Bagaimana Jadi Pintar dan Tetap Rendah Hati?

Beberapa waktu lalu, saya mem-posting foto THE MENANTU(S) di Facebook.

Captionnya kayak gini nih:

THE MENANTU(S)

Eh, mau tanya deh, gimana hubungan para menantu di keluarga kalian?
Penuh drama kumbara kah? Saling sirik satu sama lain? Sering terlibat love and hate relationship kah?

Kenalin. Ini nih, para menantu di keluarga besar kami. Bpk/ibu mertua saya punya 4 anak, semuanya laki-laki, otomatis ke-4 menantunya adalah perempuan (sungguh penjelasan yang sia-sia). Biarpun berjenis kelamin sama (dan semuanya berhijab) karakter kami jauuuuh berbeda. Ada yang amat sangat doyan makan (itu saya!), ada yang kalo ngomong bawel nyerocos tiada henti (eh, itu saya lagi), ada juga yang gampang minder bin baper kalo ngeliat kesuksesan anak dan menantu yang lain (loh, ini kok saya juga) hahaha. Yang jelas, 3 menantu lainnya itu tipikal ibu shalihaat, suri tauladan role model of the year gitu deh.

Tapi asyiknya, biarpun mereka punya karakter yang sungguh idaman setiap lelaki di muka bumi, para saudara ipar ini sama sekali engga mengintimidasi. Kami saling curhat, menguatkan setiap ada masalah, dan bikin grup WA yang random abis deh. Kadang ngebahas soal perkembangan anak, soal ART yang bikin galau, soal menantu paling brilian yang jadi speaker di forum kedokteran di Jerman, macam-macam lah. Ga ada ceritanya saling sirik-sirikan. Dan yang penting lagi, setiap (minimal) setahun sekali, kami sempatin buat hang out ke destinasi wisata dan foto hore kayak gini nih… Ini pose ulala pas kami lagi plesir ke Floating Market di Lembang Jawa Barat.

IMG_4867
Tante Tina (dua dari kanan) di depan floating market, Lembang Bandung

Nah, dari keempat menantu Bapak/Ibu Arief Santoso, ada satu sosok yang super-duper inspiring di mata saya.

Namanya Hasrayati Agustina. Kami biasa panggil “Tante Tina”. Doi adalah dokter spesialis patologi anatomi yang berpraktik di RS Hasan Sadikin Bandung, juga jadi dosen di Fakultas Kedokteran Unpad Bandung.

Patologi anatomi itu sering berurusan dengan pasien kanker dan aneka mutasi genetik lainnya. Jadi, Tante Tina inilah yang jadi narasumber andalan saya, manakala banyak pertanyaan menyeruak seputar kanker paru.

Baca: Yang Sering Ditanyakan tentang Kanker Paru

Yep, for your information, ibunda saya berpulang tahun 2016 lalu, setelah bertarung melawan kanker paru stadium 4.

Nggak pernah tebersit di batok kepala, bahwa Ibunda saya akan terjangkiti penyakit super-duper-ganas itu.

Karena itulah, di tengah kekalutan yang amat sangat, saya bersyukur ada Tante Tina yang bisa dikontak via telepon anytime! Plus ia sangat sigap untuk menjelaskan gimana-gimananya soal kanker paru itu.

“Mbaaaa… habis CT scan, bilang ke dokternya untuk minta dibiopsi ya. Setelah itu, mba harus terus komunikasi dengan bagian lab, untuk tanya gimana hasil biopsinya. Karena proses setelah itu, sampel akan dikirim ke Kalgen Jakarta, jadi prosesnya memang cukup lama. Memang merawat pasien kanker itu, selain tenaga, biaya, juga butuh kesabaran….”

Entah kenapa, saya selalu merasa “All is well” setelah mendengar penjelasan Tante Tina via telepon.

Tante Tina ini gimana yaa… inner beauty-nya itu memancar lewat pilihan kata, nada suara dan meski dibekali ilmu kedokteran yang paripurna… sama sekali tak membuat Tante Tina jadi sosok yang tinggi hati.

IMG_7377
Tante Tina (kiri) kerudung peach

Tak pernah sekalipun ia merasa “Saya ini dokter, saya tahu lebih banyak hal ketimbang kalian….” blasssss…. Nggak ada perasaan semacam itu yang nangkring di benak Tante Tina.

Dan yang lebih mengejutkan lagi… seminggu sebelum Ibunda saya berpulang, Tante Tina, suami dan kedua putranya menyempatkan diri untuk beli tiket pesawat Bandung-Surabaya PP, demi menjenguk ibunda saya.

((Ada sih fotonya, tapi lupa saya simpen di mana))

Yang menjenguk Uti Fat itu buanyaaaak. Banyak Banget. Saya bisa bersikap tegar di depan para penjenguk. Tapi, khusus penjenguk spesial dari Bandung ini…. ketegaran saya runtuh. Bulir air mata mengalir begitu saja. Mereka adalah IPAR saya. Tante Tina dan suaminya sebenarnya tak perlu repot-repot menjenguk Uti Fat. Tapi mereka datang. Mereka datang, dengan mengelus-elus badan Uti Fat, menggenggam tangan keriputnya, plus membacakan Al-Ma’tsurat dengan begitu indah……

 

Masya Allah…..

Sungguh…. saya dilanda penasaran yang amat sangat, bagaimana Tante Tina bisa sebaik ini?

Menjadi pintar secara intelegensia, barangkali bukan hal yang terlampau sulit. Belajar yang tekun, makan-minum bergizi, terus asah kemampuan untuk jadi maestro di bidangnya.

Akan tetapi, untuk menjadi PINTAR sekaligus RENDAH HATI? Tidak semua orang sanggup. Terlebih di zaman seperti ini, di mana kita sangat mudah mendapatkan akses untuk bisa show off, nyinyir, atau menjatuhkan pihak lain.

Tante Tina memilih untuk berada di jalur yang pas. Ia tetap brilian, menjadi dokter patologi anatomi dengan passion yang kuat. Plus, menjaga hatinya agar tetap rendah… Tak perlu woro-woro soal kehebatan, toh, orang lain yang akan mengapresiasi apapun yang ia lakukan.

Saya bersyukur bisa punya ipar secantik, sebaik dan secerdas ia. Walaupun saya engga ada apa-apanya, seujung kuku pun nggak ada apa-apanya dibandingkan dia… Alhamdulillah ‘alaa kulli haal.(*)

 

 

 

 

 

Advertisement

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

14 thoughts on “Bagaimana Jadi Pintar dan Tetap Rendah Hati?”

  1. Seru ya kl sesama menantu kompak gini. Kl di tempatku anak-anaknya yg hebring sendiri, menantunya tinggal ngikut. Maklum menantu kebanyakan cowok jd yg cewek pd cewewet…

  2. Senangnya kalau akur sesama menantu ya… Semuanya cantik2 paras dan hatinya, aamiin… Pengen bisa kayak tante Tina deh, pintar dan baik hati begituuuu ❤

  3. aku belum ada saingan, moga entar dapat adik ipar yang baik juga….salut juga sama Tante Tina, orang yang pinter sejati emang bisa milih mana yang baik dan mana yang ngga penting buat dilakukan…

  4. salam sayang buat tante Tina, dan semua menantu kayaknya sukses semua deh, dan yang paling sukses yaaaa.. yang nulis artikel ini dengan indah, di mataku ^^

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: