I Believe I Can Fly….!

I believe I can fly 

I believe I can touch the sky

I think about it every night and day

Spread my wings and fly away….

Terbang!
Terbang!

Paralayang adalah salah satu wish-list saya apabila mengunjungi Batu (kota dekat Malang). Sudah pernah saya bahas di postingan ini.

Tapiii, setelah beberapa kali ngebolang ke kota kece ini, kesempatan untuk menginjakkan kaki di Gunung Banyak (lokasi paralayang) baru tercapai 15 Oktober yang lalu.

Rasanya?

Deg deg serrrrrr….  merindiiing pemirsaaah!

Ketika saya dan empat teman lagi berada di sana, pas banget ada kompetisi paralayang selama 4 hari. Diikuti sekitar 80 atlet paralayang profesional. Jadi, yang namanya “manusia terbang” itu waarrr-weerrrr di depan kita, bolak-balik! Atletnya mah (kayaknya) biasa aja, tapi kita  yang nonton itu, berasa ngeri-ngeri sedap 🙂

IMG_9467

Sayangnya, para pengunjung (yang awam paralayang) dilarang mendekat ke lokasi take off. Mungkin takut gangguin para atlet kali yah. Mereka kan kudu konsentrasi untuk “menaklukkan” angin yang berhembus begitu kencaaaang!

Iya loh, kita aja yang nangkring di gunung Banyak berasa semriwiiiing, ini apa kabar ya, atlet-atlet profesional yang tubuhnya tercabik-cabik *halah* oleh angin yang wow-alamakjan-binggo?

IMG_9471     IMG_9472

Duuuuh, menyaksikan mereka terbang mengangkasa, membelah cakrawala Batu… rasanya…. AWESOME!

IMG_9496
kota Batu dari atas gunung Banyak. Breathtaking view….

IMG_9491

IMG_20151015_145523

IMG_20151015_145620

IMHO nih, In My Humble Opinion, yang namanya tantangan paling dahsyat dari paralayang adalah… berdamai dengan diri sendiri. Mengalahkan rasa takut yang menderu-deru. Seperti yang pernah dibilang oleh salah satu mantan presiden Amrik, Franklin Delano Roosevelt

“The only thing we have to fear is FEAR ITSELF” 

Pegimane bisa terbang pakai paralayang, cobak, kalau kita (baca: saya) masih ngerasa ngilu, dengkul klothak-klothak (lutut gemeteran) manakala ngelihat para atlet yang “menghempaskan sekujur tubuh” mengikuti ritme angin yang berhembus dengan begitu kencang?

Iya loh. Anginnya kenceeeeng banget! Sampai ada salah satu atlet yang terbang TINGGIIIII, kita-kita yang awam ini pada melongo. Duh, itu kalau sampai ke planet lain, pegimane yak? Ngeri euy. Belum lagi, kalo misalnya ada pesawat atau helikopter lewat, apa kabar ya cuy? (dan Alhamdulillah, kagak ada kendaraan apapun yang mengangkasa, hihihi. Aku aja yang paranoid)

Tapi emang sih yaaa.. SENSASI alias ADRENALINE RUSH dari olahraga macem begindang ini, sulit diganti dengan apapun. Buat para maniak ketinggian, yang pengin “bercanda dengan semesta di langit sana” yang penasaran dengan apa rasanya overdosis angin dan bergelimang rasa ‘ngeri-ngeri-cihuy-tapi-ngangenin’ sepertinya paralayang ini boleh banget untuk dicoba.

Sempat ngobrol dengan beberapa orang di sana, tarif paralayang (tandem) untuk awam adalah 350 ribu. Entah untuk berapa menit, tapi kayaknya sih, nggak lama-lama lah yaaa… Takut masuk angin 🙂 atau pingsan? *glek*

Tentu, wisata ini tidak disarankan buat yang mengidap sakit jantung atau takut ketinggian. Dan, enggak boleh buat yang OBESITAS, hahahha *nunduk dalem* Kalo ga kliru, maksimal total bobot yang bisa diangkut di paralayang sekitar 100-150 kilogram. Jadi, silakan diet dulu yaaaa, olahraga juga dikencengin *ngomong ama kaca*

***
O iya. Jangan lupa, kalau ke sini kudu pakai kostum yang mendukung yak. Jangan kayak kita. Mosok ke lokasi outdoor pakai baju batik sih, haahhahahah.
Untung aja, kagak ada yang pakai high heels 🙂 Karena emang aku dan Nui sukanya pakai SEPATU KETS Jadi enak-enak aja untuk dipakai ke lokasi yang menguras adrenalin banget ini.

FB Nui-2 FB Nui-5 FB Nui-6FB Nui-1

Eh, masih di areal yang sama, ada omah kayu batu malang yang lagi ngeheitss di jagat instagram. Kita udah yang pengin banget untuk foto-foto di sono, tapi ternyataaaa… ada charge 5 rebu per orang. IDIH. Kan tadi udah bayar di bawah, pas mau naik ke areal paralayang. Dasar emak medhit irit, aku mah ogaaaah bayar cuman buat ngeksis. Ya wis, kita foto-foto di dekat plang pintu masuk aja dah.

Seru bin cihuy deh, menjelajah Batu. Masih buanyaaaaak spot yang belum aku explore. InsyaAllah, dalam waktu dekat, mau nginep di Batu, dan dolan ke Batu Night Spectacular ah… Atau, sekalian menjelajah pantai indah memesona di Malang Selatan? Siapa mau ikuuut? 🙂

Mayoritas foto-foto di-capture oleh: Nui yang cantik, baik hati, rajin menabung, tidak sombong

Advertisement

TRAVELING GRETONG GEGARA SILATURAHIM

Bisa traveling, GRETONG alias GRATIS, dapat uang saku pulak, gegara silaturahim?

Bidih, siapa yang nolak, cobaaaa?

Alhamdulillah banget, aku pernah mencicipi masa-masa itu. Flashback ke tahun 2005-an ya cyin. Saat itu, aku masih langsing jadi reporter di SCTV.

Karena stuck gak nemu bahan liputan yang oke, muter2lah daku, cameraperson plus driver di seputaran Surabaya.

Ada aturan tak tertulis buat para reporter. Selama di mobil, HARAM hukumnya kalo enggak nyetel 100 FM Suara Surabaya. Kenapa? Ya, gitu deh, radio ini kan sumber info yang top markotop.

Salah satu info yang aku dapetin, ada Hotel bintang 4 (sebut aja hotel SPH) lagi mau bikin outing buat para pelanggannya. Destinasinya? Singapura plus Malaysia. Luar negeri, neik!

TING! Sebuah bohlam menyala di kepala. Sebagai anak muda penuh imajinasi plus mental oportunistis sejati *blah!*, aku menyusun ide, modus dan strategi supaya bisa ngikut di rombongan outing ini.

Padahal, aku bukan pelanggan di hotel ntuh.

Dan, sebagai reporter yang masih piyik bin junior banget, nominal tabungan belum menunjukkan angka yang menggembirakan.

Tapi… tapi… aku kan re por ter. Tu kang ca ri be ri ta. Dan, hotel itu kan bu-tuh-ba-nget-bu-at-di-be-ri-ta-in.

Gotcha…!

Berbekal ke-pede-an level akut, plus semangat membara (plus doa, tentu saja) aku bulatkan tekad untuk SILATURAHIM ke pihak hotel. Please note, bahwa aku SAMA SEKALI ENGGAK KENAL dengan mereka ya. Tapi ya itu tadi. Modalku adalah kekuatan postive thinking, plus, ke-pede-an yang membumbung tinggi. (yang ini beda tipis ama enggak tahu diri sih yaa, heheheh…)

Eh, Allah Maha Baik.

Walhasil kami ngobrol bas-bis-bus, yang intinya aku siap meliput dan memberitakan semua kegiatan hura-hura-syalala yang dilakukan pihak hotel. Plus, kita tampilin interview dengan GM Hotel. Pokoke dijamin syiiip!

Si manager hotel sempat jawab gini, ”Sebenarnya kita alokasikan buat anak koran J*wa P*s sih mbak. Tapi nanti kita lihat lagi ya. Kalau anak JP itu nggak respon, ya mungkin buat mbak gapapa lah.”

*Berdoa dimulai*

Fa idza azzamta fatawakkal alAllah… Ketika engkau sudah membulatkan tekad, sudah bersilaturahim, sudah mengupayakan negosiasi, maka serahkan hasilnya pada Allah… Tawakkal sejak awal.

Lalu, hasilnya?

Taraaaaaa….. Ini dia…. foto-foto selama kami dipersilakan outing bareng dengan hotel.

Hasil silaturahim --> traveling gretooong
Hasil silaturahim –> traveling gretooong

Asyik ya, “hanya” dengan modal silaturahim, ternyata impian kita bisa mewujud jadi nyata. Gara-gara silaturahim, untuk kali pertama saya punya paspor, sodara-sodara…!

Dan, rasanya semakin”heroik” gitu lo, karena kami sendiri yang nge-lobi ke pihak hotel. Bukan karena campur tangan atau intervensi dari pihak bos-bos SCTV di Jakarta. Ihiks!

sing lagi

Jadi, kalau ditanya, apakah saya jadi adiksi ber-silaturahim?

Weits. Lihat-lihat dulu. Kalau ada undangan untuk silaturahim dengan teman-teman SMP, SMA, dll-nya, jujur niiih, jujur… aku bakal memilih untuk say no.

Kenapa? Well, gimanapun juga, aku sering diterpa badai ‘enggak pede’ dan ‘enggak bisa menerima kenyataan’ demi mendengar ‘bully’ mereka, sebangsa….

“Ya ampuuuun, kamu LEBAR banget ya Rul, sekarang?” *diucapkan sembari mata melotot zoom in zoom out*

“Wiiiksss, ini ada adik bayinya atau emang isinya full LEMAK semua siiih?” *diucapkan sembari mijit-mijit my tummy TANPA SEIZIN SAYA*

Atau… kalimat-kalimat sarkas yang menujes-nujes hatiku, dan rasanya sepahit puyer obat sakit kepala.

“Oh. Jadi, kamu sekarang cuma kerja di yayasan sosial gitu? Nggak nyangka ya, si ranking 1 itu cuma jadi penulis untuk majalah yayasan?” *diucapkan dengan nada sengak bin nyinyir.

“Ya elaaah… ngapain kerja di yayasan gitu? Berapa sih gajinya?” *diucapkan sembari nglirik-nglirik sadis*

Baiklaaaah… cukup sekian dan terima kasih lho, atas hina-dinanya *kalem*

Kalau momen silaturahim (yang biasanya dibungkus REUNI, TEMU KANGEN, dll) hanya jadi ajang untuk PAMER karir yang moncer, atau MENGHINA nasib rekan, yaaa… mohon maap….

I will say BIG NO for attending this and that.

Tapiii… kalau silaturahim dengan member KEB alias Kumpulan Emak Blogger?

 

Pantang buat ditolak!

 

Traveling Makin Asik bareng Ace Hardware

Alhamdulillah, tulisan ini menjadi Juara dalam Lomba Blog Ace Hardware

“The world is a book and those who do not travel read only one page.” ― Augustine of Hippo

Barangkali, salah satu “dosa besar” yang saya lakukan terhadap Sidqi–anak saya—adalah: saya amat-sangat-jarang-banget membiarkan ia berinteraksi dengan alam. Maklum, alasan khas ibu-ibu perkotaan: capek didera kerjaan kantor. Pulang ke rumah, bawaannya pengin molor melulu. Sibuk bikin pulau di bantal deh 🙂

Walhasil, anak saya tumbuh menjadi bocah yang “anak kota” banget. Saban liburan, jujugannya selalu ke mal, mal, dan mal.

Di satu sisi, saya senang; karena toh biarpun terkesan hedon, libur ke mal tidak terlalu menguras kantong kok. Anak saya cuman minta main-main di playground—biasanya main animal Kaiser—lalu makan siang bareng di food court. Paling banter, habis 100 ribuan gitu deh.

Nah, suatu ketika, ada tawaran dari temen-temen suami untuk traveling bareng ke Jember.

Hah?! Jember? Aduh, emangnya ada apa di sonoh?

“Woohooo… macem-macem… pantainya bagus-bagus… Sekarang Jember lagi happening banget loh… Tahu sendiri kan, Jember Fashion Carnival (JFC).. .. Anang-Ashanty saja sampe bela-belain ikut perform di JFC. Berarti, kita emang HARUS ke Jember!”

Sidqi manut-manut saja diajak bapaknya.

Aku yang males. Ngepak-ngepakin baju. Nyusun perbekalan. Itung budget travelling. Kalau solo-traveling mah enak, cukup bawa backpack sebiji. Udah cukup banget. Lah ini, kudu ngurusin baju saya, suami, plus bocah cilik! Rempooong!

Untunglah, ada luggo trolley back yang emang jadi “partner in crime” banget buat liburan keluarga. Muatnya banyak, bisa tertata rapih dan well-organized. Problem solved!!

***

Perjalanan Surabaya-Jember ternyata makan waktu lumayan lama. Sidqi mulai cranky. Bosen, karena terjebak berjam-jam di dalam mobil. Saya sampai sungkan (nggak enak hati) sama Pak Joko, yang kita nunuti selama traveling ini.

”Nggak apa-apa. Biarkan saja Sidqi nangis. Biar puas. Nanti dia juga capek-capek sendiri,” kata Pak Joko, yang tetap tenang dan tidak terintimidasi raungan Sidqi.

Well, jangan pernah remehkan urusan logistik. Maksudnya, makanan dan minuman buat anak. Sidqi sudah saya bekali dengan botol minum yang kiyut abiiisss… Beli di Ace Hardware dooong… Heheheh….Anti tumpah dan cranky anak juga berkurang drastis.

Trusss… jangan pernah remehin faktor kenyamanan. Itu penting pakai banget! Makanya, saban traveling, kudu ada bantal leher. Lumayan loh, bisa mengurangi cenat-cenut yang biasa bergentayangan di daerah rawan ini.

Alhamdulillah, Setelah sampai di Pantai Watu Ulo, “zona cranky” Sidqi sudah berakhir. Tangisnya berhenti. Dan ia malah asyik lari-lari bareng semua peserta piknik. Tapi, begitu lihat pasir pantai, oh no! Sidqi langsung minta gendong!

13775072471233658324

“Jijiiiik!! Aku nggak mau kena pasiiirrr!”

Duh. *lap kringet, tepok jidat, bibir maju tujuh senti secara serempak* Malu-maluin banget nih bocah.

“Sidqi kan cowok… Ayoo… turun..! Jangan minta gendong! Sana, mainan pasir sama basah-basah di pantai…”

Sidqi tetap ngerasa nggak punya “chemistry” dengan Pantai ini.

”Biarin aja. Tetep bawa ke pantai, tapi jangan dipaksa…” Pak Joko kembali memberi tips.

1377507308257276688

Puihh. Bete juga sih. Capek-capek pergi ke Jember, eh, Sidqinya sama sekali nggak ‘enjoy’ seperti bocah cowok pada umumnya. Maklum. Selama ini, Sidqi selalu main ke tempat-tempat yang enggak ada becek-beceknya sama sekali.

Yep. Mal, mal, dan mal.

Apakah petualangan pantai kita berakhir disappointing-ending?

Oh, untunglah, nggak jauh dari Pantai Watu Ulo, ada sebiji pantai lagi. Namanya Pantai Papuma. Sedikit beda dari Watu Ulo, nih pantai pasirnya putiiiiihhh banget. Awalnya, Sidqi—si mister steril itu—ogah main-main di pantai. Tapi, beberapa menit kemudian, dia lumayan tergoda untuk mencicipi pasir-pasir putih dan deburan ombak yang menyapa di sepanjang Pantai Papuma.

Awalnya hanya lari-lari di sekujur pasir pantai. Lalu, Sidqi mulai melakukan “manuver” : ia membiarkan kaki mungilnya terguyur ombak yang mampir di bibir pantai.

13775073681160991954

Wuah. Sidqi mulai ketawa-ketawa riang. Bapaknya senang. Emaknya pun girang…!!!

Ahh, yaaa… paling tidak, traveling kami kali ini mengajarkan satu hal: Bahwa kita musti berani meninggalkan zona nyaman!

Mosok nggak bosen sih, pergi ke mal melulu?! Bersyukurlah bahwa kita tinggal di surga dunia, Indonesia. Banyak spot yang sungguh ajaib dan luar biasa memukau, seolah-olah meminta kita untuk segera berkunjung ke destinasi wisata yang indah. Walaupun traveling memang rempong, percayalah, akan ada “hikmah” dalam setiap perjalanan yang kita lakoni. Anak kita kian bertambah kadar “petualang”-nya; kitapun bakal belajar untuk jadi ortu yang sigap dan smart traveler.

1377507415581968920

1377507518541547478

13775076601323667448

Kedua pantai ini—Watu Ulo dan Papuma–berada di pesisir selatan Jawa Timur, atau lebih tepatnya terletak di desa Lojejer, kecamatan Wuluhan, 45 Km arah selatan kota Jember.

Kalau wisata, emang paling assoy bisa menikmati pemandangan alam yang cihuy. Tapiii, kita kudu siap-sedia dengan berbagai kondisi kan?

Makanya, saya addicted banget buat selalu shopping ke Ace Hardware. Siapa sih, yang enggak kenal akrab sama one-stop-shopping yang sumpeeeehh—kereeen—beraaatttss ini?

Selain bisa banget buat shopping online, kita juga bisa berkunjung langsung ke store terdekat di kota kita. Kalau di Surabaya, paling sering saya nongkrong di Ace Hardware Royal Plaza atau yang di Galaxy Mall. Udahlah tokonya sip markosip, mbak-dan mas-nya sigap tiada tara, barang-barangnya komplit, servisnya cihuy, what can I ask for more??

Artikel ini diikutsertakan dalam Ace Hardware Writing Competition.

Doakan saya yaaaa….:-)