When One Door of Happiness Closes…another opens; but we often look so long and so regretfully upon the closed door that we do not see the one which has opened for us.
Saya sukaaaaak banget sama quote di atas. Kutipan yang konon bersumber dari Alexander Graham Bell ini, jadi semacam “mantra” dalam lika-liku kehidupan yang saya jalani.
Tahu sendiri lah, kalau tidak semua prestasi/ kebanggaan/ kegembiraan senantiasa menemani hidup kita. Seperti yang sering dikutip banyak orang, hidup laksana roda. Berputar terus. Kadang di atas, kadang di bawah. Bahkan, seorang Dian Sastro pun, yang terlihat begitu perfecto, juga punya masa-masa struggling bersama ibundanya yang seorang single parent.
Baca: Terpukau Dian Sastro
Apalagi aku yang jelas-jelas rakyat jelantah 😛 kalo dibandingin dengan Dian Sastro ya kan? Udah pasti, banyak momentum duka/ sedih/ nelangsa yang hadir dalam sejumlah hari di hidupku.
Terkadang, ada satu peluang yang terpampang nyata di depan mata. Akan tetapi, tiba-tiba peluang itu lenyap…. hilang begitu saja. Apakah harus disesali terus-menerus? Apa kudu meratapi lantaran rezeki yang batal hadir?
NO WAY!
Teriakkan secara lantang mantra itu, kisanak!
When One Door of Happiness Closes…another opens; but we often look so long and so regretfully upon the closed door that we do not see the one which has opened for us.
Salah satu quote yang jadi mood booster daku juga nih 🙂
Yes, true! Kl ga ada pintu yang terbuka, pasti ada juga kok jendela yang terbuka! There will be hope and miracles, if we believe 🙂
nice quote… quote bisa jadi mantra supaya kita lebih semangat
Sayangnya aku termasuk golongan orang yang suka stucked nunggu pintu yang tertutup untuk terbuka. Jadinya ya gitu deh… 😦