Alhamdulillah, postingan ini jadi pemenang di Hari Blogger angingmammiri.org. Info lengkap di sini
Majalah TEMPO terbitan Desember 2006 itu masih saya koleksi. Nama-nama perempuan hebat yang bercokol di sana sukses bikin dada saya berdentam kuat. Mereka semua perempuan.
P e r e m p u a n. Dan mereka bisa melakukan BANYAK HAL yang bahkan orang laki-laki saja belum tentu bisa!
Ya. Ada dari mereka yang berprofesi sebagai teknisi pesawat terbang. Ada pula pekerja rig. Pilot Pesawat Terbang. Atlet terjun payung. Bahkan, dokter bedah mayat!
Mereka semua penuh inspirasi. Sangat-sangat melejitkan harapan dan semangat pada siapapun yang membaca profil yang tersaji.
Majalah ini terbit 2006. Dan masih saya simpan.
Saya berharap, suatu ketika, saya menjejak batu yang sama. Berada di “strata” yang sama, sebagai perempuan Indonesia yang bisa memercikkan—walau sedikit—inspirasi dan semangat yang sama. Sungguh, saya berharap wajah saya bisa muncul dalam edisi majalah “Bukan Perempuan Biasa” entah tahun kapan.
Satu yang melekat kuat di benak saya adalah profil seorang diplomat. Retno Lestari Priansari Marsudi. Begitu namanya.
Perempuan yang bisa memainkan tugas diplomasi dengan begitu “cantik”. Prestasinya terus melaju. Membubung tinggi. Hingga tidak salah, Pak Jokowi menunjuk dia sebagai perempuan pertama yang memegang tampuk Menteri Luar Negeri republik ini.
***
Ketika perempuan hebat itu terus melaju, menapaki karir dan kemahiran mereka masing-masing, saya masih tercenung, apa diferensiasi saya? Apa yang membuat saya tetap bisa “ada” di tengah riuh, heboh, semarak, dan gegapnya dunia?
Cogito ergo sum. Tiba-tiba kalimat Descartes, filsuf dari Perancis ini berdenging di telinga. Aku berpikir maka aku ada.
Aku berpikir, maka aku ada. Bagaimana semesta bisa tahu bahwa aku tengah berpikir? Bagaimana khalayak bisa paham dengan buah pikir yang tengah saya produksi?
Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Kali ini, kata-kata Sayyidina Ali bin Abi Tholib yang bergentayangan di pelupuk mata.
Sayup-sayup, saya mendengar sebuah kalimat “sakti” dari Pramoedya Ananta Toer.
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Ya. Saya tetap ingin menulis. Meninggalkan jejak untuk sebuah keabadian.Saya ingin tulisan-tulisan saya kelak akan menjadi cahaya yang menerangi diri, di akherat. Sebagaimana seorang Helvy Tiana Rosa, yang tak pernah abai dan lalai, selalu melahirkan “bayi-bayi” tulisan yang memaksa kita untuk mengasah nurani, mempertebal empati, untuk lebih menggelorakan semangat kebaikan, melalui tulisan yang tajam.
“Apa yang kau tulis adalah semacam jejak yang terus menyala di dunia, dan bisa menjadi cahaya akhiratmu.” (Helvy Tiana Rosa).
Ya! Saya bisa menjadi seperti mereka! Saya bisa berpikir. Saya sanggup menganalisa. Saya sanggup berkutat dalam tumpukan literatur, memamah referensi dan berdansa dengan diksi yang presisi, agar melahirkan artikel yang melesakkan cahaya untuk akherat saya! Saya bisa! Saya pasti bisa!
Tapi…. Siapa yang mau memuat buah pikir saya?
Koran-koran itu… Majalah-majalah itu… Tidakkah sudah terlampau banyak para peramu kata yang begitu brilian, menghadirkan ribuan artikel yang nonjok, nendang bin cethar?
Aaah… Sudah waktunya saya bikin “medium” saya sendiri. Eurekaaa…. ada “makhluk” bernama BLOG!! B l o g !!!
Saya yang jadi penulis, admin, editor, publisher… Saya ngeblog, untuk mengerucutkan buah pikir yang terkadang berlompatan tiada kendali. Saya ngeblog, untuk menunjukkan kepada dunia, apa saja ide, spirit dan segala macam hal yang kerap bermuncratan tak kenal jeda. Saya ngeblog, sebagai wujud persembahan kepada Sang Maha Segala, bahwa saya adalah abdi-Nya yang ingin memanfaatkan “harta berharga” yang Dia titipkan kepada saya berupa kemampuan untuk sekedar merangkai kata.
Saya ngeblog, maka saya ada. Blogito, Ergo Sum
Biarlah nama saya belum terpampang dalam jajaran Bukan perempuan biasa. Tak perlu ambil pusing soal itu. Karena toh, saya sudah menjadi diri saya sendiri: bukan bocah biasa (dot wordpress dot com)
Selamat Hari Blogger Nasional!
“Seperti apakah Anda? Menurut saya, paling tidak Anda adalah apa yang Anda tulis.”― Helvy Tiana Rosa
Surabaya, 27 Oktober 2014
Ditulis dengan tinta penuh cinta oleh @nurulrahma untuk memeriahkan Hari Blogger Nasional
Setuju mak.. *nulis bisa sambil momong anak 😀
Like this :))) Eh, mak, daku mau nanya deh. Leyla Hana = Leyla Imtichanah kah?
blog membuat kita menjadi ada ya mak 🙂
Suka sama quote-quote nya ^^
Dan saya sukaaaa banget baca postingan mak Shinta hari ini.
Super duper enlightening! Yayyy
selamaaaaaaaat…ini harinya para blogger…
“kalo suaramu tidak didengar, maka menulislah, mungkin tulisanmu akan dibaca”
hihihihii, ini bener banget (aku pernah ngalamin) *curhat :p
Yes, indeed! :))
hohoho… mak nurul memang bukan bocah dan juga perempuan biasa… salute
Bener mak. Daku bukan bocah = karena udah gede. Dan daku memang perempuan biasa, hihihi….
maksudnya bukan bocah, bukan perempuan biasa… tapi luar biasaaaaa.. jempol
Aaaahhh…aku jd kangen Descartes #hlo? hihihihi. Gudlak ngontesnya Mak, pengen ikutan jg tapi ga ada ide 😛
Suka baca filsafat juga ya mak? Keren iiih… aku bacanya cuma quote2 para filsuf ajah.
sukaaaaa…entah kenapa, padahal bikin pusing kan ya hihihihi. Tapi waktu kuliah emang sempat belajar 2 semester, dan pas dapet dosen yg super asyik, jadi weh tambah suka 😀
Betewe eniwei selamat hari blogger nasional mak *salaman *duduk *makan kueh 🙂
Congratsss untuk kita semua muaaa muaa :))
Saya ngeblog, maka saya ada. Blogito, Ergo Sum
keren tuh 🙂
Ma’aciiih mbak :)) Ini hasil gathuklogy (menggathuk-gathukkan)
cewek mgkn krn lbh tekun ya.. jadi hampir bs smua profesi dia bisa.. aamiin mbak, semoga terkabul impiannya.. aku jg mau dong jd salah 1 wanita menginspirasi hehe
Hayuk kita calling mbak2 jurnalis Tempo, hehehe…
Eh, saya juga punya cita-cita yang sama. Jadi perempuan yang menginspirasi. Alih-alih bisa menginspirasi lewat blog. Amin ya Allah 🙂
setujuh maakk, selamat hari blogger yak 🙂
Apa pun medianya, teruslah menulis, apalagi menulis di blog itu, bisa bebas mengungkapkan segalanya karena kita adalah reporter sekaligus editornya.
Yang penting, jadilah blogger dengan gaya sendiri, dan itu sudah kamu punyai 🙂
Terus menginspirasi ya ❤
Makasiii makpuh.. Meski bebas,tetap kudu bertanggungjawab. Saya sepakat bgt dgn postingan mak injul,man shintaries Dan status mak haya soal blogger yg kudu santun. Walo kita editornya,tetep big no utk postingan yg saru Dan Sara (pinjem ungkapan pakde Cholik)
hebat u yah masih ada bukunya
Heran jg saya kok majalah udah DELAPAN taon lalu masiii aja saya simpen, hihihi…
wooooo sy ngeblog maka saya ada, setujuuuuu ituh juga salah satu alasan kenapa sy kepingin kepincut ketagihan ngeblog mak, ngeblog itu asik bisa dikenal orang ahahahaha *parah ini tujuan, klo gak ngeblog sy gak kenal maher zain dong eh bukan bocah biasa eh bukan perempuan biasa, selamat hari blogger nasional mak
Mak Evrina bisaaaa ajaa hihihi…
Makasiii ya mak, dikau adalah sumber inspirasiku :))
afaaaaa? masaaa salah besar ituh hehe. sama2 mak kita ini saling menginspirasi kok. hayuuu kita tebarkan pesona eh kebaikan *maaf om maher
ngeblog bikin bahagia mak, pastinya
Bisa jadi sarana katarsis yang cespleng ya mak, hihihi….
Waaah selamaaat ya maak.
Tengkiu mak tjantik :))
Makasi, makasii
Semangat ngebblog!!! sekalian bantu jawab mak, leyla hana = leyla imtichanah
Hihihi… ma’aciiiih pencerahannya mak.
Barusan terjawab juga, soalnya doi punya blogdetik dgn alamat leyla imtichanah 🙂
ngeblog itu sesuatulah pokoknya,selamat ya makkk..^^
inspiratif!! sukaaa >.<
singkat tapi mengenaaaa^^