Hidup Udah Ribet, Ngapain Ikut Blog Challenge?

Wkwkwkw, yaaah, namanya juga hidup…. pasti adaaa aja keribetan dan kerempongan yang menyertai di dalamnya. Kita kan masih ada di DUNIA. Artinya berseliweran hal-hal baik, buruk, yang bikin hepi, sedih, gundah gulana, marah, kesel… semua peristiwa berkelindan dalam roda kehidupan nan fana ini. Begitu juga dengan episode perjalanan hidup yang saya lalui.

Ndilalah, di awal tahun 2022 ini, saya kebagian episode yang cukup bikin seorang @nurulrahma tidak bisa banyak berkutik 🙂 Yap, saya sedang diamanahi ujian sakit, dan kesulitan untuk beranjak ke sana ke mari. Bahkan, saya bikin folder MEMOAR GAK BISA KE MANA-MANA di laptop 🙂

Continue reading “Hidup Udah Ribet, Ngapain Ikut Blog Challenge?”

When One Door of Happiness Closes…

When One Door of Happiness Closes…another opens; but we often look so long and so regretfully upon the closed door that we do not see the one which has opened for us.

Saya sukaaaaak banget sama quote di atas. Kutipan yang konon bersumber dari Alexander Graham Bell ini, jadi semacam “mantra” dalam lika-liku kehidupan yang saya jalani. 

Tahu sendiri lah, kalau tidak semua prestasi/ kebanggaan/ kegembiraan senantiasa menemani hidup kita. Seperti yang sering dikutip banyak orang, hidup laksana roda. Berputar terus. Kadang di atas, kadang di bawah. Bahkan, seorang Dian Sastro pun, yang terlihat begitu perfecto, juga punya masa-masa struggling bersama ibundanya yang seorang single parent

Baca: Terpukau Dian Sastro

Apalagi aku yang jelas-jelas rakyat jelantah 😛 kalo dibandingin dengan Dian Sastro ya kan? Udah pasti, banyak momentum duka/ sedih/ nelangsa yang hadir dalam sejumlah hari di hidupku. 

Terkadang, ada satu peluang yang terpampang nyata di depan mata. Akan tetapi, tiba-tiba peluang itu lenyap…. hilang begitu saja. Apakah harus disesali terus-menerus? Apa kudu meratapi lantaran rezeki yang batal hadir? 

NO WAY!

Teriakkan secara lantang mantra itu, kisanak!

When One Door of Happiness Closes…another opens; but we often look so long and so regretfully upon the closed door that we do not see the one which has opened for us.

 

 

 

Kamu Tim #DominanMaskulin atau #DominanFeminin ?

Kamu Tim #DominanMaskulin atau #DominanFeminin ?

Hufttt, ternyata menyenangkan banget yak ikutan program One Day One Posting ini. Gimana kita kudu meluangkan waktu, buat mikir postingan yang sesuai dengan tema… padahal di saat bersamaan, rumah riweuh bin rempong, karena bapak mertua saya baru saja berpulang, Ahad 11 Februari lalu. Mohon doa ya, semoga amal ibadah bapak mertua diterima di sisi Sang Maha dan beliau dimasukkan ke dalam surga-Nya. Aaamin aamiiin ya robbal alamiiin…

Ini saya lumayan pontang-panting cari waktu biar bisa posting haha. Jadi, harap maklum yak, kalo postingan di atas tanggal 11 tuh, kayak sekedar curhat saja (laaahhh, emang biasanya situ juga doyan curhat, bukaaaan qiqiqiq)

Tema kali ini adalah membedah sifat diri sendiri, seberapa maskulin atau seberapa femininkah diri akyuu.

Baiklah. Aku yakin, setiap orang pasti punya kepribadian yang unik, beda antara satu manusia dengan manusia lain.  Takaran maskulin dan feminin juga beragam. Gitu juga dengan @nurulrahma. Kalo ditanya @nurulrahma hari ini, dengan @nurulrahma sekian dekade yang lalu (eh ladalaaah, tuwir amat buuuk) tentulah kadar maskulin-feminin itu berbeda. Demikianlah.

***

Tahun 2004, aku tuh kerja jadi reporter di Liputan 6 SCTV. Tugasnya adalah: meng-cover berita APAPUN di Kawasan Surabaya dan sekitarnya. Apapun ini, mencakup berita: ekonomi, lifestyle, bisnis, politik, termasuk…. kriminal. Kalo sekedar gelar perkara misalnya maling ketangkep, atau bandar narkoba dibekuk polisi gitu sih gampil surampiil. Yang “horror” itu adalah…. Ketika aku kudu meng-cover berita: Ditemukan Mayat Korban Pembunuhan. Atau Jenazah Korban Tabrak Lari dalam kondisi yang euwwwwww…..

Sekedar info, aku tuh TAKUT lihat darah. Pas kelas 3 SMA, aku pernah ikutan psikotest, dan oleh bapak psikolog senior, aku disarankan masuk Fak Kedokteran Unair. “Enggak, deh. Saya ngga mau masuk kedokteran. Biayanya mahal… kuliahnya lama dan berat…. Aku takut nggak kuat. Udah gitu, aku nggak berani lihat darah. Ntar kalo mau praktikum, trus aku pingsan, gimana?”

HAHA. Alesyaaaaaan.

Nah, terbebas dari takdir daftar jadi dokter (demi ga lihat darah), ternyata aku terjebak ke takdir berikutnya: Lihat darah manakala liputan criminal. Ya gitu itu deh, Namanya jodoh. Sekuat apapun kamu menghindar, kalo emang takdir jodohmu itu, ga bisa nolak sama sekali dah.

DSCF7761
Kalo Liputan Simulasi Keamanan ala Terminal Teluk Lamong gini sih, eikeh demen bangeeeettt

Awal-awal liputan, jantungku berdentum kencang. Aku kerap sembunyi di balik punggung cameraman…. dan aku lihat penampakan si mayat yang menggetirkan….dari viewfinder kamera yang dibawa sohib cameraman-ku ituh!

Hihi. Sampai bapak2 penjaga kamar mayat sering nge-bully, ”Loalaaah, mbak reporternya takut! Ayo mba, lihat langsung bandengnyaaa!”

–FYI, dulu polisi-petugas kamar mayat-wartawan sering pake istilah ‘bandeng’ untuk menyebut mayat yang meninggal dalam kondisi tidak wajar (pembunuhan, bunuh diri, dll). Aku sampe rada males makan ikan bandeng, gegara hal itu. Padahal, sebelumnya aku pecinta aneka olahan bandeng BANGET!—

Lama-kelamaan…. Karena aku bergaul dengan banyak laki (mayoritas kameraman itu cowok kan?) ya aku ketularan sisi maskulin mereka. Gaya bercanda, cara ngomong, pola pikir, wis… pokoke aku asyique-asyique wae cangkrukan ama para laki. Kecuali….. aku ngga suka kalo mereka ngrokok klebas-klebus… atau mulai bercanda dalam konteks porno. Waah, BHAY deh kalo gitu mah.

Yang menyenangkan dari pergaulan dengan para laki adalah… mereka jarang Baper. Apa-apa langsung diomongkan saat itu juga. Kalo ada tingkahku yang bikin mereka sebel, ya langsung disampaikan. Nggak pake acara ngerasani/ nggosip di belakangku…. Trus aku denger laporan dari Mas Y kalo Mas A sebel ama aku. (tapi nggak semua cowok kaya gini juga sih. Ini tipikal cowok yang ada di ring 1 *halah* lingkaran pergaulanku)

Jadi semuanya serba open-minded. Sikap maskulin juga membuat aku lebih berani. Termasuk, berani lihat mayat! Wawww, ini “prestasi warbiyasak” nih!

Sikap maskulin juga bikin aku sama sekali nggak takut pas kudu liputan naik helicopter tempur (walau rasanya kayak mau muntah), melakukan doorstop berusaha wawancara Presiden RI waktu itu (dan lenganku dicakar oleh Paspampres yang lagi bertugas), termasuk ngetrip ke Singapura dan Malaysia (GRATIS! Hihihi)

Baca: Traveling Gratis ke Singapura dan Malaysia 

Intinya….. aku berterima kasih bangeeeettttt sama teman2 laki yang udah men-support dan bikin jiwa jurnalisku keluar!

THANKS MUCH!

Tapi gimanapun juga… aku kan perempuan yeee. Kudu seimbang lah. Kalo terlalu maskulin, ntar ane dikira cewek jadi-jadian. Haha. Sisi feminin ini mulai muncul, setelah aku resign dari Liputan 6. Waktu itu, aku pindah ke sebuah korporasi multinasional, yaitu pabrik rokok, haha! (lesson learnt: kita nggak boleh TERLALU benci sama sesuatu hal/ orang. Karena boleh jadi, kita bakal ketulah/ kualat, dan malah kerja di industry produk yang kita benci ntuh)

Di pabrik rokok itu, aku mengemban tugas jadi Public Relations. Jangan bayangin aku kudu tampil cantik, elegan menawan dengan make up on point yak. Aku emang jaraaaang banget dandan… tapi sifat feminin itu muncul lewat cara aku memperlakukan para klien. Dalam hal ini, klienku adalah para wartawan, yang juga sohib-sohibku zaman liputan, haha!

Intinya, walau kita udah bolo plek, bukan berarti aku bisa bersikap sakarepe dewe. Kudu professional banget, karena PR kan membawa nama perusahaan, yes. Jadinya, tiap bikin media gathering/ briefing, ataupun media tour sampai ke luar kota… aku selalu berupaya untuk ‘forever nice girl’ gitu lah di depan mereka.

Nah. Itu cerita bertahun-tahun lalu. Kalau hari ini? Yaaaah, kedua sifat itu pasti masih melekat pada diriku. Kadang aku #DominanMaskulin. Tapi di lain waktu, aku juga menjelma jadi #DominanFeminin.

Kalau teman-teman, gimana? Tim #DominanMaskulin kah? Atau justru tim #DominanFeminin ?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menjadi “Blogger Apa Adanya” di 2018

Hadeuuuh, judulnya euyyy, hahaha.

Oke, untuk One Day One Post (ODOP) kali ini temanya cukup wakwaw:

Sebagai blogger, tentunya ingin punya ciri khas, termasuk menciptakan trend sendiri. Walau belum nge-top, langkah apa yang dilakukan supaya bukan sekadar menjadi follower namun menjadi pencipta trend yang inovatif?

 

Jyaaah… pencipta trend yang inovatif?

Huuummm…. berkaca dari masa-masa awal saya kecemplung di ranah per-blogging-an dan jaman now… memang selalu ada blogger yang “ngetren” pada masanya. Yap, sama dengan idiom: Tiap orang ada masanya, dan tiap masa ada orangnya.”

Duluu… kita seneng banget baca postingan berbau curhat. Makin ke sini, cihuy banget kalo lihat blogger yang nge-post tulisan dengan infografis aduhai. Trus.. bertambah lagi deretan blogger yang berhasil bikin kita makin betah pantengin blognya karena ada gambar yang bisa digeser-geser ((DIGESER-GESER))

Kalo aku?

***

Hmmm…. karena rada lemot di bidang kreativitas digital (FYI, saya nggak survive berkuliah di Teknik Informatika ITS, haha!) saya susaaaah banget mengimbangi blogger dengan segenap skills yang uhuy itu. Pengin, sih… belajar infografis, edit video, dll. Tapi ya udah…. berhenti di “pengin, sih” doang qiqiqiqiqi

Jadi, apa yang aku bisa?

Well… sepertinya aku bakal jadi bloger aapa adanya!

 

Terima Kasih Tak Terhingga buat Guru/ Dosen/ Mentor Bahasa Inggrisku

Sudah bukan cerita baru kalau banyaaaak banget aneka mata pelajaran di sekolah yang ternyata sama sekali enggak kita pakai di dunia nyata. Padahal, buat bisa lulus pelajaran ntuh (dapat nilai minimum) dibutuhkan kerja keras, darah dan air mata perjuangan lho. Eh la dalaah… ternyata fungsinya nyaris kagak ada.

Kalau dalam kasus saya, pelajaran Fisika. Aduduuh, begitu jam Fisika, udah jelas perut saya mules tarakdungces! Rasanya grogi banget kalo disuruh ngadepin aneka rumus yang rentan bikin kerontokan rambut mendadak.

Udah gitu, zaman SMA, salah satu guru Fisika saya angker-angker lucu. (lho??) Iya, kombinasi yang sungguh ajaib yak? Beliau tuh sebenernya kocak, ikrib banget ama para murid, dan sangat mampu menjelaskan keruwetan materi Fisika dengan Bahasa dan gaya yang mudah dipahami. Tapiiii… kalo kita kagak bisa ngerjakan soal, atau kita datang telat masuk ke kelasnya…. phewww… siap-siap dipermalukan di depan khalayak ramai, haha!

Zaman dulu, mana berani kita protes atau ngelawan guru? Pokoke manut dan hormat grak. Beda ya dengan zaman sekarang, duh… masih sedih banget dan nggak habis pikir, kalau baca berita tentang murid yang mukulin gurunya di Sampang Madura itu.

Eniwei… beberapa pelajaran seolah tidak memberikan benefit apapun dalam hidup. Meskipun begitu, saya yakin ada hal-hal lain yang tetap berfaedah dong.

Dalam kasus saya… pelajaran Fisika-nya (dan segabruk rumus yang pating njelimet kuwi) enggak diaplikasikan dalam hidup sehari-hari. Tapiii…. Gaya mengajar si Bapak guru, sedikit banyak membentuk karakter para muridnya. Kami jadi terbiasa berhadapan dengan tipikal orang yang ngeri-ngeri sedap gitu, ye kaaan. Trus, gimanapun juga pelajaran sains dan hitung-hitungan macam Matematika, Fisika dan Kimia itu, mengajarkan kita untuk jadi pribadi yang teliti dan nggak sembrono. Jadi kalau mau Cek Tagihan Listrik PLN  kita nggak salah pas baca dan lihat angka-angkanya, gitu lho.  

Next, kalau ditanya pelajaran apa yang benar-benar BERMANFAAT BANGET dan banyak diterapkan dalam kehidupan? Sudah tentu saya jawab….Bahasa Inggris!

Saya ini produk edukasi tahun 1990-an. Materi Bahasa Inggris baru diberikan ketika duduk di bangku SMP. Dan… rasanya langsung jatuh cinta banget ama materinya!

Saya ngga keberatan ditugasi buat menghafalkan bentuk irregular Verb, ataupun segabruk tenses yang (mau tidak mau harus kita akui bersama) lumayan njelimet juga.

Apalagi, waktu duduk di bangku SMA, saya kan aktif di organisasi reporter pelajar Surabaya Post. Beberapa rekan saya (yang berasal dari sekolah lain) Bahasa Inggris-nya cas-cis-cus banget tuh! Udah kayak air mengalirrrrr aja, nggak pake mikir. Nah, @NurulRahma  masa remaja kan kompetitif banget yak 🙂 Wis piye carane, saya juga nggak mau kalah dengan kepiawaian mereka.

Trus, karena skor Bahasa Inggris di raport lumayan menggembirakan, saya ditunjuk buat mewakili sekolah buat lomba debat kepemudaan PAKAI BAHASA INGGRIS! Nah lho. Kalau sekedar ngomong menyuarakan isi hati pakai Bahasa Indonesia mah gampiiil. Lah ini, Bahasa Inggris booo! Dan…. para peserta (utamanya yang berasal dari SMA Swasta favorit) mereka punya skill deliver their opinion yang super-duper awesome!

Bisa diduga, saya pulang tanpa membawa trofi kemenangan.

Duhh… makin penasaran dan semangat dong, buat belajar Bahasa Inggris. Biasanya lewat lagu-lagu masa itu… saya berburu lirik lagu di majalah GADIS, atau kalau ada teman yang punya kasetnya, saya catat deh liriknya dan dihafalin! Haha. Gitu deh, perjuangan yang sampai titik darah penghabisan, demi bisa meng-upgrade skill berbahasa Inggris.

Lagu-lagu zaman itu apa aja ya? Yeah, seputar boyband macam Westlife, Boyzone, NSync dan penyanyi cewek kayak Britney Spears, Mandy Moore, Christina Aguilera, gitu- gitu deh. Trus, ada sahabat saya yang punya CD/DVD film banyaaaak banget. Biasanya kami nonton pilem-pilem bule itu, yang ada subtitle Bahasa Inggris. Kayak gitu-gitu deh belajarnya.

Udah pasti, belajar Bahasa asing manfaatnya terasa everlasting. Yang jelas, zaman SMA, skill berbahasa Inggris itu saya manfaatin kalo mau ngecengin bule, haghaghag

CHRISTOPHE-2

Baca: Terobsesi Bule

Dan, kalo pas ke luar negeri, udah pasti, kita sebaiknya punya skill berbahasa Inggris. Pas ke Thailand, memang tidak banyak sopir taxi/ penjaga toko yang bisa berbahasa Inggris. Biasanya transaksi dilakukan pakai kode-kode angka di kalkulator. Suatu ketika, saya belanja ke toko T-shirt di kawasan Asiatique. Penjaga tokonya piawai berbahasa Inggris. Waaah kesempatan deh, buat minta diskonan qiqiqiqqi. Lumayan lho, selisih  baht yang kita bayarkan (kalau dirupiahkan) bisa banget dipakai untuk Bayar Tagihan Listrik PLN 

Ada lagikah cerita lainnya? Yeeeepp, waktu itu kami sempat nyaris ketinggalan pesawat di Bangkok Thailand (pas mau pulang ke Indonesia)

Baca: Nyaris Ketinggalan Pesawat di Bandara Thailand

Hamdalah… dengan bekal skill Bahasa Inggris, kami bisa melewati rintangan yang menghadang, dan bisa naik Air Asia tanpa kurang suatu apapun, plus sampai di Indonesia dengan lancar jaya aman Sentosa!

selfie 1
Rombongan tourist asal Indonesia yang empat di antaranya nyaris ketinggalan pesawat. Eh si Indah dan Yogi tuh  getting married lho! Di foto ini, mereka berpose mengapit diriku. Haghag… auraku emang mak comblang partikelir banget 😀 

 

Skill Bahasa Inggris udah pasti dibutuhkan kalau kita berada di forum internasional. Misalnya di forum Google Local Guides Summit. Atau,  kalau teman-teman mau kerja di multinational corporation, udah pasti WAJIB BANGET menguasai Bahasa Inggris.

Teman-teman pada aktif berkontribusi memberikan review dan foto di Google Map, kan? Nah, mulai sekarang, asah kemampuan Bahasa Inggris! Carilah partner yang bisa diajak diskusi dan ngobrol in English. Jangan takut diketawain. Jangan takut dianggap sok kebarat-baratan. Soale, Bahasa itu kan masalah terbiasa atau enggak… dan kudu banget dipraktekin. Kalau kita saban hari cuma ngobrol dan bicara dalam Bahasa Indonesia, ya nggak heran, kalau kita gape banget dan menguasai Bahasa ini.

Baca: Pergi Gratis ke Amerika bareng Google, Gimana Caranya?

 

IMG_0634
Mau ngecengin ngobrol sama pengamen di Amrik? Ya kudu bisa bahasa Inggris!

Coba deh, amati teman-teman yang masuk pesantren, misalnya di Gontor Ponorogo. Bahasa Inggris dan Arab mereka jagoan banget, karena (correct me if I’m wrong) setahu saya mereka bakal didenda sama ustadz/ah kalo ketahuan ngomong pake Bahasa Indonesia.

Baca: Dilema Pondok Pesantren

Daaaaan… kalau kita terbang ke lain benua, udah pasti pramugari/a nya kan bukan orang Indonesia. Ya kita kalo request atau nanya sesuatu, pastilah pake Bahasa Inggris. Tempo hari, kami, para peserta Google Local Guides summit, naik maskapai Singapore Airlines. Penerbangannya lamaaaa banget, sekitar 20 jam, itupun pake transit di Singapore dan HongKong.

Aku kan gampang laper dan haus ya sist. Walaupun udah dikasih jatah makan 3 kali (plus snack) di pesawat, terbang dengan durasi amat lama tuh bikin cacing-cacing di perut terkaing-kaing *halah. Nah.. untungnya aku duduk di bangku yang deket banget ama pantry pesawat. Jadi, tiap sekian jam sekali, aku samperin tuh para fligh attendant yang ada di situ, sambil nanya, ”Do you have some coffee?”

Service Singapore Airlines emang juaraaak! Aku minta kopi doang, eh, sama dia ditambahin bonus apel, pisang cavendish, cokelat, dan snack macem kacang plus biscuit yang lumayan banget jadi ganjel!

“Ouwww… thank you very muccchhh!”

Dan… dengan bekal Bahasa Inggris juga, kita bisa nanya ke resto/ kafe yang kita tuju. Saya muslim. Saya tidak makan babi, alcohol, wine, dan minyak babi… semacam itu deh. Makanan/minuman mana yang harus saya hindari? Dan mana yang bisa saya konsumsi?

Kita juga bisa numpang sholat di toko lho! Udah pasti, ngobrol dengan owner tokonya pake Bahasa Inggris

Baca: Ngetrip ke Amerika, Gimana Sholatnya

See? Buanyaak banget manfaatnya! Izinkan saya berterima kasih kepada para guru di SMP 17, SMA 16 Surabaya, kampus ITS dan Unair yang sudah men-deliver ilmu jariyah mereka, dalam berbahasa.(*)

Surprise Visit by Neno Warisman untuk Ibuku

Tidak banyak aktris berkarakter kuat yang dimiliki Republik ini. Bisa akting, piawai nyanyi, jago ceramah, dan punya stamina luar biasa. Satu dari yang sedikit itu, menurut saya, adalah Bunda Neno Warisman.

Buat generasi wong lawas (termasuk saya, tentu saja) pasti nggak asing dengan nama ini. Lebih hebring lagi, pas kita menyaksikan penampilan dia di tayangan (semacam sinetron gitulah) “Sayekti & Hanafi”.

Bahkan dalam diam-pun, Neno tetap berakting. Dan dia merampas atensi kita, untuk menyaksikan “drama” yang tengah ia mainkan.

Makanya, sekitar 5 tahun lalu, pas beliau jadi pengisi acara Halal bi Halal di kantor, saya antusias banget menawarkan diri jadi liaison officer/pendamping Bu Neno.

Well, barangkali nama dia udah nggak se-cethaaarrr tempo doeloe, paling tidak, Bu Neno sudah meninggalkan jejak, berupa nama & kepiawaian besar di kancah seni.

Bareng Pak Edi, driver kantor, saya jemput Bu Neno, Sabtu siang. Ini kejadiannya udah agak lama ya…. jadi saat itu kondisi Bu Neno adalah seorang single parent.  Agak kaget juga, karena si aktris multitalenta itu berangkat ke Surabaya SENDIRIAN. Dia bawa 2 tas super-gede, TANPA asisten sebiji pun. Bbeugghh!

“Abis gini, bisa nggak ya, anter ke rumah ayah angkat saya di Perak?” request Bu Neno, pelan.

Ya sudah, meluncurlah kita ke Perak.

Alhamdulillah, tol-nya lancaaarrr jaya… Kita bisa mampir sebentar ke sebuah RM Padang di Perak, yang rasanya ngalor-ngidul-nggak-jelas dan nggak bakal deh, mampir lagi ke resto ntuh. Trus, ngobrol ke rumah Ayah angkat Bunda Neno… dan aku sempat bobok sebentar di sofa depan hahahahaha

neno-lunch
Biarpun kurang endeus, tapi habis banyaaak 😛

***

Setelah puas ngobrol sama ayah angkatnya, Bunda Neno dan kami cuss ke Rungkut.

O iya, kantor Nurul Hayat ada di Rungkut ya, tepatnya di Perum IKIP Gunung Anyar Surabaya telp 031-878 3344. In case teman-teman penasaran, ini kantor apa sih? Di sini, ada aqiqoh, ada layanan umroh dan KBIH, juga ada layanan pembayaran zakat, infaq, wakaf dan amal lainnya. Cuss ke website www.nurulhayat.org aja untuk tahu lebih lanjut ya.

Balik lagi ke cerita Bunda Neno. Pas di jalan… aku tuh yang keinget ibuku. Yeap, ibuku adalah tipikal Neli (nenek lincah) yang juga aktivis masjid, pengajian, pokoke energi untuk beramal tuh kayak meluap-luap gitu lho. Ibuku juga suka banget dengan profil Bunda Neno.

Begitu tahu kalau Bunda Neno mau jadi pemateri di Halal bi Halal Nurul Hayat, ibuku antusias buat datang! Hanya saja… sayang banget timing-nya nggak pas. Ibu udah kadung janjian ama temannya buat memimpin acara pengajian ibu-ibu di kawasan Surabaya timur.

Baca : Surat untuk Ibu 

“Bunda Neno… kita mampir sebentar ke rumah Ibu saya ya. Bentar aja paling 10 menit….”

“O iya, gapapa. Rumahnya di mana?”

“Ini… deket banget, kita nglewatin kok. Sama-sama daerah Rungkut juga.”

“Iya, gapapa.”

Aku langsung menelepon rumah, Alhamdulillah…. Ibu yang angkat teleponnya.

”Ibu ada di rumah tho? Jangan ke mana-mana ya. Aku habis gini mau ke rumah sebentar,” kataku dengan nada sewajarnya. Sama sekali tak kuinformasikan bahwa aku sedang membawa special mysterious guest (halah!) buat bertamu ke rumah kita.

“Ono opo tho Dek?”

“Gapapa. Ada yang mau kuambil. Sebentar aja. Ibu jangan ke mana-mana, soale aku nggak bawa kunci rumah.”

“Oke.”

Nggak pakai lama…. Sampailah kami di depan rumah. Kuajak Bunda Neno untuk memasuki teras rumah yang demikian bersahaja.

“Assalamualaikuuuuum…..”

Ibuku membuka pintu ruang tamu, dan…..

“Masya Allah….. Allahu Akbaaaar! Ini mbak Neno Warisman…! Yo ngalaaahhh, dek, kok nggak ngomong-ngomong yen bakal  ngajak Mbak Neno….! Waduh, Ibu Cuma pake baju kayak gini…. Bu Soniiiiii…… Bu Tataaaang….. Mba Sitiiiii…… Ini ada Mbak Neno Warisman di sini….!”

emak gue

Ibuku bertransformasi laksana  anak TK yang menemukan toko mainan super-lengkap, plus ketemu mbak-mbak SPG yang sigap membagi-bagikan tester aneka ice cream, cokelat, dan permen. Beliau se-HAPPY itu! Se-GIRANG dan se-HISTERIS itu! Memanggil para tetangga kami, buat diajak foto bareng. Tapi sayangnya kami datang  jam 3 sore, di mana para tetangga biasanya ribet dengan urusan dapur dan kamar mandi.

Ibu masih tidak percaya ada sosok Neno Warisman yang berkunjung ke rumahnya nan sederhana.

“Ini belum disiapin apa-apa. Haduuuh, piye iki ya?”

“Nggak apa-apa Ibu…. Tadi mba Nurul ajak saya ke sini, sebagai surprise visit untuk Ibu… Kan Ibu selama ini udah jadi koordinator donator zakat infaq wakaf di Nurul Hayat. Nah, ini saya juga dalam rangka mengapresiasi apa yang Ibu lakukan… Besok jangan lupa ikutan Halal bi Halal ya…. Saya tunggu lho di NH….”

Ibuku masih berkubang dalam riang. Ia tidak segera menjawab request Bunda Neno, karena yah…. itu tadi. Ibu udah terlanjur bikin janji dengan squad pengajiannya.

“Makasih udah datang ke sini ya Mba Neno…. Makasiiih……”

Ibu memberi isyarat “You’re such a ‘crazy’ girl!” ke arahku. Yeah. Ibu selalu tahu, kalo anak perempuannya ini super aneh. Kadang penuh dengan ledakan kejutan. Di satu sisi nyebelin, tapi… kalo lama-lama aku tinggal ngetrip, Ibu kangen juga lah sama aku.

Sekarang, aku yang kangen banget sama Ibu. Sudah nggak bisa aku dengar tausiyah Ibu. Sudah nggak bisa merasakan antusiasme Ibu ketika mengumpulkan Ibu-ibu di kompleks kami untuk belajar ngaji. Sudah nggak bisa mendengar keinginan Ibu untuk umroh. Terlambat. Semua sudah terlambat. Rupiah yang aku kumpulkan dengan susah payah, belum berjodoh dengan rindu Ibu untuk kembali ke tanah suci.

Baca :  Umroh bareng Ibu

Maaf, Ibu.

Cuman gini doang surprise yang bisa aku kasih buat Ibu. Hingga Ibu berpulang, aku belum bisa kasih kebanggaan apapun. Sidqi belum menjelma jadi hafidz, seperti yang Ibu impikan. Aku? Hafalan surat pendek juz 30 juga belum komplet. Tapi, aku berusaha, Ibu…. aku berusaha. Setidaknya, ketika malaikat maut menunaikan tugasnya, semoga aku tercatat dalam golongan “yang berusaha mengakrabi, menghafal, mentadabburi dan melaksanakan isi Al-Qur’an.”

Ibu istirahat tenang ya. InsyaAllah, sooner or later, I will join the club!

Datang akan pergi
Lewat kan berlalu
Ada kan tiada
Bertemu akan berpisah

Awal kan berakhir
Terbit kan tenggelam
Pasang akan surut
Bertemu akan berpisah

Heii Sampai jumpa dilain hari
Untuk kita Bertemu lagi
Ku relakan dirimu pergi

Meskipun Ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap Tanpa dirimu
Ku harap terbaik untukmu 

(“Sampai Jumpa” by Endank Soekamti)

 

 

Never Stop Learning!

Di 2018 ini, ada satu YouTuber yang super-duper meng-influence hidup saya. Mungkin juga hidup Anda. Errr, sebenernya dia lebih sering meng-upoad videonya di FB sih, tapi saya lebih demen lihat di YouTube, eniwei 🙂

Nama channel-nya… Nas Daily. Nas ini orang Arab-Palestina tapi pegang paspor Israel. (sungguh complicated, yak?) Hehehe. Dia sangaaaatt passionate dengan traveling plus bikin dan editing video dan meng-upload-nya SETIAP HARI. Setiap hari, sodara!

Sungguh takjub dengan konsistensi, kelihaian, dan ide-ide yang seolah nggak pernah absen dari otaknya. Gokil kan? Lebih gila lagi, dia meng-upload video berdurasi 1 menit saja dengan konten yang amat padat dan mengusung message yang clear. Gilak, gilaaak!

Apapun yang di-posting Nas membangkitkan rasa penasaran, dan saya yang langsung membatin, “Gilaaaak….aku harus ke sana niiih!”

 

So… kalau ditanya, apakah skill yang ingin saya miliki di 2018? Tentu saja, skill ngevlog (ambil stock shoot plus editing) yang meningkat  ketimbang periode sebelumnya.

Saya sebenernya ngga ada masalah dengan ngomong di depan kamera, yeah, walaupun kadang malu juga kalo dilihatin orang di tempat umum hahahahha. Tapi, saya kudu meng-upgrade hal-hal lainnya. Seperti ide/gagasan yang akan disampaikan dalam vlog, pengambilan gambar dengan angle yang menarik, editing yang ciamik. Yeah, minimal saya bisa bikin konten yang nyerempet-nyerempet Nas Daily gitu lah, hahahaha halu 😛

 

 

Itu skill untuk menambah kualitas sebagai content creator.

Selain itu, sudah pasti saya juga pengin ikutan workshop menulis! Iya lho… udah lama banget saya nggak “mengasah kapak”. Pengin banget ikutan pelatihan yang diampu oleh penulis handal, macam Dewi Lestari, atau Tere Liye mungkin? Intinya, saya ingin menjadi “NOL” dan mengisi “gelas kosong” supaya kualitas artikel yang saya produksi juga kian mengalami akselerasi.

Target Kampung Akherat 

Naaaah…. kalau vlogging itu pada umumnya berorientasi dunia kan? Tentu saja, saya nggak boleh lupa untuk mengisi ruhiyah dan mempersiapkan masa depan di kampung akherat.

Alhamdulillah, saya dikelilingi banyaaaaakkk orang baik. Isna (dan suaminya, mas Opik), mba Zentha, Kaka dan banyaaaak lagi yang selalu ngingetin jadwal kajian bareng Ustadz. Kami sama-sama menekuri jalan sunyi, menyimak tausiyah dari para pewaris jejak Nabi. Gimana caranya, supaya rezeki yang didapat ini tidak membuat kami terlena, kemrungsung dan terus-menerus mengejar dunia.

Bagaimanapun juga…. akherat adalah destinasi akhir, yang harus kita siapkan dengan sekuat jiwa.(*)

 

 

 

 

Ini Guru Favoritku, Kalau Kamu?

Dari TK, SD, SMP, SMA sampai kuliah, buanyaaaak banget guru/dosen yang saya jumpai, dan masing-masing punya story plus keistimewaan tersendiri.

Huumm, coba yaa, saya ingat-ingat. Siapa saja guru dan dosen yang memorable di kalbu saya.

Disclaimer: Ini foto-fotonya pake sesi sharing session pas Google Local Guides Summit yak. Soale “guru-guru” di Google nice-looking semua hahaha. Lumayaaaaan kan?

TK

Ketika TK, ada satu guru yang sabaaarrr banget. Namanya Bu Kholifah, kita panggilnya Bu Khol. Pokoke beliau itu tipikal guru yang ususnya Panjang deh, hahaha. Biarpun anak TK berisiknya ampun dije, Bu Khol ini tetap sabar. (segitu doang sih, ingetanku tentang zaman TK)

SD

Yang memorable pas SD? Ofkors Bapak ARDI SANTOSO! Sengaja ditulis pake font capital semua, karena si bapak guru ini ganteng, baik, tinggi, gaul, murah senyum, sorot matanya tajam laksana elang. Heiii, para siswi di SD kami terkena Oedipus complex massal, salahkan Pak Ardi deh! Siapa suruh jadi orang ganteng amat, hahahaha. Dan, para cowok di SD kami jadi kelihatan nggak menarik blas… karena hati dan konsentrasi kami terpaut ke Pak Ardi, hihihi.

O iya, waktu itu, saya termasuk cewek yang beruntung. Soale aku hobi baca puisi, dan pak Ardi tuh yang ditunjuk buat melatih tim delegasi SD kami ke lomba puisi di tingkat kotamadya (atau propinsi ya? Lupa.) Trus, aku juga jadi sekretaris kelas, lumayan sering lah berurusan dengan Pak Ardi (dari kecil udah jago modussss hahaha).

Pak Ardi idola kamiiii…!

(btw, gimana ya kabar beliau sekarang? Apakah di masa senjanya Pak Ardi juga menganut prinsip ala Tom Cruise dan Richard Gere?)

CHRISTOPHE-3

SMP

Masuk SMP, Pak Ardi udah terlupakan babar blas. Dasaaaaarr Oedipus complex ala-ala kau! Ya gimana, saya bersekolah di sebuah SMP, yang cowoknya lumayan unyu-unyu hoehehehe. Beberapa kali saya ikutan lomba mewakili SMP, kayak olimpiade matematika, lomba P-4 dan sebagainya. Guru yang memotivasi saya, salah satunya, sebut saja Ibu Liana.

Ibu Liana ini nggak tau kenapa, kesannya kayak benciiiiik banget ama saya. Apapun yang saya lakukan, selalu salah di mata dia. Kalo di kelas, misalnya saya lagi nunduk nih, gak ada angin bohorok gak ada angin putting beliung, bisa banget lho, dia menjerit nyaring, ”NURUL…!! KAMU NGAPAIN NUNDUK MELULU?!? MAU NYARI KOIN?!”

 

Gak tau apa dosa awak. Sama yang lain doi nggak jahat-jahat amat. Eniwei, gimanapun juga saya berterima kasih sama Bu Liana. Berkat suara gahar dan gayanya yang jahara ntuh, saya jadi setrooong! Dan, setiap ikut lomba mewakili sekolah, saya jadi super-pede, mau menang mau kalah, bukan lagi masalah.

Pas mau lulus SMP, Bu Liana baru ngasih tahu alasan di balik sikapnya, ”Maaf ya Nurul… saya bersikap begitu bukan karena benci sama kamu. Tapi saya pingin kamu kuat!”

Iyes Buk, iyesssss.

SMA

Di masa SMA, lebih banyaaaak lagi guru yang punya kontribusi besar dalam hidupku. Hmm, Pak Prasojo, guru Bahasa Indonesia, beliau yang menyematkan passion menulis dan berkecimpung dalam sastra.

Pak Herdik (Fisika) dan Pak Zaenal Arifin (Matematika), beliau berdua adalah guru eksakta sekaligus guru kehidupan. Yang mengajarkan disiplin tingkat tinggi. Pokoke, jangan sampai TELAT kalau masuk kelas deh. Telat dikiiiiitt aja, udah diusir ama beliau beliau ini hahahaha.

Kuliah 

Masa kuliah, hmm… ada beberapa dosen yang lumayan memorable. Salah satunya Bpk Yan. Beliau mengampu mata kuliah apa yaa… lupa… pokoke beliau salah satu dosen idola, zaman saya kuliah di Ilmu Komunikasi FISIP Unair Surabaya.

Selain jadi dosen, Pak Yan ini juga konsultan komunikasi/marketing/branding gitu lah. Suatu ketika Pak Yan baruuu aja selesai menunaikan tugas as consultant, dapat fee yang lumayan banget dong. Nah… Pak Yan berprinsip, dalam setiap rezeki yang ia terima, ada hak sebesar 2,5% (berupa zakat profesi/maal) yang harus ia tunaikan ke mereka yg berhak, sesegera mungkin!

“Prinsipnya, tunaikan secepatnya, jangan ditunda-tunda! karena manusia ini tempatnya lupa, dan kalau ditunda… besok kita akan terjerat rasa ’eman’ untuk mengeluarkan hak kaun dhuafa,” begitu kurang lebih ujar beliau.

Sepulang dari kasih training, Pak Yan naik angkutan umum, lalu ganti becak (dosen saya ini emang low profile kok).

Ngobrol ngobrol ama pak becaknya… dan sesampai di rumah, Pak Yan mengeluarkan duit 250 ribu rupiah!

Si abang becak kebingungan dong. Ni orang rabun dekat apa pegimane, kok ngga bisa bedain warna duit hahahah. “Lho pak…. kebanyakan paaaakk…. tarif becak saya nggak segini….”

Pak Yan bertutur sabar, “Gini Pak. Ini 250 ribu adalah zakat maal yang harus saya tunaikan. Mohon Bapak terima ya. Soalnya, saya kuatir besok udah ada acara dan rezeki lain, jadi saya nggak sempat ketemu Bapak. Nah, untuk tarif becak, ini saya bayar 15 ribu. Terima kasih ya Pak. Semoga rezeki kita berkah dan lancar.”

***

Pak Yan mengajarkan saya untuk jangan sampai kalah oleh “eman”. Wah, eman-eman… udah kerja keras kok duitnya dikasih ke orang lain… Nah, itu dia! Bisikan setan tuh haluuuussss banget. So, mulai sekarang, kayaknya prinsip pak Yan bisa banget kita jadikan teladan. Invoice cair, jangan lupa (minimal) 2,5% langsung salurkan ke kaum dhuafa! Atau, cari saja lembaga amil zakat profesional di kota Anda.

Bisa? Harus bisa!

 

Bagaimana Jadi Pintar dan Tetap Rendah Hati?

Beberapa waktu lalu, saya mem-posting foto THE MENANTU(S) di Facebook.

Captionnya kayak gini nih:

Continue reading “Bagaimana Jadi Pintar dan Tetap Rendah Hati?”