbiasa, salut mbak bisa mengambil keputusan besar di usia yang bisa dibilang pasti lagi banyak pergolakan bathin ya. Sukses selalu ya mbak dunia akhirat, aamiin
Wah menarik mba perjalanan akademisnya. Salut juga sama yang berani hengkang sama fakultas yang ga cocok, kadang kan suka ga enak sama ortu. Saya sih disitu2 aja jurusannya, soalnya susah banget buat jebol itu kampus jadi ditahan-tahanin. Jadi pengen nulis juga soal ini, thanks mba
Kalo ngomongin soal kuliah dulu, sejujurnya jurusan s1 ku dulu ga terlalu aku sukai sih, hehe.. Tapi aku justru terlalu malas buat pindah jurusan karena harus ngulang mata kuliahnya (jadi serasa gak naik kelas gitu wkwkwk). Jadilah aku kuliah sampe lulus di jurusan s1 ku itu, tapi alhamdulillah justru dapet kerjanya malah di bidang yang aku sukai sampe sekarang dan setelah kerja diberi kesempatan buat belajar di bidang yang aku sukai.
Menarik sekali ceritanya mba, pasti banyak kenangan seru semasa kuliah dulu ya. Apalagi ketika bertemu kembali dalam acara reuni, makin terasa akrabnya. Saya dulu sempat terpikir untuk tes umptn lagi, sayangnya waktu kuliah sangat padat jadi ga sempat. Selain itu ga enak mengeluarkan biaya lagi pasti, tapi alhamdulillah ilmunya terpakai terus sampai sekarang.
Wah keren mbak nurul, bisa masuk informatika its..
Itu jurusan bergensi lho mbak
Inginnya segera berakhir pandemi, eh ibukotanya malah mau PSBB lagi. Dampaknya kan ke kota sekitar juga. Termasuk kami di Cianjur.
Padahal, Minggu depan rencana kami teman satu angkatan juga mau silaturahmi sekaligus reuni sekalian minta doa kalau satu angkatan kami ada yg maju jadi calon bupati Cianjur. Tapi kalau PSBB lagi… Kemungkinan acara kami juga batal deh…
Berani memilih berani mengambil tindakan ya dan berbuah kepuasan ya mba. Dan sayangnya dulu dan mungkin sampai sekarang masih banyak adek2 unyu lulusan sma yang akhirnya kuliah tanpa goals yang jelas karena ga tahu mau jaid apa…
Aniwei mengenang cerita kuliah emang tak ada habisnya ya mba.. pengalaman kerjanya luar biasa.. jagoan di banyak bidang mba… 🙂
Bisa lulus di dua universitas impian itu hebat banget menurutku. Apa lagi kalau sanggup melepas salah satunya demi pilihan yang paling nyaman. Saya malah kurang orientasi saat dulu memilih universitas dan jurusan. Tapi saya yakin, semua yang terbaik yang telah digariskan.
Seneng yah mba kalo inget-inget cerita masa muda. Keputusan yang sulit pasti ya mba, ngelepas ITS huhu, tapi Alhamdulillahnya jebol lagi di PTN ya mba…
Wahh.. Kagum sih sama valuenya dalam hidup, life is a matter of choice (bener2 banget). Apalagi sampai bisa yakin ganti jurusan! 😍 Dan kembali lagi untuk urusan rezeki/takdir memang sudah Allah yang mengatur, tetapi kadang ujiannya ada di diri kita sendiri. Salut sama mbak Nurul!
Halooo, Aqma! Aku udah mampir ke blog kamu, dan WOWWW! Kece khanmaeeenn, itu tombol FOLLOW BLOG-nya di mana ya? Ku pingin dapat notif tiap ada postingan baruuuu
Aigoooo.. mimpi apa aku semalam mbak Nurul mampir, komen dan follow blog akuu :”)
Btw, mbak Nurul adalah blogger pertama yang follow aku, aku seneeeeng banget serius.. Terima kasih banyak mbak Nurul ❤ Semakin memotivasiku untuk terus menulis di blog dan semoga bisa menjadi blogger sukses seperti mbak Nurul 😀
wah daebak bisa lulus d 2 kampus keren mba. Iya sih mba informatika rada2 punyeng belajarnya. mesti byk latihan n logika yg kuat