Ga ada yang nyangka, bahwa 2020 tahun yang begitu cantik (secara angka) ini ternyata menghadirkan kejutan demi kejutan yang begitu hakdesshhh! Yes, I am talking about you, covid-19! Sampai detik ini, belum ada kabar yang bener-bener bikin hati sumringah. Misalnya, info valid soal obat/vaksin yang ampuh bin tokcir mengusir corona. Semuanya masih dalam tahap penelitian dan simpang-siur.
Seperti yang pernah saya singgung dikit di postingan sebelumnya saya sempat dilanda stres, gegara sebaran virus ini. Walhasil, saya kurangi dah tuh, baca-baca info soal corona. Saya hide stories socmed/WA temen2 yang gemar-sekali-I dunno why updating soal jumlah pasien yang terjangkit, yang ODP, yang meninggal dll, gegara corona ini.
Pokoke, saya berusaha MENJAGA JARAK banget dengan info-info seputar corona. Lalu, apa yang saya lakukan selama #DiRumahAja?
***
Ternyata, ngga banyak juga *lhaaaaa π Tapi, paling tidak saya meng-upgrade skill menjadi manusia dengan kemampuan adaptasi yang lumayan π Iya lho, adaptasi memang salah satu ciri makhluk hidup, tapi ini kan juga SKILL yang harus dilatih.
Dengan bisa beradaptasi secara mumpuni, maka saya bisa beranjak melakukan hal-hal produktif lainnya. Semisal, baca Qur’an dan tafsirnya (minimal) 1 juz per hari. Ini sudah saya lakukan secara intens sejak musim karantina. No wonder, hari ini saya udah masuk Juz 29, gaes! Alhamdulillah π
Ya elaaaahhh, ‘cuma’ baca Qur’an aja kok dipamerin? Hmm, terserah sih mau komen seperti apa. Yang jelas, menurutku, justru di musim karantina kayak gini, bisa konsisten ibadah itu sulit, lho. Karena ga ada support system/komunitas offline yang bisa kita jadikan partner.
Let say, gini. Di Ramadhan ‘normal’ lainnya, kita kan bisa tadarusan bareng buibu pengajian di Masjid. Lah sekarang? Paling cuma saling lapor udah kholas (tuntas baca Al-Qur’an) di WA grup, tapi TIDAK berinteraksi secara langsung. Somehow, ini juga bisa menurunkan ghirah/semangat beribadah.
Ngaku aja deh, siapa yang TARAWIH-nya belum bolong sampe sekarang? π Huffft, saya termasuk yang tersungkur banget di bagian ini. Kalau tarawih ke Masjid itu… entah kenapa saya SEMANGAAATT BANGET. Pokoke sholat tarawih + denger tausiyah + lihat anak lari2 di Masjid itu udah kayak “HIBURAN” banget buat aku. Saya seriiingg nolak undangan BukBer, soalnya ya itu tadi, kuatir ga bisa ikutan tarawih di Masjid. Terserah mau dibilang sok alim apa gimana, tapiiiii piye yaaa, tarawih itu favorit aku bangeeettt π
Sekarang? Huffftt, semua DILARANG mengadakan tarawih di Masjid. Termasuk di Masjid al-Wahyu, yang berdiri magrong-magrong di kompleks kami (yang entah udah dibongkar-pasang berapa kali tapi tak kunjung tuntas). Sepi. Nyaris tak berpenghuni.
Corona mengubah kita.
Mengubah kebiasaan, kesukaan, perilaku, sikap, cara pandang. Semua berubah. DRASTIS. Tapiii, ya sudahlah. Memang ini semua udah tertulis di lauhul mahfudz. Tugas kita sebagai manusia: menerima takdir dengan ikhlas, melangitkan doa sepenuh jiwa, dan bertawakkal hanya kepada-NYA.
Mumpung Ramadhan, gaes. Sama-sama berdoa. Sama-sama saling menguatkan, semoga ALLAH Yang Maha Berkuasa mengenyahkan corona dari muka bumi ini.
Menurut pakar Sosiologi dari Universitas Airlangga penerapan New Normal bisa menajdi penyebab terjadinya konflik sosial. Hal ini dikarenakan kondisi pandemi saat ini memberikan pengaruh sosial-ekonomi yang begitu besar sehingga berbagai pihak harus beradaptasi, Selengkapnya di http://news.unair.ac.id/2020/06/13/new-normal-pakar-sosiologi-unair-konflik-sosial-berpotensi-terjadi-di-seluruh-kalangan-masyarakat/