Follow my twitter @nurulrahma
Akhir tahun 2018 lalu, ada tiga rezeki ngetrip yang datangnya dari arah tidak disangka-sangka. Aku diundang untuk plesir ke Jogja (bareng indekostour, salah satu layanan online untuk traveller); ikut Netizen Gathering bareng MPR RI di Jakarta, dan pergi ke Banyuwangi untuk program CSR XL Axiata. Itu semua terjadi dalam satu bulan saja!
Aku yang….. speechless, bener-bener bersyukur buangeeett, bisa ketiban sampur untuk ikutan acara-acara asyique semacam ini. Camping (menginap di tenda beneran!) di kaki gunung Merapi… lalu bikin api unggun, bakar jagung dan sosis, plus ngobrol bareng content creator sahabat kami yang tinggal di Jogja.

Lalu menuju destinasi hype bin kekinian, seperti Warung Kopi Klotok, Tebing Breksi, Hutan Pinus Mangunan, dan SEMUANYA Gratis. I am really grateful.
Kalo mau baca liputan seputar Glamping assoy geboy ini, silakan cuss ke artikel ini
Tidak berselang lama, aku diajak untuk plesir ke Jakarta, berkunjung ke Gedung MPR, lihat Museum Macan, lalu ke daerah wisata Kota Tua, dan dinner di resto Jimbaran yang ada di Ancol. What a fabulous trip! Kami juga diinapkan di Hotel Sultan, salah satu hotel nyeni/ yang masih mengangkat nilai tradisional di pusat ibukota.
Liputan seputar Deklarasi Netizen MPR RI ada di artikel ini yaaa
Next, trip yang tak kalah seru, bareng salah satu provider seluler. Kami diajak untuk menikmati panorama Banyuwangi yang luar biasa indah, ke Pantai Pulau Merah, Hutan Djawatan, makan siang di Waroeng Kemarang yang buagusss banget! (plus menunya enak-enak paraaaahhh!), dan menginap di Hotel El-Royale Banyuwangi, hotel yang baru berusia 1 tahun dan cantiiik buanget.
I dunno what to say selain ALHAMDULILLAH. Alhamdulillah. Alhamdulillah.
***
Pertanyaannya sekarang adalah…. Apa yang gw rasakan dari semua perjalanan ini? Apakah gue hanya having fun, ambil foto selfie di sana, selfie di sini? Hahahihi poto bareng dengan semua peserta trip? Atau apa?
Karena to be honest, lingkup pergaulan dan tuntutan buat eksis di socmed, itu yang paling banyak menyita pikiran dan atensi. Saban cuss ke suatu destinasi, yang jadi pertanyaan adalah: Ntar paling bagus foto selfie di mana yak? Ntar gw pake baju apa ya, biar kelihatan (agak) kece di foto. Ntar gimana caranya biar foto eikeh kagak “bocor” yak, alias banyak orang-orang lain yang nggak nongol di foto. (Padahal, pengunjung lain juga ogah kalo muka kita nongol di foto mereka, hahahaha).
Nah…. Akhirnya kita cuma mikirin hal-hal yang sifatnya sebatas “kulit” aja. Nyaris kita tidak sempat melakukan refleksi, atau sekedar memberikan “meaning”, pemaknaan terhadap aktivitas yang kita jalani. Kita datang ke sana ke sini, grubyak grubyuk ambil foto sebuanyaaaak mungkin (yang di-upload pokoke pose “Gue kagak kliatan gendut!”) Segitu doang! Tapi…. meaning-nya nihil.
***
Ketika acara trip berakhir, dan gw selonjoran di kamar hotel, saat itulah biasanya berondongan pertanyaan muncul.
“Sudahkah aku benar-benar bersyukur dengan semua anugerah yang Allah berikan?”
“Aku poto-poto tadi, motivasinya apa? Sekedar buat hepi hepi joy? Atau… jangan-jangan, ada modus terselubung, bahwa aku pengin pamer? Pengin dianggap lebih unggul ketimbang yang lain?”
“Apa aku juga mempelajari tentang nature dari destinasi yang aku kunjungi, gimana behind the story atau cerita di balik destinasi ini… ataukah aku hanya sibuk dengan diri sendiri?”
Dan…. Pertanyaan pamungkasnya adalah……
Dengan semua kebaikan dan rezeki yang gue terima, sempat tersirat sebuah tanya: Untuk seorang makhluk yang bergelimang dosa, jangan-jangan ini sebuah istidroj? Astaghfirullahal ‘adzim…
Baca: Berkah atau Istidroj
***
Menyematkan Meaning dalam aneka peristiwa di hidup kita, insyaAllah membuat diri ini senantiasa waspada. Tidak terjebak bangga berlebihan… Ujub…. Dan rentan memiliki pola pikir yang merendahkan manusia lain.
Menyematkan meaning, bahwa Allah telah begitu Maha Baik-nya memberikan serangkaian rezeki yang (lagi-lagi) datang dari arah yang sama sekali tidak kita sangka sebelumnya. Maka, puja-puji teralamatkan hanya kepada Sang Pemilik Segala. Kita, aku, kamu, siapapun diri ini, tak layak mengharapkan puja dari sesama makhluk.
Live humbly! Kita harus menjalani hidup dengan jujur. Nggak perlu sekuat tenaga pengin dipuji orang. Nggak perlu ribet mikirin gimana supaya socmed full dengan Like, comment, followers gue jadi segabruk!
Your worth is not measured in likes, comments, or followers. Jangan jadikan jumlah like, pengikut, dan komentar sebagai standar kebahagiaan kita. Never give the remote control to others.
True happiness is here, lies within ourselves. We don’t need any comments or compliments from others to stay relevant and feel blessed. We just need to focus on the things that really matter: our real life, and how to live it peacefully.(*)
Trims sudah mengingatkan mba.. Kita (eh..tepatnya saya sih..hehe) masih sering lupa memberi makna atas apa yg dilakukan.. Semoga ke depan makin baik lagi aku..
Seru juga ya bisa trip jalan2 rame2 bareng tmn 🙂
Pengen nyobain nginep di tenda2 gt jg mbk hehehe. Yup, every kegiatan yg kita lakukan harus bs mengambil meaningnya ya mbak.
Wah seru banget ya kaka
“Ntar paling bagus foto selfie di mana yak? Ntar gw pake baju apa ya, biar kelihatan (agak) kece di foto”
hhahaha, setiap kali mau ke mana-mana sekarang kudu mikirin hal tersebut, bahkan bukan untuk bepergian karena kerjaan, buat nyetock foto hahaha
Tapi bener mba, kadang eh seringnya saya khususnya lupa memaknai hanya semacam kerjaan atau rutinitas aja, jadinya hampa gitu kadang2 huhuhu
Jadi adem rasanya baca ini, semacam diingatkan kembali 🙂
Bener mba, kalau memikirkan like dan follower aja nggak ada habis-habisnya. Be ourself dan mensyukuri segala nikmat yang sudah diberikan Allah selama ini. Hati jadi enggak mudah panas kalau bisa begini kaaannn…
Bener sih memaknai apa yang dilakukan itu yang paling penting agar enggak sia-sia yang kita lakukan.
Bersyukur, berusaha maksimal, insya Allah akan bikin tenang
Happy for you mbaa makin banyak rejekinya yaa..
Trus iya memaknai apa yang dilakukan itu baik. Jangan sampai niat sharing dikira mengunggulkan diri, jangan juga sampai stress gara2 urusan like followers dan lainnya :))
Wallohu’alam apakah memang berkah atau istidroj hanya Allah saja yang tahu. Terkadang dengan gampangnya segala sesuatu yang kita peroleh membuat kita lena dan kurang peka. Semoga ini memang berkah bagi Mbak dan menjadikannya jalan untuk aelalu pandai bersyukur.
Aku pernah merasakan kondisi seperti itu, gimana ya kalo aku kelihatan gendut, hihiii…enaknya foto pose gimana ya, dan endebrai lainnya. Alhamdulillah sekarang malah kebanyakan menikmati suasana tempat wisata atau event yang aku datangi. Mensyukuri setiap detik yang Allah berikan untuk setiap kesempatan yang aku rasakan. Tapi kemudian terselip sedikit kecewa, aku kok jadi nggak punya foto sendirian, hihiii…
Masyaallah. Seharusnya setiap perjalanan mampu membuat kita lbh bijak menjalani hidup ya
Can’t agree more with the last point. That your life, your worth cannot be measured by likes comments or subscribers. Hidup jaman sekarang tendensinya palsu yaaa mba
Ini yang bikin maju-mundur kalau mau pasang foto selain job di sosmed.
Tapi,
Katanya biar sosmed sehat selalu perbanyak foto dan konten organik…
Alhamdulillah,
Kalau masih diberi kesempatan untuk saling berbagi kebahagiaan, kak..
Semoga bisa menjadi doa agar yang membaca bisa merasakan kenikmatan yang kak Nurul rasakan.
Aamiin~
Alhamdulillah ya mbak, masyaAllah, rejeki yang bertubi tubi itu jadi ujian juga ya sebenernya, bagaimana kita mengelola hati dan mengelola pikiran, agar tetap dalam keadaan seperti awal kita tak memiliki apa apa. ditambah banyak nikmat semakin bersyukur
Kalau kita menghitung-hitung nikmat itu emang sebnrnya tiada terkira ya. Semoga kiita semakin pandai bersyukur dan mau terus belajar
Saya fokus dulu di caption tentang panasnya Jakarta dan Surabaya. Waktu saya ke Surabaya beberapa tahun lalu, saya juga mikir begitu. Tapi, trus mikir lagi, mungkin karena saya gak tinggal di Surabaya.
Pas baca caption IG itu jadi keingetan lagi. Padahal Mak Nurul tinggal di Surabaya, ya. Berarti kita mikirnya sama hihihi
Asik banget ya ini bisa sekalian me time juga mbak, kan kita juga butuh bahagia dengan memberikan reward untuk diri sendiri. Kalau biasanya memberikan reward dengan traveling, gak perlu jauh-jauh sih yang penting bisa memberikan reward itu.
Bahagia banget pastinya ikut trip kayak gini. Aku pun kangen berat kumpul-kumpul dan berwisata bareng blogger euy pengen ikutan jugaa. Semoga kesampaian dalam waktu dekat.
Kalau aku sih jujur aja niat sharing ya just for sharing dan mendulang rezeki wkwkkw tapi memang harus ketahan supaya gak jadi negatif ya
Terima kasih sudah diingatkan. Terkadang kita lupa berbahagia dan bersyukur. Wiiiy..seneng banget ya bisa glamping .
Kalau aku krn gak terlalu doyan selfie sebenarnya jd gak terlalu yg harus pajang setiap kegiatan di mefsos. Paling kalau pengen ya instastory aja. Jd di medsos gk terlalu harus kasi tau kita lg di mana dan ngapain kecuali buat urusan kerjaan sih mbak. Sehingga bisa lbh menikmati aja pas jalan sama keluarga atau teman😁
Rezeki itu bisa datang dari mana aja ya dan dalam bentuk apapun. Allhamdulillah bisa dapet kesempatan menikmati hidup hihihi
Nah kalo aku termasuk jarang mikirin nanti pake baju apa yang bagus buat foto.. haha Baru mikir klo ada ketentuan dresscode dr penyelenggara.. Jadi ketika lihat2 koleksi foto.. lah bajunya itu lagi itulagi..
kalo aku sukanya warna cerah-cerah gitu, tapi kalau event aku lihat IG dulu deh biar gak itu2 terus bajunya hihihi padahal cuma muter aja sih aslinay itu2 juga
Kesentil banget akutuh baca tulisan ini, kadang emang ya kalo kita pergi ke destinasi wisata yang cari pertama tempat instagramable supaya bisa eksis di sosmed, padahal ya itu ngga harus jadi tujuan utama.. yang jadi tujuan utama tetep kita nyaman ngga atau seberapa ngaruh refreshing kita buat diri kita..
Iya banget, enjoy aja. Aku dulu suka pusing dan kepikiran yang kayak begitu. Lama-lama kok gak ada abisnya. Akhirnya mensyukuri aja. Toh kalo rezeki gak ke mana. Da aku juga termasuk yang cuek dengan baju. Bajuku kebanyakan itu-itu aja deh di foto. :)))
Katanya kurang piknik bikin kurang bahagia. Tai menurutku banyak piknik tapi ibadah kurang nah itu yang bikin galau hahahah
saya juga kadang gitu
kalau ke suatu destinasi sibuk mikir gimana pencitraan di medsos dengan foto
bahkan klu perlu beli baju baru biar ga keliatan sama dengan foto sebelumnya haha
tapi sekarang lebih selow
lebih menikmati suasananya
kalau pun foto paling sekadarnya
kadang cuma motor sekitarnya…foto wajah ga ada lagi
kemah? jadi inget masa sekolah dulu deh.
masang tenda, patoknya kurang dalem, ada angin eh rubuh.
belum lagi saat keseruan acara jerit malam 😀
Asik ya mbk bisa ngetrip kemana mana.. Alhamdulillah. Jadi diri sendiri, apa adanya lebih membahagiakan daripada mikirin jumlah like, komen dan followers ya mbk
Wow keren banget pengalaman travellingnya mbak, kapan ya aku bisa semujur dan sepintar dirimu yg bisa mencicipi acara2 yg have fun * busmillah
Jangan lupa bahagia untuk diri sendiri ya, tapi sibuk mikirin dunia maya. Aku juga sekarang yang penting jalanin aja di depan mata, do the best versi me.
Wooo iya itu, hidup untuk selalu memenuhi ekspektasi orang itu bakalan capek banget. Karena setinggi apa pun pencapaian, pasti ada saja yang kurang menurut orang. Karena itu jangan jauh – jauh dari agama agar bisa lebih menikmati hidup.
waaa reminder banget ini. Walau nggak suka foto selfie, tapi kalau bepergian saya juga masih mikir mau ngambil foto di bagian mana, tapi tak sampai mencari tahu informasi di balik foto itu. Padahal informasi dibalik foto itu yang katanya jadi nilai plus sebuah foto
Sejak punya duo krucil, jadi jarang banget selfi, dan pilih jadi fotografer Aja. Kalaupun ada pasti kurang puas karena ga bisa sembunyiin lemak yang bergrlambir.:)
Aku mulai mengurangi pamer2 foto di destinasi wisata. Ntar dijulidin ama netizen hahaha..Aku lebih suka merenung kalau di destinasi atau sekadar ngobrol intim dengan teman. Jauh lebih asyik.
Bersyukur Mbak karena sudah ga punya balita yang kudu dikekepin di bawah ketiak hahaha karena saking inginnya ikut kalau Bundanya mau me time
Juga sebagai ajang bersyukur, masih diberi kenikmatan toh, menikmati indahnya dunia. Bisa memiliki teman yang bisa di ajak berbagi, dalam kebaikan tentunya.
Zaman kemah, aku waktu masih lajang sih Mba. Bukan cuma tidur di tenda sih, di gunung, kedinginan da kekurangan makanan. Seru sih. Tapi sejak nikah. Kemahnya di hotel saja. Hahaha
Itu seru ya bareng teman. Kumpul pasti ngobrol sampai pagi
Nice sharing mba.. makasih ya sudah mengingatkan, Allah itu maha baik ya.
Aku malah kalau jalan jalan malah kalau.bisa jangan ingat sosmed hahaha dalam.arti kayak mudik atau pergi ke LN ya benar benar menikmati perjalanan. Foto iya tapi nggak mikir harus segera upload/bagus atau nggak ya. Jadi nikmat hahahaha enjoy dear…
Sesekali boleh ya mikir follower dan printilannya.. tapi gak terus2an juga hehe
Duh aku j dkepengen nih traveling lagi haha. Namun yang gak pakai acara kerja yaaa, murni traveling. Moga2 bisa terwujud akhir tahun ini aamiin
Banyak bersyukur dan taat InsyaAllah rezeki dan teman yg baik akan terus berdatangan ya mba,,,
Live humbly! Kita harus menjalani hidup dengan jujur. Thank for reminding me..
Lagi berusaha memberi makna agar tercipta bahagia:)
Aku jadi ingat..lama rasanya rejeki travelling tidak singgah di pundakku. Moga segera bisa ya, doakan
Alhamdulillah rezeki ngga ke mana yaa, Ada aja jalannya jadi dinikmati saja. Iya aku juga kalau trip gini dinikmati saja, ngga usah pikirin mau posting haha nanti aja kalau udah selesai acaranya.
Mantap kaka pasti seru
Jadi kangen masa2 sering camping bareng teman2, momen kayak gini natural banget, ikatan persahabatan pun serasa murni tnpa rekayasa
Pertanyaan-pertanyaanmu pun muncul di pikiranku mba. Kadang aku ya nanya, apa ini yang aku inginkan. Kejar foto kiri kanan tapi esensi dari menikmati perjalanan jangan sampai hilang
Luar biasa, Mbak, perjalananmu wis macem-macem. Happy banget pastinya. Tapi bener banget, kadang kita luoa merefleksi nikmat dari perjalanan. Sibuk golek bahan postingan aja, hehehehe.Jadi isin deh, harus lebih peka mulai skrg.
kadang saya jg ngerasa gitu. Allah baik banget mengabulkan segala pinta saya. padahal saya tuh insan yg gimana sih, baiknya cuma dikit. makanya saya sering curahkan betapa Baiknya Allah…tapi takut malah jd kayak pamer
Baca captionnya ada yang 2020 maunumroh bareng ikuuttt haha aaamiinn. Moga dimampukan bisa ke Baitullah bareng teman2 dankeluarga aamiin
#mau umroh🤣🤣🤣🙈🙈🙈
Intinya bnyak bersyukur ya mba ,, membuat arti dlm hidup utk orang yg disayang insyaAllah teman2 terbaik akan datang
huwaaa rezeki emang datang dari pintu yang tak terduga-duga ya mbak. Alhamdulillah, nikmati dan syukuri sambil berkaca ke diri sendiri untuk lebih baik lagi.
Betul mba, sebaiknya memang kita selalu tau ‘meaning’ dari setiap keputusan yang kita ambil, atau setiap kegiatan yang kita lakukan, agar semua itu nggak jadi ‘kosong’ alias sia-sia hehehe. Semoga mba mendapatkan ‘meaning’ yang mba cari yaaaa, dan sambil mencarinya bisa sambil menikmati perjalanan dan kegiatan di depan mata 😀
By the way, saya termasuk yang pengeeeen banget coba glamping tapi belum kesampaian hihi. Melihat post cerita mba kali ini, jadi semakin ingin mencoba glamping suatu hari nanti ❤ plus dari kemarin lumayan banyak yang share soal Banyuwangi, saya juga semakin penasaran mau lihat Banyuwangi hehehe. Terima kasih atas ceritanya mba, semoga mba bisa mendapatkan rejeki-rejeki baru yang nggak kalah menarik nantinya 😀
Mbaaa, beruntung sekali dirimu masih diberi “ingat” untuk merenung.. Insya Allah bukan istidroj lah yaa.. insya Allah ini benar-benar ni’matullah. 🙂
Saya kadang-kadang menyengaja ngga bawa hp kalau pas makan di luar, Mbak.. Kadang suka tanya ke diri sendiri sih.. “Lah, katanya pengen jadi food blogger, kok ngga poto-poto tu gimana…” Tapi ya memang begitu saya tuh. Kalau niatnya pengen lebih dekat sama keluarga, saya tinggal hp saya. Jd yang bawa hp cuma suami aja, barangkali bisa buat bayar-bayar, xixixi..
Dan saat makan-makan itu, kami jadi bisa ngobrol banyak.
Tulisan Bagus kak. Bahagia itu sederhana yakni bersama dalam duka. Apakah bahagia bisa di artikan punya harta, tahta dan wanita (pria) yang merupakan godaan manusia. ? Vokalis Linkin park bunuh diri, padahal dia punya semua yang diinginkan manusia kebanyakan. Harta, ketenaran dan bisa dengan siapa saja. Kembali lagi dunia terlalu fana. Menurut kakak, hidup itu apa? Dan hidup untuk menggapai kebahagiaan apa?
Sepakat banget mbak. Dulu banyak yang hilang pamerlah, lebay lah, tapi sekarang pada tanya rumah makan recomended dimana? Wisata keluarga yg oke dimana? Dsb alhamdulillah
aku udah lupa rasanya ngecamp di kaki gunung, terakahir ngcamp di gunung itu 2014 / 2015. Itupun gak dinamakan camp karena tidurnya tetap diluar hahaha
Trus aku langsung inget dosa2 ku setelah baca ini hahaha
Duh, mari bersyukur dan menjadi lebih baik dan mari piknik lupakan kata tuduhan orang yang tak berarti, mari tetus negblog dan menghasilkan karya
Saya pun setiap traveling ga pernah mikir foto, kecuali memang ada niat buat ditulis. Maka saya siapkan foto sebanyak2nya. Tapi bukan foto selfie. Saya lebih ke foto lokasi, terutama makanannya. Jadi ya saya benar2 menikmati perjalanannya. Mgkn krn saya juga kurang suka selfie ya. Paling 1 atau 2 kita foto bareng2 kalau pas jalan bareng, sekedar buat kenangan.