Hajiku, Hajimu, Haji Kita

“Braaaakkkk…..”

Allahu Akbar, Ibuuuu…..ibuuu… ini gimana nih, Ibu….”

Astaghfirullah… Allah… Allah….”

Buru-buru saya berucap istighfar. Tak kuasa saya melihat “pemandangan ngeri” yang terjadi persis di depan saya. Seorang nenek-nenek bermukena lengkap, menaiki eskalator bareng bolo-bolonya. Semua serba lansia. Kalau lihat gaya bicara mereka, tampaknya, nenek-nenek sepuh ini berasal dari desa dan sama sekali tidak akrab dengan eskalator! Pantasss… Mereka kelihatan kemrungsung (panik dan ribet) ketika harus menapaki tangga berjalan. Pantas, satu dan yang lain kelihatan berusaha saling menguatkan, menyemangati agar bisa naik. Tapi, yang terjadi adalah…. Mukena salah satu dari mereka nyangkut, tergilas pijakan eskalator dan nenek tadi harus jatuh berguling-guling.

Untunglah, cukup banyak jamaah haji pria yang berada di sekitar kami. Setelah eskalator berhasil dihentikan, pak haji tadi langsung menolong nenek sepuh yang tak berdaya.

Yak, selamat datang di Masjidil Haram, Mekkah. Inilah momen terbesar dalam ibadah umat muslim sedunia. Berjubel manusia memadati bangunan suci ini. Masjid yang teramat sangat luas, penuh dengan beragam aksesoris hi-tech, sehingga kerap menjadi “jebakan betmen” buat para jamaah haji. Apalagi, yang berasal dari desa, dan minim pengalaman dengan teknologi.

Image
(bukan) jamaah ndeso lah yauw Heheheh

Kalau mau berhaji, bukan hanya hati, jiwa dan iman yang harus dimantapkan. Duit, juga, hehe… Yang tak kalah penting, siapkan “mental” untuk menghadapi beragam hal di luar kebiasaan hidup kita.

Soal naik eskalator tadi, misalnya. Jauh-jauh bulan, ada baiknya CJH yang berasal dari desa diajak untuk jalan-jalan ke kota. Tujuannya? Ke mal! Ngapain? Coba naik-turun eskalator. Selain itu, biasakan diri untuk berakrab ria dengan kumpulan manusia dalam jumlah segabruk. Betul lho, kalau tidak terbiasa, lihat ribuan manusia bisa bikin sukses keliyengan!

Tahun 2010, Alhamdulillah saya memenuhi undangan Sang Penggenggam Kehidupan untuk beribadah ke Baitullah. Rasa haru yang meruap, rasanya sulit dipercaya, karena usia saya terbilang masih muda (untuk ukuran rata-rata jamaah haji Indonesia). Ya, saya berhaji di usia 29 tahun. Bersyukur lantaran usia muda ini memudahkan saya untuk melakoni sejumlah ibadah fisik. Bayangkan, SELURUH ritual dan aktivitas haji mensyaratkan fisik yang prima. Thowaf, kita harus memutari Ka’bah sebanyak 7 putaran. Lalu, sa’i, bolak-balik antara bukit Shofa-Marwah sebanyak 7 kali. Belum lagi berjibaku ketika antre bus. Ketika harus berjejalan di dalam Masjidil Haram. Ketika berjalan kaki dari pemondokan ke terminal. Macam-macam. Tak habis syukur saya karena undangan Allah yang begitu indah, sudah saya terima di usia 29 tahun.

Muncul pertanyaan, bagaimana saya bisa berhaji di usia semuda itu? Hmm, jawaban versi bijaknya: begitulah skenario Allah. Kadang, kita tidak pernah tahu dan tak bisa memprediksi jalan hidup kita. Kalau jawaban versi financial planning: Ya, boleh dibilang, berangkat haji adalah salah satu “tujuan finansial utama” saya. Apapun saya lakukan demi bisa berhaji. Saya rela ngirit-ngirit ongkos makan, asal ada duit yang bisa saya tabung di Rekening ONH. Saya sanggup tak beli baju modis, tak nonton film bioskop premiere, tak ikut gaul dan berhedon-ria dengan teman-teman. Mengapa? Karena saya meniadakan budget “having fun” dan mengalokasikan semua itu dalam rekening Haji. Alhamdulillah, duit tabungan sudah cukup. Plus, undangan Allah sudah tiba.  Sebuah harmoni nan indah. Lebih elok lagi, karena abang dan ibunda saya juga berhaji di tahun yang sama. Subhanallah, sungguh indah rencana Allah.

Demi Ngirit, Masak Sendiri

Masih membahas soal financial planning. Urusan hidup hemat harus berlanjut di tanah suci. Sebenarnya, negeri onta ini  tidak terlampau “mencekik” dalam urusan harga sembako. Ya, adalah harga-harga yang dikatrol, karena demand yang luar biasa meningkat. Kalau ketemu pedagang yang baik, insyaAllah kita nggak bangkrut-bangkrut amat-lah. Tapi, apabila Anda lagi apes, dan bersua pedagang yang ‘minta ditambah ajaran’ (istilah ini diperhalus dari ‘kurang ajar’) ya apa boleh buat. Saya pun pernah beradu mulut dengan si pedagang bahlul itu. Saya ngomel-ngomel pakai Bahasa Inggris, dia pakai Bahasa Arab. Nggak nyambungBiarin, yang penting puas, sudah bisa komplain ke dia. Hehe.

Nah, kami bertiga termasuk keluarga menengah yang tak tega bila harus menghamburkan duit. Untungnya, ibu saya termasuk perempuan dengan kecerdasan finansial yang sungguh patut diberi standing ovation. Dari tanah air, ibu membawa beragam properti dan bahan mentah, bumbu plus perintilan dapur lainnya. Mulai kompor listrik, rice-cooker mini, panci, wajan, teko, beras, kacang ijo, bahkan daun pandan! SubhanAllah banget kan?

Ternyata, strategi Ibu amat-sangat bisa menyelamatkan kantong dari “kepunahan penduduk”. Kalaupun beli di Arab, kami hanya belanja telor, sayur kangkung dan buah-buahan saja. Selebihnya, please welcome…. Chef Siti Fatimaaahh! Hehehhe….

Image
(mendadak) Chef Siti Fatimah (kanan)

Lebih bersyukur lagi, karena lidah saya ternyata tak berjodoh dengan masakan Arab. Hampir semua masakan Arab diberi bumbu kapulaga, jinten yang rasanya justru (menurut saya) bikin eneg. Alhamdulillah, justru di Arab, saya merasakan bahwa masakan Ibunda adalah menu paling juara sedunia!

O iya, ibu saya juga menyiapkan stok bumbu pecel, abon, mie instan, ikan wader goreng, kripik usus, kripik belut, dan aneka snack yang bisa berfungsi sebagai teman makan nasi. Nggak ada judulnya kita bosan dengan sajian Ibu. Yang ada, teman-teman satu KBIH sibuk bersilaturrahim ke kamar kita. “Halo, Assalamualaikum, hari ini Chef Fatimah masak apa ya?”

Perbaiki Hati, demi Raih Haji Mabrur

Seolah tidak ada habisnya kalau harus mengulik memori ketika berhaji. Adaaaa saja yang mau diceritakan. Kenangan ketika wukuf di Arofah. Drama berebut bus Saptco gratisan. Pengalaman diusir asykar (petugas) Masjidil Haram karena ketahuan bawa kamera. Adu strategi simpan kamera poket di dalam kaos kaki, lantaran takut disita asykar di Masjid Nabawi. Macam-macam!

Image

Yang jauh lebih penting dari itu semua adalah, apa dan bagaimana upaya kita untuk meraih predikat Haji Mabrur. Karena rupiah yang kita gelontorkan, sungguh amat disayangkan bila tidak kita optimalkan untuk ibadah haji setulus hati. Memang, godaan kerap menghantam. Ujub (bangga pada diri sendiri) hanya karena sudah berhaji, adalah sebuah rasa yang harus kita enyahkan. Sekuat jiwa. Karena itu, sebelum berhaji, sesudah berhaji, dan setiap momen haji tiba, saya selalu baca untaian nasehat dari Ja’far Ash Shadiq, sufi besar keturunan Rasul, yang saya cantumkan di akhir tulisan ini. Resapi dalam-dalam. Hayati, dan amalkan. Yang tahu mabrur-tidaknya ibadah hanya Allah. Tugas kita adalah melakukan upaya dan menguatkan hati agar tidak tergelincir dalam riya’ (pamer). Selepas itu, tak perlulah kita panik dengan embel-embel “Pak Haji” atau “Bu Hajjah” atau “Umi” dan sebagainya. Satu-satunya hal yang esensial, semoga Allah mengganjar kita dengan surga-Nya, sebagaimana sabda Rasul, “Haji mabrur itu tidak ada balasan lain, kecuali surga.” (HR Nasai dari Abu Hurairah).

Allahu Akbar. Indah nian… Dan, ingat-ingat juga sabda Rasulullah berikut, “Barang siapa berhaji di Baitullah, kemudian dia tidak berkata-kata kotor atau berbuat dosa, ia kembali dari haji seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah).

Baiklah, di bawah ini saya untaian nasehat dari Ja’far Ash Shadiq:

Jika Engkau Berangkat Haji….

Kosongkanlah hatimu dari segala urusan dan hadapkanlah dirimu sepenuhnya kepada Allah Swt.

Tinggalkan setiap penghalang dan serahkan urusanmu pada Penciptamu.

Bertawakkallah kepada-Nya dalam setiap gerak dan diammu.

Berserahdirilah pada semua ketentuan-Nya, semua hukum-Nya, dan semua takdir-Nya.”

“Tinggalkan dunia, kesenangan dan seluruh makhluk.

Keluarlah dari kewajiban yang dibebankan kepadamu dari makhluk.

Janganlah bersandar pada bekal, kendaraan, sahabat, kekuatan, kemudaan, dan kekayaanmu.”

“Buatlah persiapan seakan-akan engkau tidak akan kembali lagi.

Bergaullah dengan baik.

Jaga waktu-waktu dalam melaksanakan kewajiban yang ditetapkan Allah dan sunnah Rasul, yaitu berupa adab, kesabaran, kesyukuran, kasih sayang, kedermawanan, dan mendahulukan orang lain sepanjang waktu.

Bersihkan dosa-dosamu dengan air tobat yang ikhlas.”

“Pakailah pakaian kejujuran, kerendahan hati, dan kekhusyukan.

Berihramlah dengan meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi kamu mengingat Allah.

Bertalbiahlah kamu dengan menjawab panggilan-Nya dengan ikhlas, suci, bersih dalam doa-doa kamu seraya tetap berpegang pada tali yang kokoh.”

“Bertawaflah dengan hatimu bersama para malaikat sekitar Arasy, sebagaimana kamu bertawaf dengan jasadmu bersama manusia di sekitar Baitullah. Keluarlah dari kelalaianmu dan ketergelinciranmu ketika engkau keluar ke Mina dan janganlah mengharapkan apapun yang tidak halal dan tidak layak bagimu.”

“Akuilah segala kesalahan di tempat pengakuan (Arafah). Perbaharuilah perjanjianmu di depan Allah, dengan mengakui keesaan-Nya. Mendekatlah kepada Allah di Muzdalifah. Sembelihlah tengkuk hawa nafsu dan kerakusan ketika engkau menyembelih dam. Lemparkan syahwat, kerendahan, kekejian, dan segala perbuatan tercela ketika melempar Jamarat.”

“Cukurlah aib-aib lahir dan batin ketika mencukur rambut. Tinggalkan kebiasaan menuruti kehendakmu dan masuklah kepada perlindungan ke Masjidilharam. Berputarlah di sekitar Baitullah dengan sungguh-sungguh mengagungkan Pemiliknya dan menyadari kebesaran dan kekuasaan-Nya. Ber-istilam-lah kepada Hajar Aswad dengan penuh keridhaan atas ketentuan Allah dan kerendahan diri di hadapan kebesaran-Nya. Tinggalkan apa saja selain Allah ketika engkau melakukan tawaf perpisahan. Sucikan rohmu dan batinmu untuk menemui Dia, pada hari pertemuan dengan-Nya ketika kami berdiri di Safa. Tempatkan dirimu pada pengawasan Allah dengan membersihkan perilakumu di Marwa.”(*)

Advertisement

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

31 thoughts on “Hajiku, Hajimu, Haji Kita”

  1. naik haji bareng ibunda pastinya berasa aman dan tentram ya, mak… apalagi dimasakin hihihi… masakan ibu memang yang paling top dan pas di lidah

    saya juga pengen nih naik haji bareng orang tua…

    sejak kecil, kalau ditanya “apa cita-cita kamu?”, selain jadi polwan saya selalu jawab naik haji… cita-cita jadi polwan jelas tidak akan pernah tersampaikan…. naik haji, insha Allah…

    1. Amiiin, amiiiin…. saling mendoakan ya mak…
      InsyaAllah doa2 para bunda di KEB dikabulkan oleh Allah, amiiin…

      Mak, btw, pic dirimu kok bisa ganti2 gini yak? Kapan hari yang jilbab item, sekarang jilbab merah. Yg di postingan sidqi vs dr oz, dikau pake corat/e bendera di wajah.
      Pegimane cara atur ganti2 profpic enih? *kepo maksimal*

  2. hihihi..sengirit2nya aku sampe sekarang dananya masih blum cukup buat daftar haji mak..minta di doain sm bu haji aja deh biar bisa segera naik haji juga :DD

  3. Ya Allah mbak, beruntungnya dirimu udah bisa haji di usia muda, sama ibu lagi huhuhu…. pengeennn 😦
    Mei kemarin aku umrah aja sueneng bangeett rasanya, ga kebayang kalo haji gimana. Doain segera menyusul ya mbak 🙂

    1. Betul, betuuul…. jangan cuma diajarin doa2/ibadah ritual aja. Hal2 teknis dan yang terkesan “sepele” seperti ini juga kudu dipaparin ke calon jamaah.

      Makasih udah mampir yaa… *terharu* *dikunjungi seleblog cihuy*

      1. Masya Allah mbak nurul 😍
        Alhamdulillah dlm usia 29tahun sdh menerima panggilan Nya. Ini aku suka bgt baca nya bisa jd tips buat yang lain yang akan menunaikan ibadah haji untuk membawa bahan makanan dan perlengkapannya. Barakallah untuk mbak Nurul dan ibunda Aamiiiin

  4. Baca ini saya langsung bbm suami, ngajakin dia buat hemat dan ngirit biar bisa naik haji juga. Tapi kemudian sangsi sendiri… Apa bisa sy ga tergoda wiskul, nonton di bioskop… Huhuhu… Udah jadi gaya hidup. Tapi namanya juga pengorbanan ya mak… Harus ada yg dikorbankan dan diperjuangkan. Cemungudh… Doain sy ya Mak 😉

  5. Masya Allah.. seneng saya baca artikel seperti ini, berbagi pengalaman selama menunaikan Ibadah Haji, terlebih lagi sudah bisa menunaikan Ibadah Haji dengan usia yang relatif masih muda ❤️ sebuah berkah mbak.. tipsnya patut dicoba nih seperti ibunda mbak, bawa peralatan dan bumbu masak kesana, jadi walaupun lidah kita ga sesuai dengan masakan disana, kita tetap bisa makan masakan ibunda tersayang🤗 nice share mbak, semoga mbak sekeluarga menjadi Haji yang Mabrur ❤️

  6. Masya Allah mbak nurul 😍
    Alhamdulillah dlm usia 29tahun sdh menerima panggilan Nya. Ini aku suka bgt baca nya bisa jd tips buat yang lain yang akan menunaikan ibadah haji untuk membawa bahan makanan dan perlengkapannya. Barakallah untuk mbak Nurul dan ibunda Aamiiiin

  7. Masya Allah.. Senangnya sudah menunaikan ibadah haji ya mbak.. Waktu umroh beberapa tahun lalu, sempat kejadian juga kecelakaan eskalator nggak beda sama yang mbak ceritakan. Hanya saja sy datang ketika eskalator sudah berhenti. Ada darah2..ngeri banget.

    Ibadah haji itu memang harus diusahakan. Nggak masalah dimulai dari berapa pun. Insya Allah dengan niat baik Allah mudahkan. Dan sy merasakan memang seperti hal ajaib saja ketika sy dan suami diberi rezeki untuk daftar padahal sebelumnya tabungan haji kami masih jauh dari cukup. Doakan ya mbak semoga sy diberi umur panjang untuk menunaikan haji beberapa tahun lagi.

  8. masya Allaaah alhamdulillaah bisa menunaikan ibadah haji di usia 29 tahun itu luaarrrr biasaaaa

    selalu diparingi sehat lahir batin yaaa Nurul … banyak banget quote pengingatnya di sini, malu sama umur deh aku

  9. Senangnya yg sudah ke Baitullah…
    Pasti lebih menyenangkan bisa ibadah sama ibu ya mbak..
    Apalagi makan masakan ibu, ibdah makin tenang krn perut aman…
    Hehe

  10. Ya Allah, Mbak, pembukamu membuatku nyeri….

    Saat haji memang harus siap semua, tak hanya niat dan hati. Dan masak sendiri itu solusi. Asal jangan seperti kakak saya, lah, masa berangkat haji bawa cobek, coba. Wkwkwk

  11. Kalo baca tulisan tentang berhaji begini, diri rasanya mengharu biru. Semoga bisa merasakan nikmat menginjakkan kaki di tanah suci seperti Mbak Nurul. Semoga kita semua bisa dilancarkan menuju ke sana ya Mbak…

  12. Mending bawa peralatan masak dan bahan makanan dari sini ya. Bisa menolong banget pas nggak dapat jatah makan.

    Baca postingan ini sambil mbrebes mili Mbak. Pengen banget haji. Pengen banget haji di usia muda. Soal kekuatan fisik ini yang jadi pertimbangan juga, Mohondoanya ya Mbak semoga aku dan suami segera haji.

  13. Oiya mba kemarin aku nonton di berita katanya udah ada bisa sewa kaya kendaarn scooter untuk para jemaah yaa disana jadi bisa memudahkan para jemaah. Semoga bisa aku juga berhaji ke Mekkah.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: