Rumah tangga ibarat sebuah kendaraan.
Ia digunakan untuk menempuh sebuah perjalanan.
Seluruh anggota keluarga ibarat penumpang dengan perannya masing-masing.
Penumpang Ayah dan Ibu ibarat nahkoda dan navigatornya. Merekalah yang memiliki rencana dan akan mengumumkan kepada seluruh anggota keluarga; ke mana tujuannya, lama perjalanan yang ditempuh, dan apa yang dilakukan ketika sampai di tujuan.
Berbekal informasi tersebut, maka setiap anggota keluarga dapat mengukur persiapannya, apa saja bekal yang dibutuhkan.
***
Bertahun-tahun, saya berada di sebuah kapal bernama keluarga yang berlayar di lautan nan tenang. Hingga saya merasakan itu semua sebagai sesuatu yang taken for granted. Nyaris tak pernah sungguh-sungguh menimba ilmu dan wawasan seputar Islamic Parenting, ataupun metode pengasuhan yang berlandaskan teladan pada Rasulullah. Mayoritas seminar/workshop yang saya ikuti adalah parenting class yang mengusung rumus kekinian. Bisa dibilang, sekuler alias tidak melibatkan/jauh dari sentuhan agama.

Ada kalanya langit cerah memayungi, dan ombak melaju tenang, perlahan tapi pasti, mendorong bahtera menuju tanjung harapan.
Di lain waktu, langit gelap hitam pekat dan amuk badai menerjang. Tak pelak lagi, bahtera terguncang hebat sampai nyaris terhempas karam. Di sinilah, dibutuhkan kepiawaian sang Nahkoda.
Seperti ilustrasi itu, bisa kita simpulkan, bahwa bekal terpenting seorang kepala rumah tangga adalah: kesegeraan, ketegasan dan cermat mengambil langkah penyelesaian, ketika turbulensi menghampiri kehidupan rumah tangga. Tak ada satupun yang berharap badai datang menerpa, tapi….apabila badai itu benar-benar datang, maka kita sudah lebih dulu tahu, langkah-langkah seperti apa yang harus kita lakukan.
***
Setiap keluarga tentu berharap, bisa merawat dan membesarkan anak dengan baik. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, adaaa saja aral rintangan yang kita temui di tengah perjalanan.
Satu yang harus dijadikan rujukan kaum muslim: Kembalilah ke ALLAH. Kembali ke Al-Qur’an dan sunnah Rasul (Hadits). Maka, apapun kerisauan yang kita rasa, insyaALLAH bakal menemukan jalan keluarnya.
Maka, apabila di awal tahun ini, boleh jadi kita menggoreskan resolusi yang luar biasa. Salah satunya, bisa menghadirkan generasi yang shalih(ah), atau keluarga sakinah mawaddah wa rohmah. Andaikata hingga bulan ke-4 ini, resolusi itu belum tergapai, Bismillah….. Tetaplah semangaaattt!
Ada sejumlah tips, agar kita bisa menghadirkan keluarga yang disinari nuur/ cahaya Illahi
(1). Ciptakan dialog yang hangat antara Ayah-Ibu dan anak dengan tema surga-neraka.
(2). Kaitkan segala sesuatu yang ada di sekeliling anak, dengan tujuan akherat, yaitu betapa kita berharap sama-sama masuk surga-Nya Allah.
(3). Dialogkan tentang sejarah kebesaran Islam, sampaikan bahwa anak-anak kita adalah orang-orang hebat yang akan mencetak sejarah itu
(4). Sampaikan berulang-ulang, “Nak, ayah dan ibu ingin kita kelak bertemu di surga-Nya Allah.”
(5). Semoga amar ma’ruf nahi mungkar yang dilakukan orang tua bisa menyirami setiap jengkal hati anak.