Dia yang Resign, Saya yang Baper

Sebenarnya, banyaaaaaak banget alasan yang bisa mendorong seseorang untuk resign, keluar dari kerjaan lama, dan berburu kerjaan baru. Tapi, khusus untuk cerita teman saya satu ini, kok kayaknya agak susah saya mengerti dan pahami ya.

Baca: To Resign or not to Resign

Teman saya ini kerja di sebuah industri media konvensional. Yap, media cetak. Posisinya udah lumayan lho. Ibaratnya, dia nih udah orang ring 1 gitu deh. Pokoke, di usia yang masih (relatif) muda, boleh dibilang dia udah berada di posisi yang mak nyus.

Apalagi, bolak/balik dia dikirim kantornya buat liputan ke luar negeri, ke event yang prestisius banget, termasuk salah satunya adalah liputan Olimpiade di Inggris. (dan kalo nggak keliru, anak nomor duanya lahir pas doi lagi liputan gitu. Makanya dikasih nama salah satu atlet yang happening banget pas Olimpiade)

Begitu desas-desus menyebutkan kalau 31 Juli adalah hari terakhir dia kerja di perusahaan itu, hasrat kepologi-ku tak terbendung.

WHY

Itu pertanyaan pertama. “Kayaknya hampir semua orang memperebutkan posisi kamu lho. Kenapa musti resign?”

ABIS GINI, PINDAH KE MANA?

Ini juga yang bikin ‘aneh maksimal’. Mempertaruhkan sebuah posisi di perusahaan yang (relatif) stabil, untuk pindah ke perusahaan yang baru?

“Aku juga nggak nyangka kalo bakal resign dari perusahaan ini. Tapi gimana ya, aku ditawarin sama mas XXX, ya kamu tahu sendiri lah. Aku nggak bisa nolak permintaan dia.”

***

Aneh aja sih, menurutku. Dan 31 Juli, ketika dia pamit dari kantor itu, sahabatku yang lain tiba-tiba WA.

“Mas YYY akhirnya resign lho. Duh.”

Yang aku tangkap, orang-orang mungkin rada shocked. Ya sama kayak logika yang aku pakai. Udah ada di posisi lumayan mentereng, gaji dan tunjangan OK, lah kok malah pindah ke institusi lain yang yaaaaaa….. dibilang prospektif juga belum ketahuan lah.

Etapiiii, ga tau yaa… kok aku ngerasa ada aura yang berbeda.

“Atau…. jangan-jangan Mas YYY memutuskan berani resign, karena ngelihat perusahaan tempat kalian bekerja udah kurang prospektif? You know lah…. digital era…. dan sekarang banyak juga kan media konvensional yang akhirnya gulung tikar?”

“Haduh, Ruuuulll…. Jangan bilang gitu, kenapa?”

“Yaa, siapa tau kan?”

 

 

To Resign or Not to Resign

Yeayyy! Bentar lagi kalender di rumah udah hampir expired nih. Well, to be honest, saya ngerasa beraaaatttt banget berpisah dengan 2017. Tahun ini tuh, rasanya nano-nano, gado-gado, karedok, campur aduk bangeeeettt! Ya ada lah satu dua insiden yang bikin kalbu saya terkoyak terkaing-kaing *halah, bahasamuuuuu mak!* tapi, tentu saja, itu semua tertutupi dengan buanyaaaaakkknya kebahagiaan duniawi yang saya dapatkan.

Yeah. I’m talking about kesempatan yang Allah berikan pada diriku untuk bisa traveling overseas. Sampe ke Amrik. Diundang Google. GRATIS. Ini super-duper-rezeki-yang-boleh-jadi-once-in-our-lifetime gitu lah.

Baca: Creative People Goes to Google LG Summit 2017 

Continue reading “To Resign or Not to Resign”