Sebut saja Namanya Pak Juli. Dia tukang sayur keliling langganan ibu-ibu kompleks perumahan. Setiap hari, Pak Juli membawa sayur, daging, buah segar, untuk kemudian memasok kebutuhan warga. Modal dan laba dari bisnis sayur ini tentu tidak sedikit. Namun, sayangnya Pak Juli tidak punya rekening bank. Ia menangani keuangan bisnis jual sayur tersebut melalui aplikasi dompet digital.
Ternyata, orang-orang seperti Pak Juli ini cukup banyak! Berkutat di ranah UMKM, tapi tidak dapat mengajukan pinjaman bank untuk bisnisnya. Kok bisa? Yap, Karena bank tidak memiliki informasi yang memadai untuk melakukan pemeriksaan latar belakang identitas. Menurut Pak Juli, hal ini jadi menghambat mata pencahariannya karena ia kerap mengalami kekurangan modal.
Indonesia memiliki salah satu konsentrasi UMKM tertinggi di dunia. Dibutuhkan sebuah terobosan agar kita dapat menyediakan layanan keuangan yang diperlukan dengan lebih baik untuk mendukung pertumbuhan para pegiat UMKM.
Terlebih, untuk UMKM yang tidak punya akses ke bank. Ternyata, menyediakan layanan keuangan bagi mereka yang tidak memiliki rekening bank di Indonesia adalah tugas yang sangat berat. For your information, hampir 140 juta (atau setengah dari jumlah populasi di negeri ini) tidak memiliki akses ke layanan perbankan.
Apakah dunia ibu-ibu selalu identik dengan “kompetitif”, saling membanding-bandingkan atau nyinyir tiada akhir? Hohoho, berhubung saya belum pernah bikin riset serius soal ini, well, paling tidak kita bisa lihat dari tren belakangan lah ya. Pernah dengan kalimat semacam:
“Eh, lahiran pakai caesar ya? Tsaelahhh, takut mau lahiran normal?”
“Loh, kok anaknya dikasih sufor (susu formula) sih? Bayi saya dong, full ASI. Anak situ bayinya manusia kan? Bukan bayi sapi kan?”
“Eh, MPASI (Makanan Pendamping ASI)nya beli di minimarket ya? Ya ampuun, jadi ibu tuh enggak boleh males. Saya dong, bikin MPASI. Lebih higienis dan ekonomis.”
“Loh, punya anak bayi masih kerja full time di kantor? Nggak sayang sama bayi ya? Uuuh, istri sholihah mestinya full time mother kayak saya duooong.”
“Apa?? Anaknya ikutan homeschooling? Enggak takut jadi anti-sosial? Anakku dong, masuk di sekolah internasional. Biar dia siap think and act globally gitu…”
Errrr…. terasaaa… pernah denger di manaaaa gitu kan? Hehehe. Idem deh, ama saya. Yang namanya, kompetisi tuh bukan cuman di tipi, ala-ala X-Factor, Indonesian Idol, dan sejenisnya. Justru, kompetisi yang sangat membumi ada di sebelah-sebelah kita. Saban ketemu ibu-ibu, selaluuuu aja digerus pertanyaan yang bikin jantung berdentam memancarkan hasrat ingin muntab, tapiii, nggak bisa tersalurkan dengan maksimal, hiks.
Eneg ya, denger judgment dari orang lain. Padahal, siapa sih kita? Who are we to judge? Kalaupun kita ngerasa “lebih mulia” dari yang lain, ya sudah, stop sampai di situ. (bahkan, merasa “lebih mulia” saja, di agama saya udah dicap sebagai ujub, dan ini termasuk dosa). Nggak perlu deh, kemudian bikin orang lain jadi kelimpungan, gegara dengar komentar yang nyelekit, dan hellow, pernah mikirin enggak, gimana perasaan korban terkomentari ituh?
Wah, wahh… ketimbang meladeni komentar nyinyir, sepertinya saya kudu mulai #beranilebihbersikap asertif.
Siapa dirimu, tidak ditentukan oleh komentar orang lain, melainkan ditentukan oleh SIKAP dan RESPONS dalam menanggapi komentar itu. Owkeeh, kalo gitu, manakala denger komentar yang makjleeeb (in a negative way) bersikaplah santai, cool, dan teteup elegan :))
Anggap saja, itu semata keisengan mereka dalam mendayagunakan organ wicara dan kekepoan akut yang terkristalisasi dalam beberapa aksara.
Lalu? Move on! Tiap manusia pasti punya pilihan hidup masing-masing. Belum tentu apa yang kau pilih lebih buruk dari yang lain, vice versa. So, ketimbang pusing mikirin printhilan beginian, segera susun langkah strategis dan taktis, agar hidup kita kian bermakna dan siap menjemput bahagia. Cheeriooo…!
Apa kabarnya? Huehehe. Cuaca makin labil aja yak? Kadang panasss membara… eh, tetiba ujan deres gitu aja loh, hihihi. Kalo cuaca boleh labil, lantas, bagaimana dengan hatimu? #eaaa
Asik, asik, ngomongin “hati” nih. For your info aja ya masbro, mbaksis… Semenjak aku bikin cerita remaja bersambung yang rauwis-uwis berjudul #Bimbang ntuh (bisa banget baca cerita lengkapnya di sini, buanyaaak bingits yang mention ke twitterku @nurulrahma.
Yang pada intinya adalah, semacam “semi-curcol” soal pilihan hidup yang enggak gampil sama sekali. Yeppp, soal jodoh! Ahahahak. #menyeringai-lebar. Udah 2015 aja nih, tapi barisan galauers soal perjodohan kok ya makin panjaaaaang aja yak? Ahahai.
Ternyata, apa yang dialami Salma (si tokoh dalam cerita #Bimbang) itu beti-beti alias beda tipis dengan apa yang menimpa ribuan cewek lain di muka bumi. Kalo boleh dibikin analisis kecil-kecilan, biasanya niiih…. penyebab tak kunjung menikahnya seorang akhwat, disebabkan 3 opsi.
Terlalu banyak “lamaran” yang masuk, sehingga pusing pala barbie, mau pilih yang mana ya inyong?
Sama sekali atau bisa dibilang nyaris tak ada yang datang . Hiks, merana deh, meranaaaa *dangdut banget ih* *nangis di pojokan* sambil setel lagu2 galauisme*
Yaaaa… lagi blum pengin merit aja! Masih pengin single. Because single is free… Free is happy… happiness overload… I love me… I love being single lady, yaaayyy!! *single as a matter of choice* **sambil nyanyik lagunya Oppie “I’m Single and Very Happy”**
Lalu, kamu? Iyaaa, kamu! Kamu bagian yang mana, kakaak??
***
Kita bahas satu demi satu, boleh? Boleeeh bingits dong. Okesip. Sekarang, siapin teh anget sama cemilannya. Ambil bantal yang empuk. Let’s cekidot masing-masing kasus kenapa oh kenapa, jodoh tak kunjung datang.
Kasus pertama. Well, sebagai muslimah berprestasi, cantik kinyis-kinyis, gaul abis (in a positive way, ofkorsss), seorang akhwat kerap didera bimbang tiada tara, lantaran banyaknya ikhwan (cowok) yang ngajuin “proposal” ke doi. Apabila dikau mengalami hal seperti ini, maka satu yang pasti: lo kudu istikhoroh dengan seoptimal mungkin.
Jangan pernah istikhoroh hanya untuk sekedar menggugurkan istikhoroh itu sendiri. Tapi, penuhilah adab dan syariat dalam beristikhoroh, yang pada intinya menyerahkan segala urusan lo, pada Sang Maha Sutradara kehidupan lo.
Iya kan? Siapa yang punya kendali penuh atas hidup lo? Apakah lo pikir, dengan berambisi mengarahkan hati sanubari pada satu kandidat tertentu, membuat lo pasti akan berjodoh dengan dia? Dan, pertanyaan berikutnya, apabila lo bener-bener udah merit ama kandidat yang lo lebih bela “mati-matian” ntuh, apa ada jaminan bahwa doi emang someone yang bisa membuat kehidupan dunia – akherat lo jadi lebih baik?
PASRAHKAN SEGALA URUSAN LO PADA ALLAH. Yakinlah, bahwa Allah akan memperjalankan lo di titian kehidupan yang jauuuuh lebih baik. Jangan ngerasa over-confident dengan segala kepakaran lo selama ini. Akur? Akur dong.
Yak sip, sekarang kita bahas kasus kedua. “Kagak ada yang mau ama eikeh mbaaak?? Segitu gak berharganya diriku ini kaaah? Sampe sama sekali nggak ada yang ngelirik, ataupun ngajakin ke KUA? Salah aku apa mbaaak?? Kezel bingitsss tau gak mbak?”
**puk puk yang lagi curcol** Ehem. Kasus ini, kalau dialami akhwat, biasanya berupa absennya para ikhwan dalam mengajukan pinangan, proposal whatsoever. Kenapa ya, di satu sisi, banyaaak banget yang ngejar-ngejar satu akhwat, eh, di sisi lain, ada akhwat yang “sepi krik-krik”. Bahkan, ada yang sampe menyalahkan takdir Allah segala? Astaghfirullah…
Tunggu dulu mbaksis. Sebelum punya tuduhan yang makin alakazam, yuk mari kita self-reflection dulu. Coba kita ceki-ceki diri sendiri. Salah gue apa yak? Barangkali, gue ngomongnya sering nyolot? Hobi bikin sakit hati? Atau, kita gampang nyinyirin orang lain? Ember bocor alias hobi banget nyebarin aib-aib makhluk satu planet? Atau, kita jarang mandi? Taelaaah, pantesss.
Karena itulah, sebelum melontarkan tuduhan a.k.a komplain what-so-ever, hayuk mari kita instropeksi aja lah. Kalau udah bisa mengoreksi kekurangan diri, lanjutkan ke step berikutnya: Lakukan berbagai hal yang bikin value kita meningkat. Contoh, yang tadinya males-malesan ngaji, hayuk bikin goal supaya bisa nambah hafalan Qur’an. Atau, gabung di klub kajian keislaman rutin. Selain bisa ngisi ruhani, ngisi otak (nambah wawasan kan?), kita juga bisa memperbanyak jejaring sahabat. Eh, tapiii, niatnya kudu dilurusin! Jangan semata-mata ikut kajian, gegara pengin berburu ikhwan ajah! Waw, waw.. plis yaa… kalo modus kayak begini nih, kuatirnya kita gampang “layu sebelum berkembang”. Nawaitu Cuma berburu ikhwan, maka pahala dan keberkahan berburu ilmu dan berlapang-lapang dalam majelis bisa hanguss… ilang begitu aja. Eman-eman kan?
Kasus ketiga. Ogah merit cepet-cepet. Hmm, gimana yak, ada baiknya kita kembali ke tuntunan hidup muslim aja lah ya.
Kita semua insyaAllah udah paham, bahwa menikah adalah mengikuti sunnah telada hidup kita, Rasul Muhammad. Kalo ada yang bilang, “Aduh, aku belum siap…..” atau “Entar dulu deeh, masih ingin bebas lepasss…”
Well, better dikasih gambaran besarnya aja kali ya? Bahwa, dengan menikah, insyaAllah kita jadi punya pasangan hidup yang sekaligus menguatkan jalan dakwah. Yang tadinya nggak punya “imam”, jadi punya. Two become one, bisa saling men-support dalam hal kebaikan.
Bukan hanya itu. Dengan menikah, kita jadi punya keluarga baru, orangtua baru, daaan… calon bocil-bocil alias bocah cilik yang super-duper ngegemesiiiin!
Anak-anak kita juga bisa dididik menjadi jundi-jundi (bala tentara) Allah, yang siap menggelorakan dunia dengan aqidah dan akhlak yang mantap. Mendakwahkan keindahan Islam hingga ke ujung dunia. Bersama-sama fastabiqul khoirot, berlomba-lomba untuk menyebarkan kebaikan di muka bumi… How cool is that?
Yuk ah. Kita sama-sama saling berbenah. Menggenapkan iman dan semangat, untuk sampai di gerbang nikah.
Hayuk, bilang apa? Aaamiiiin, aaamiiin, ya robbal alamiiin… (*)
Judulnya sok-sokan pake bahasa Enggris. Entah bener atau kagak yak? Pada intinya, postingan ini mau ngebahas soal (semacam) kaleidoskop ringkas seputar 2014, yang insyaAllah akan segera khusnul khotimah. 🙂
Saya tuh paraaaah banget kalo disuruh inget2 sesuatu. Termasuk peristiwa apa aja yang kualami sepanjang tahun ini. Errrr, apa yak, yang terjadi selama (hampir) 365 hari lalu? Halah, wong, semenit lalu udah makan, ngakunya masih laper kok *laaaah, panteesss 😛
That’s why, hepi banget karena di FB ada koran-wanna be macem begindang.
Naaah, itu dia. Udah jelas kan, apa aja yang udah terjabanin setahun kemaren? Jadi, postingan ini udah kelar dong, hehehe *slap me!*
Well, pada intinya, saya bersyukur 2014 ini FULL kagak pernah absen ngeblog di SATU BULAN-pun. Coba lihat archives di samping kanan blog ini. Jelas banget nget kan, kalau postingan saya kumplit! Walopun di awal2 tahun, yaaa masih doyan reblog2 aja siyyy, hehehe… Tapii, makin ke sini, saya makin penuh percaya diri untuk menggoreskan tulisan made in sendiri *yeayy!
Dunia blogging juga “mempertemukan” saya dengan orang-orang hebat yang WOW bangets. Kayaknya sejak join grup blog ter-horeeey sepanjang masa, saya jadi punya teman “senasib sepenanggungan” yang bener2 memperjuangkan blog kita sampai titik darah penghabisan. *apasih* Etapi, bener banget loh. Anggota grup blog ini bukan emak biasa :)) Ada yang duta besar di Amrik sono, ada yang editor buku handal, ada yang mamah2 tjantik yang lagi ngelencermukim di Jerman, asik-asik semua deh profilnya. Dan, tentu saja, yang enggak pernah daku lewatin setiap butiran postingannya, plus poto2 cihuy yang bikin envy to the max, adalah si manten anyar yang tsakeeepp tiada tanding tiada banding :))
Semangat ngeblog saya yang kerap kempis plus jarang kembang, tiba-tiba langsung MAK GLEGAAAAR, langsung Whooosssh, melesat ke angkasa! Sometimes, I feel blogging as easy as breathing. Rada lebay? Well, dalam beberapa kasus, saya ngerasa jari-jemari saya tuh auto-pilot banget, dan sigap menggoreskan rangkaian kata (seolah) tanpa diminta. Apalagi, kalau emosi lagi menggempur dari segala arah, dijamin, cuma butuh beberapa menit untuk merampungkan tulisan.
Hasilnya?
Alhamdulillah. Sejumlah pencapaian duniawi sempat saya cicipi. Kemenangan di sejumlah kontes, dan yaaaa… walau ini sempat membuat saya merasa rada gamang karena terkesan (hanya) mengejar dunia, tapi Alhamdulillah, lagi-lagi, banyak kawan blogger yang membantu menyembuhkan rasa galau dalam sukma.
Yang jelas, saya mulai berusaha menyeimbangkan blogging as sanctuary dan blogging as a tool to get some money 🙂 Berupaya membikin balance antara “ya, pengin ngeblog aja siiiy…” dengan “duh, kudu banget ngeblog, soalnya lagi DL lomba nih!” Hahaha #jujur #resolusi2015 #kayaknya
Eniwei, tentu manusia pengin bermetamorfosa ke arah lebih baik. Alih-alih dicap sebagai blogger spesialis kontes, saya pengin bukanbocahbiasa(dot)com menjelma menjadi “teman minum teh/kopi yang menenangkan dan mengasyikkan”. Saya penginnya para blogger atau siapapun yang nyasar di mari, ngerasa “feels at home” “punya temen ngobrol yang gak judging” plus enggak ngerasa bete lantaran banyaknya postingan2 yang menjurus iklan *senyum kalem*
Yaaaa.. walopuuun, wajar aja dong, kalo sesekali si emaknya sidqi ini juga pengin nambah2in dana investasi dengan menangin lomba, hehehe.
Iiih, dari tadi kok ngomongin kontes mulu sik? Ya abis, gimana ya, itu doang yang terpatri di kepala saya. Gegara rajin ngontes, nama saya disebut-sebut dalam artikel kreasi mak Mugniar yang terpampang nyata di koran Fajar Makasar.
Bahkan, ada loh, blogger super-duper-smart yang lagi menempuh S-2 (kalo gak salah) di Australia, yang me-mention saya karena konon-kata-beliau, si mak otak cetharrr ini juga ketularan ikutan kontes blog, gara-gara saya! *blushing*
Jadi, seperti slogan yang termaktub *haisssh* di header blog ini, “Happiness is made, not given” sudah sewajarnya saya berupaya keras untuk “meng-create” happiness versi saya. Tentu dipadu sebuah semangat untuk mengabdi pada Sang Penggenggam Kehidupan, plus dikolaborasikan dengan jiwa berbagi ilmu, maka insyaAllah, kebahagiaan itu adalah hadiah yang berharga dalam kehidupan kita. Tak masalah, walaupun tak bisa ditukar dengan emas, HP, voucher belanja di #SemangatNgeblog blogdetik *eh, la dhalah, ada yang curcol*
Baiklah, jeung Lianda. Makasih udah bikin GA keren ini. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan pada kehidupan dikau dengan biduk rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rohmah. Doa standar, yak? Tapi, percayalah, di lubuk hati yang terdalam, saya bahagia mengenal dikau, meski baru lewat layar laptop. :))
Setengah meringis, Sidqi, anak saya, megangin pipinya. Tampang doi aneh banget deh. Antara pengin nangis, tapi… sekaligus sambil nyanyi dangdut “Sakitnya tuh di sini.” Sebagai emaknya, saya bingung gimana mau bersikap. Galau level dewa dong. Antara ngerasa kasihan, tapi juga pengin ikut ketawa membahana, bwahahaha… *ups*
Maap ya Nak. Abisss… kamu lucu banget deh, lagi sakit kok ya sempat-sempatnya nyanyik, hihi.
Eniwei, sakit gigi tuh sama sekali enggak bisa dianggap enteng loh. Manaaa, manaaa itu Bang Meggy Z yang nyanyiin tembang “Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi ini??” Olala Bang… Seriusss lo lebih milih sakit gigi??
Duh, duuuh, kalo aku sih ogaaah.. Ya ogah sakit hati, ya ogah sakit gigi. Rugi amiiiirr 😛
Makanya, saya rajin nyap-nyap ke Sidqi, soal pentingnya menjaga kebersihan mulut. Salah satu cara mengedukasi bocil adalah dengan menayangkan lagu “Gosok Gigi” ala Upin & Ipin. Yuk, cuzzz ke youtube :))
Tahu gak, bahwa ternyata jumlah pasien anak dengan kasus sakit gigi dan rongga mulut cenderung meningkat. Padahal, kata Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Zaura Rini Anggraeni, upaya pencegahan penyakit ini sudah digalakkan sejak 1951 lewat program di sekolah. Nah lo… sudah 60 tahun, neik!
”Meski sudah 60 tahun program itu dijalankan, nyatanya persoalan kesehatan gigi pada anak masih menjadi masalah besar. Padahal, gigi dan mulut adalah gerbang kesehatan tubuh. Gangguan gigi menjadi faktor risiko penyakit kronis seperti gagal ginjal, diabetes, dan gangguan jantung,” kata Zaura Rini, sebagaimana dikutip kompas.com.
Iya loo… Ternyata, di gigi kita ini ada syaraf-syaraf yang berkaitan dengan organ tubuh lain. Kalau gigi nggak dirawat dengan baik, komplikasinya bisa dahsyaaat bingitss, bisa mengakibatkan berbagai penyakit kronis, termasuk kanker mulut! Whoaaa…!
Kalau dilihat dari kelompok usia, bocil-bocil alias bocah cilik yang berusia di bawah 12 tahun paling rentan terkena penyakit gigi mulut. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 76,5 persen anak-anak menderita penyakit gigi dan mulut. Itu artinya, 24 juta anak pernah mengalami sakit gigi dan mulut, 90 persen di antaranya berupa karies.
Bbeeeughh, sudah waktunya para emak menggalang kekuatan! Untuk apa? Ya, kita kudu banget mengedukasi siapapun—utamanya anak kita sendiri—bahwa kudu ada revolusi mental dalam merawat gigi! Kalau kita cuekin begitu saja, bakal berdampak amat sangat berat! Maklumlah, layanan kesehatan gigi kan mahal amir ya booo…
”Dengan asumsi ada 16 juta kasus gigi berlubang dan biaya tambal Rp 100.000 per gigi, biaya untuk tambal dua gigi Rp 3,2 triliun,” kata Zaura Rini. Walah daalaaah, gilingaan… Yuk, ah.. ketimbang bikin anggaran kesehatan jebol, mending kita lakukan beberapa hal berikut ini.
Atur gaya hidup dengan baik
Lihat deh, gaya hidup kita masa kini. Ngajak bocil nongkrong di fast food. Minumnya? Kalau nggak soft drink yang manis dan mengandung soda asam, maka bocil-bocil bakal menjilati es krim. Lagi-lagi manis dan rentan bikin gigi jadi nyut-nyutan. Camilannya? Wohooo… banyaaak yang demen makanan penuh dengan bahan pengawet, pemanis buatan, produk pabrikan yang sama sekali nggak kasih benefit dalam hal nutrisi dan justru bikin gigi makin menderita!
Lalu.. lihatlah fenomena para ABG masa kini. Pada doyan pakai behel, cuma untuk gegayaan doang. Tsailaaah… plis dweeeh…
Karena itulah, saya ngajak diri sendiri untuk kembali ke bahan pangan yang alami dan menyehatkan. Kalau emang belum ada budget untuk beli yang organik-organik, yeah minimal kita beli bahan pangan “beneran”, yang belum diolah pabrik. Yang beli di pasar gitu loh. Dimasak sendiri, jadi insyaAllah kita bisa tahu takaran yang pas. Gulanya, zat-zat gizi di dalamnya bisa kita kontrol dengan baik. Gaya hidup yang lain juga kudu diperbaiki. Kalau memang enggak perlu pakai behel, ya gak usah pakai dong. Jangan sampai kita kasih behel ke anak sekedar untuk aksesori. Kenapa? Soalnya, pemakaian yang tidak tepat justru bisa memicu kerusakan email gigi dan rahang.
Selalu minum air mineral setelah mengonsumsi makanan
Rongga mulut kita rentan diserbu pasukan kuman apabila berada dalam kondisi yang nggak oke. Sebaiknya, kita selalu menyikat gigi setiap 20 menit setelah makan. Supaya kondisi rongga mulut jadi bersih. Naaah, the problem is, nggak setiap saat kita bisa sikat gigi tho? Karena itulah, drg Taufan Bramantoro (pakar gigi dari Unair Surabaya) menyarankan kita untuk minum air mineral setelah makan APAPUN. Air mineral ini lumayan bisa membantu proses “bersih-bersih mulut”. Lumayan laaah….
Perbaiki Kebiasaan Menyikat Gigi
Did you know, bahwa 1 dari 4 penduduk Indonesia punya masalah pada giginya. Sebanyak lebih dari 90% masyarakat Indonesia sudah punya kebiasaan menyikat gigi. Tapiii, sayang banget, hanya 2% yang caranya benar! Waduh. Untunglah, drg Taufan kasih tips bagaimana menyikat gigi yang baik dan benar.
Yang harus banget kita ingat, kebiasaan menyikat gigi kudu dilakukan setelah makan pagi dan sesaatsebelum tidur malam. Hayooo… siapa yang males sikat gigi pas mau bobok malam? Hahaha… Sidqi banget tuuuh… No wonder, gigi doi pada acakadut, karena diserang bakteri akibat sisa makanan yang menumpuk, lalu membusuk. Yaikss!
Trus, kalau lagi gosok gigi, usahakan banget untuk selalu memandang ke arah cermin. Mau narsis, cyiin?? Bukaan.. Cermin ini fungsinya supaya kita bisa mendeteksi bagian gigi yang masih kotor atau masih adakah sisa makanan yang tertinggal? Biar maksimal gitu loh.
Lalu, lalu, ketika gosok gigi kudu satu arah ya. Supaya tidak merusak gusi. Eh iya, kalau mau pakai mouthwash, ada tekniknya lho. Kita kudu berkumur dengan bibir mengatup dan gigi tertutup rapat. Yang nggak kalah penting nih, wajib pilih produk kesehatan gigi yang oye!
Biar lebih gampang diingat, drg Taufan merangkup tips gigi sehat dalam “3 S”
Yang pertama : Sikat gigi 2x setelah makan pagi dan sebelum tidur
Yang kedua: Sabar dan menikmati proses menyikat gigi. Jangan terburu-buru, justru proses menyikat gigi yang benar, apabila kita sekaligus ‘memijat gusi’. Dan ini dilakukan kurang lebih dalam waktu 2 (dua) menit
Yang ketiga : Suka minum air putih setelah makan
Bersyukur banget, beberapa waktu lalu, saya ikutan acara Sweet Tooth, Treat Tooth! yang digelar Systema di Surabaya. Ternyata, pasta gigi Systema dari Systema Advanced Oral Care System adalah pilihan terbaik. Produk buatan Lion Japan ini dibuat dengan teknologi kalsium nano. Apa sih kehebatannya? Oh, Teknologi ini bisa menutup lubang super kecil pada gigi dalam waktu 14 hari. Pasta gigi Systema Nano punya kepadatan yang lebih rendah. Fast action system membuat pasta gigi ini lebih cepat menyebar ke seluruh permukaan gigi dibanding pasta gigi pada umumnya.
Wah, waaah… keren kan? Kita bisa punya gigi yang sehat ala Neng Maudy Koesnaedi itu!
Eh, masih ada lagi nih keunggulannya. Kandungan erythritol dapat mengurangi plak secara efektif. So, hayuk deh, ucapkan bye byeee pada sakit gigi akibat gigi berlubang, atau rasa nyut-nyut gak jelas di gigi dan gusi kita.
Selain pasta gigi, Systema Nano juga siap memberikan perlindungan gigi secara menyeluruh lewat rangkaian produk sikat gigi dan mouthwash.
Kalau kita sudah menjalankan berbagai tips di atas dan pakai produk yang tepat, dijamin deh, nggak akan ada lagi theme song ala Sidqi “Sakitnya tuh di sini… Di dalam gigikuuu…..”
Ketika KPK mengumumkan penangkapan koruptor, kemudian menggelar konferensi pers, lalu beritanya disiarkan di segala media massa, ada dua rasa paradoks yang bergemuruh di dada.
Di satu sisi, saya bersyukur, “Rasain!! Dasar rakus! Suka makan harta negara.. Nah lo, akhirnya ketangkap juga kan?” Lalu, saya dilanda fanatisme akut pada lembaga antirasuah ini. Sambil bernyanyi kecil, “KPK di dadakuuu… KPK kebanggaankuuu….”
Akan tetapi….di sisi lain, ada rasa yang menerobos begitu saja, tanpa diminta. Rasa pedih. Perih. Dan tersakiti. ”Astaghfirullah… Jadi jumlah koruptor bertambah lagi? Kok nggak tobat yaaa? Kok nggak ngerasa bersalah, hidup bermewah-mewah sementara rakyat buat makan sehari-hari aja susah?”
Saya selalu terperangah, membaca berita dengan terengah-engah, lantaran ulah para koruptor yang selalu bikin jengah.
***
Flashback ke tahun 2009
“Loh, ibuk… Ibuk…! Ibuk kan belum bayar kelengkengnya? Kok udah dimakan sih??”
Kelengkeng yang tengah saya kunyah, seolah-olah siap nyangkut di tenggorokan. Manusia seisi pasar menoleh ke arah kami. Menyaksikan seorang emak yang lagi “disidang” anaknya, gegara satu butir kelengkeng.
“Sstt, Sidqi… jangan keras-keras ngomongnya… Ini Ibuk kan cuma ngincipin ajaa…”
“Iyaa… tapi ibuk kan belum bayar… Dosa loh, ibuk…”
Ya ampuuun, nih bocah…! Pengin aku pitess deh… Si bakul kelengkeng senyam-senyum geje alias gak jelas. Doh. Saya yakin, mereka berdua—si bakul dan Sidqi—sedang terlibat konspirasi untuk mempermalukan saya!
“Ya udah. Ini ibuk beli 1 kilo deh, sama sekalian yang incip-incip tadi, ibuk bayar…”
“Naah, gitu dooong…”
***
Waktu itu, Sidqi masih berumur 4 tahun. Masih duduk di bangku TK. Entah apa yang membuat dia begitu kritis sedemikian rupa. Barangkali karena jiwa kanak-kanak masih sedemikian suci. Putih. Tulus.
Apa sih ambisi seorang bocah TK? Menang di lomba ini dan itu? Walah, haqqul yaqin deh, yang punya ambisi ini adalah emaknya *ngaku*
Karena itulah, kita harus belajar pada anak kecil. Belajar untuk kembali menyelami jiwa-jiwa mereka yang begitu tulus, ikhlas, tanpa tendensi. Anak kecil tak pernah menuntut orangtuanya untuk hidup bermewah-mewah. Anak kecil (yang masih genuine, tentu saja) sudah cukup merasa bahagia apabila kita meluangkan waktu untuk sekedar bercengkrama dengan mereka.
Dan, lihatlah. Si bocah umur 4 tahun itu, sudah bisa mengingatkan saya tentang “korupsi kecil-kecilan” yang “tidak sengaja” saya lakukan.
***
Tahun 2010
Om saya mencak-mencak. Raut mukanya memerah. Nafasnya tersengal, seolah menahan amarah yang siap tumpah.
Tangannya menunjuk-nunjuk ke arah Dirgo—sebut saja begitu—kemenakannya yang tengah ia “sidang”.
“Katanya kredit untuk rakyat kecil? Mana?? Buktinya, kalian malah mempermainkan duit bantuan 75 juta. Yang 40 juta buat penerima kredit, dan 35 juta mau dibalikin ke bosmu?? Ra sudi, aku! Wis kono, panganen duit-duit iki! (sudah sana, makan saja uang ini)”
Dirgo masih menunduk.
Sepupu saya ini seorang staf bagian kredit untuk masyarakat marginal. Ia berbaik hati memberi informasi ke om saya yang hendak beternak lele. Setelah melalui screening yang ketat, usaha om saya berhak dapat suntikan kredit. 75 juta, jumlah yang amat lumayan bikin om merasa girang. Tapi, tunggu dulu. Dengarkan apa kalimat Dirgo yang membuat om meradang, ”Kata bos saya, yang 40 juta dialokasikan untuk Om. Tapi, 35 juta adalah uang operasional untuk tim kami.”
Sumber: FB GNPK-Pusat
***
Entahlah, azab apa yang tengah menimpa masyarakat republik ini. Muak telinga kita mendengar kata ‘korupsi’ berjejalan setiap hari. Saking seringnya, seolah-olah kita kebal, dan permisif dengan aneka bentuk korupsi. Oh, ada berita korupsi lagi.. Ya wajar laah… Indonesia gitu lo….Bahkan, Abraham Samad melabeli para anggota DPR sebagai “perampok yang mahir” alias “penjahat yang profesional”.
Naudzubillahi min dzalik.
Yang mengerikan adalah, banyak di antara para koruptor yang merasa tidak sedang menerima harta haram. Mereka berdalih, “Saya kira ini adalah hibah.” Sama sekali tidak berdesir rasa dosa di dada, ketika gratifikasi beraneka rupa singgah di rekening mereka.
Dari daftar CPI Tranparansi Internasional, Indonesia duduk di peringkat 107 dari 175 negara. Posisi negara kita, jauh berada di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.
Bagaimana kita bisa melawan korupsi?
Ada baiknya kita melihat India. Dikutip dari BBC Indonesia, kepolisian Delhi, India sedang menyelidiki lima polisi yang diduga terlibat korupsi. Laporan itu datang dari layanan instant messenger whatsapp. Maka, kita juga sangat bisa mengikuti jejak masyarakat India. Menunjukkan kepedulian kita, bahwa korupsi adalah penyakit mengerikan yang harus dibasmi dari muka bumi.
Kita bisa melaporkan setiap perbuatan korupsi ke website KPK Whistleblower’s System di https://kws.kpk.go.id. Atau, Anda juga bisa melaporkan ke berbagai lembaga anti-korupsi di republik ini.
Beginilah seharusnya kita melawan korupsi! Media sosial kita fungsikan secara optimal, bukan untuk sarana nyinyir atau menebar kebencian. Teknologi adalah “pisau tajam” yang sangat bisa kita gunakan untuk “mematikan” virus korupsi. Seperti kata Pak Nukman Luthfie, salah satu praktisi media sosial, bahwa teknologi yang semakin canggih seharusnya menyulitkan orang untuk berbuat korupsi.
Kita sangat bisa menggaungkan semangat anti-korupsi, mulai dari diri sendiri, keluarga, rekan kerja, komunitas, tetangga satu RT, jamaah masjid….
Gerakan anti-korupsi harus digalakkan sejak dini. Anak muda kudu dibombardir dengan segenap informasi, supaya mereka aware dan tidak abai dengan beragam kasus korupsi. Salut dengan tim KPK yang terus-menerus melakukan edukasi. Salut dengan para pekerja seni yang menuangkan ide untuk mengambil sikap anti-korupsi.
Salut dengan aksi-aksi serta advokasi yang dilakukan Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GN-PK). Yang terus menunjukkan dedikasi, kredibilitas, komitmen dan keikhlasan yang tulus dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi.
“Rusaknya sebuah negara bukan karena banyaknya orang jahat yang berkuasa, tapi karena banyaknya orang baik yang diam” (Anis Baswedan)
Masih mau berdiam diri melihat beraneka kasus korupsi? Do something! Paling tidak, kita mengedukasi dan menyebarkan semangat kepada masyarakat, agar peduli dengan berbagai kasus korupsi.
Lakukan apa yang kita bisa. Lola Amaria dengan film edukasi anti-korupsinya. Kikan dan Slank dengan lagu-lagunya yang menyuarakan semangat anti-rasuah. Saya dengan postingan blog ini. Dan, Anda?(*)
Tunjukkan Semangat Anti-Korupsimu bersama Lomba Blog GN-PK. Info lengkap di sini
Lagi ngapain kamu? Lagi belajar ya? Pinterr… Anak sholih ya harus gitu. Rajin dan semangat belajar. Mainan game sih boleh. Bergaul sama teman juga harus. Tapi, semua itu kudu ada aturan dan batasannya loh ya. Ibuk paling ga seneng kalau kamu maiiiiiin terusss, sampai lupa waktu. Hayoo, kapan hari kamu sampe bolong sholat Asharnya kan, gara-gara keasikan main sama temen-temen di lapangan?
((Upss… ketahuan ibuk))
Jangan diulangi lagi ya Nak. Tahu sendiri kan, dalam hidup itu kita harus berusaha sekuat mungkin untuk jadi orang yang baik dan bermanfaat. Kudu mandiri. Karena ibuk dan bapak kan nggak selamanya bisa berada terus di samping kamu. Bisa aja tiba-tiba salah satu dari kami harus “pamit” duluan. Dipanggil ke alam kubur.
Eh, jangan nangiiis! Ini kejadian loh, sama ibuk. Dulu, tahun 1991, pas ibuk masih kelas 4 SD, bapaknya ibuk (kakekmu) sudah meninggal. Padahal, beliau masih muda. Kelahiran tahun 1947. Hayo, coba dihitung, berapa umur kakekmu pas meninggal? 1991 dikurangi 1947. Ketemunya berapa? 44 kan? Naah, masih muda banget kan?
Itu dia. Belajar dari pengalaman ibuk, kita nggak boleh malas-malasan mempersiapkan masa depan. Harus rajin belajar, berdoa, dan bekerja! Itu saja nggak cukup loh. Ibuk juga kudu mempersiapkan bekal. Supaya kalau terjadi apa-apa pada ibuk, hidup kamu insyaAllah akan baik-baik saja dan terus berjalan.
Maksudnya gimana?
Gini. Tahu kan, kalau ada produk bernama asuransi? Nah. Ibuk udah daftarin kita ikut program asuransi.
Wah, berarti ibuk nggak yakin sama perlindungan dari Allah??
Jangan salah. Justru, perintah soal ini sejalan dengan firman Allah di ayat ke 9 Surat an-Nisa. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.”
Penting pake banget! Kita nggak pernah tahu kan, apa yang akan menimpa kita tahun depan, bulan depan, besok, bahkan sepuluh menit sejak ibu bikin surat ini, kita sama sekali have no idea soal apa yang terjadi dan menimpa diri kita.
Tahu nggak, Nak. Ada satu kutipan yang mau ibuk sampaikan buat kamu. Your choices today creates you tomorrow. Pilihan-pilihan yang kita ambil akan menentukan bagaimana jalan hidup kita kelak di masa depan.
Mau masa bodoh dengan kondisi keuangan? Ya siap-siap aja bangkrut. Hidup merana. Menderita. Soalnya, gaji mau segede gaban, mau segede dosa, ya bakal abis gak bersisa kalau kita nggak bijaksana dalam membelanjakannya.
Ibuk sekarang mau cerita soal asuransi ya. Bidiih, kalau kamu lihat iklan asuransi bakal pusing dewe. Soalnya, merek-mereknya banyak banget, Nak. Dan semuanya mengklaim kalau asuransi itu paling oye. Setelah ibuk browsing sana-sini, nanya ke beberapa teman, ketemulah satu asuransi yang cihuy. Yap, asuransi Allianz!
Yay! Kartu Allianz ibuk dan Mas Sidqi
Kamu masih bingung tentang macam-macam asuransi? Oke, ibuk jelasin ya. Santai aja. Sambil dimakan camilannya. Duduk yang anteng, hehehe…
Gini lho. Asuransi itu macam-macam. Pertama, asuransi jiwa. Ini harus dipunyai setiap orang, apalagi kalau masih usia produktif dan punya tanggungan. “You need life insurance if somebody will suffer financially when you die” gitu deh kata om David Woods.
Ayah dan ibuk kamu harus banget punya asuransi jiwa. Kenapa? Ya karena kami kan bertanggungjawab untuk menafkahi, mengasuh dan membesarkan kamu. Jadi, andaikata kami berpulang, insyaAllah akan ada “backbone” alias dana yang tetap bisa kamu manfaatkan.
**Mewek** Boys don’t cry, Nak….
Don’t cry, boy. Please don’t cry. Ngomongin kematian memang rentan menimbulkan sedih. Tapi, bukankah pada dasarnya hidup kita adalah serangkaian episode “numpang minum” sembari menunggu saatnya dijemput malaikat maut? Be realistic and optimistic, okay? Toss dulu dong.
Masih nyimak penjelasan ibuk kan? Bagus. Sekarang, ibuk jelasin soal jenis yang kedua ya, asuransi kesehatan. Siapa sih, manusia di muka bumi ini yang nggak pernah sakit? Widih, kalau ada, coba sini, ajak kenalan sama ibuk. Sakti bener dia. Hehehe. Semua orang itu PASTI pernah sakit. Ada yang sakitnya “enteng”, macam flu, pilek, batuk.
Tapi ada juga sakit yang cukup menguras energi, air mata, terutama dompet. Dan, zaman sekarang, yang namanya penyakit itu macam-macam, Nak. Ingat Kakung Ruslan dan Uti Tetty? Adiknya nenek kamu, yang tinggal di Kediri itu loh. Nah, Kakung Ruslan itu sakit jantung, Uti Tetty sakit tumor payudara. Dua penyakit BERAT menimpa sepasang suami istri!
Tidak ada yang minta. Tapi, sekali lagi, ibuk harus jelasin, kalau kita tidak pernah tahu apa yang akan menimpa diri kita, sejam, semenit, bahkan sedetik lagi kan?
Juga ada Kartu ProteksiKu yaitu asuransi kecelakaan diri yang memberikan santunan untuk Meninggal Dunia dan Cacat Tetap yang diakibatkan Kecelakaan, 24 Jam sehari, selama 1 tahun, dan berlaku di seluruh dunia! Hebat kan?
Ada juga asuransi Rumahku Plus. Kalau kita punya properti, baik itu berupa rumah, hotel, kos-kosan, apartemen, kita butuh proteksi alias perlindungan kalau terjadi sesuatu kan? Ingat, banyak kejadian kebakaran. Wuih, kalau nggak pakai asuransi, terbayanglah kerugian yang benar-benar bisa bikin nangis darah
Sudah mulai paham kan? Ternyata asuransi itu penting banget kan? Sayangnya, tidak semua orang sudah “melek asuransi”.
Gini lho, Nak. Ibuk pernah membaca sebuah riset yang dilakukan OJK alias Otoritas Jasa Keuangan. Ternyata, di antara 240 juta jiwa penduduk Indonesia, baru 18% saja yang sudah punya asuransi! Widih. Dikit banget kan? Berarti ada 196,3 juta jiwa penduduk Indonesia yang belum berasuransi. Wah..wah… padahal 196,3 juta jiwa itu kan bisa terserang sakit sewaktu-waktu kan? Bisa meninggal kapan saja kan? Bisa terkena musibah yang tidak terduga-duga kan?
Hmmm, ya ya ya. Memang sih, kebanyakan orang Indonesia itu lebih suka mikir pendek.
Eh, malam ini gue mau ke mal ah… Beli baju ah… Nonton bioskop ah… Tapi, kalau diajak buat berasuransi? Langsung males dot com.
Penyebabnya, bisa jadi karena merasa masih muda dan (seringnya) sehat wal afiat. Padahaaall… tahu sendiri kan, sekarang penyakit-penyakit degeneratif banyak menyerang anak muda juga lho. Beberapa sahabat ibuk malah sudah “pamit” duluan. Ada yang sakit hepatitis, jantung, stroke, diabetes, macam-macam. Umurnya masih kepala 3 loh.
Karena itu, no excuse! Jangan banyak alasan! Justru kalau semakin muda kita berasuransi, maka premi asuransi yang kita bayar bakal lebih enteng.
Trus, apa lagi ya alasan klasik yang bikin orang males asuransi?
Coba, kamu bisa tebak nggak, Nak? Hihihi. Gini lho. Yang namanya asuransi itu kan perlu bayar uang premi. Ini semacam uang “iuran” yang nanti bisa dikelola oleh pihak asuransi supaya kita saling membantu meringankan beban satu sama lain. Nah, premi ini menurut orang-orang dianggap acara “buang duit” aja! Kalau seseorang lebih sering sehat daripada sakit, mestinya dia bersyukur dong. Ini malah merasa “rugi” karena preminya udah “terbuang” dan dia enggak bisa klaim. Ya elaaah… aneh banget kan? Dikasih sehat malah minta sakit. Duh.
Sekali lagi, ibuk kudu jelasin, TIDAK ADA jaminan, kalau kita akan selalu sehat SELAMANYA.
Pernah dengar istilah “Sadikin”? Yap, sadikin itu “sakit mendadak miskin”. Tadinya sih, baik-baik saja pas sehat. Tapi ketika diserang sakit, duit tabungan harus terkuras habis, lalu hutang sana-sini, aduuuh… terbayang betapa beratnya kan?
Contoh aja nih, seorang pasien penyakit jantung harus menyiapkan uang 75 sampai 300 juta untuk pengobatan. Kalau stroke? Bisa sampai 250 juta. Kanker itu bisa merogoh anggaran sampai 150 juta. Ngeri kan, lihat angka-angkanya? Maka dari itu, nggak ada ceritanya, kita ogah-ogahan berasuransi.
Waduh. Ternyata surat cinta ibu puanjaaaang banget ya. Hehehe. Jangan bosan untuk menyimpan, membaca dan mengamalkan isi surat ini ya.
Percayalah. Tidak ada seorang ibu yang menyusun rencana buruk untuk putranya. I’m not a perfect mom, but I always try hard to be a good and better mom. Surat ini adalah wujud cinta ibuk untuk mas Sidqi. Karena Mas Sidqi adalah #1yangterpenting dalam hidup ibuk.
Semoga Allah selalu melindungi kita, menyatukan hati dan cinta kita sampai kapanpun. Jangan lupa berasuransi ya Nak…!
Lampu bioskop sudah menyala. Lirik lagu “Sumpah Mati” Nidji berdentang memenuhi rongga telinga. Sudah jam 12 malam. Aku dan Sidqi masih terkungkung di bangunan ini, mengenang romansa kasih tak sampai yang memilukan. Ya, baru saja kami menonton film “Tenggelamnya Kapan Van der Wijk”.
Masih terngiang quote bernada pilu, sekaligus kemarahan yang terurai dari mulut Zainuddin, sang tokoh utama.
Maaf? Kau regas, segenap pucuk pengharapanku kau patahkan, kau minta maaf? Lupakah kau? Siapakah diantara kita yang kejam? Bukankah kau berjanji, seketika saya diusir dari ninik mamakmu, sebab saya tak tentu asal, orang hina dina, tidak tulen Minangkabau. Ketika itu kau antar aku si simpang jalan. Kau berjanji akan menunggu kedatanganku , meskipun akan berapa lamanya. Tetapi kemudian kau beroleh ganti yang lebih gagah, kaya raya, berbangsa, beradat, berlembaga berketurunan. Kau kawin dengan dia, kau sendiri memberi keterangan bahwa perkawinan itu bukan paksaan orang lain, tapi pilihan kau sendiri. Hampir saya mati menanggung cinta, Hayati!
Wow. Saya masih membayangkan betapa hebatnya latihan vokal yang dilakoni Herjunot Ali, si pemeran Zainuddin. Dalam satu tarikan nafas, dia mengucapkan kalimat penuh murka nan membabi-buta. Mengiris. Mengguratkan luka nan pedih. Kalau kata anak sekarang, sakitnya tuuuh… di sini…
Zainuddin (Herjunot Ali) jadi WOW karena financial planning yang cihuy
Anak saya rupanya belum terjerat kantuk. Di dalam mobil, ia berceloteh, “Bu, kenapa kok Hayati memilih untuk nikah sama Aziz?”
Hmm. Ini dia resiko mengajak anak di bawah umur nonton film cinta yang sarat adegan penggalauan. Baiklah. Sebagai ibu yang (mencoba) shalihah, saya coba menjelaskan sebisa saya.
”Kan om-tantenya pada nyuruh dia nikah ama Aziz. Soalnya, waktu itu, Aziz adalah orang kaya, berasal dari keluarga terpandang, duitnya banyak. Gaulnya aja ama orang-orang Belanda.”
Sidqi manggut-manggut. ”Walaupun pada akhirnya, Aziz (Reza Rahardian) yang bangkrut, lalu bunuh diri. Malah Zainuddin yang tadinya miskin bisa jadi sukses ya Bu…”
Aziz (Reza Rahardian), foya-foya tajir melintir di awal, bangkrut di akhir.
Eureka…! He’s got the point! Ternyata cah lanang saya sudah bisa menjalin sebuah logika konstruktif, pasca menyaksikan sebuah karya sinema. Kepalang basah, saya injeksikan saja seputar financial education buat anak.
“Betul. Jadi, walaupun Aziz itu kaya raya, kalau dia tidak bisa mengelola keuangan dengan baik, pada akhirnya hidup dia menderita. Hartanya habis, karena dipakai judi, berfoya-foya, dan dia malah numpang hidup di rumah Zainuddin. Sebaliknya, kalau orang mau bekerja keras, berusaha semaksimal mungkin, yang tadinya miskin malah bisa meningkatkan derajat. Tentu Zainuddin bisa sekaya dan semakmur itu, karena dia bisa mengatur duit dengan baik. Jangan lupa, dia juga SELALU berbuat baik sama orang lain kan? Termasuk kasih modal ke anak muda yang mau menikah tapi nggak punya duit. Zainuddin juga mengizinkan Aziz dan Hayati untuk tinggal di rumahnya. Hebat kan?”
***
Lewat film “Tenggelamnya Kapan Van der Wijk” ini, Sidqi belajar 3 (tiga) hal. Yaitu: sastra, cinta, dan (mengelola) harta.
The next HAMKA insyaAllah….
Selamat datang di era kapitalisme. Dimana letak kemuliaan dan kehormatan seseorang kerap disandingkan dengan seberapa “kaya” dan seberapa banyak “harta” dia. Kita kerap mendongak, memandang dengan tatapan penuh kagum, manakala saksikan seorang manusia yang menyetir mobil Lamborghini. Atau, artis bermodal endel yang menenteng tas Hermes kemana-mana.
Tapi, di sisi lain, kita menatap sinis pada pengusaha bersahaja, yang hanya berpakaian sederhana. Padahal omzet usahanya gila-gilaan. Well, well, well. Hati-hati dengan itu semua. Apalagi, kalau kita ingin ajarkan kebijakan finansial untuk anak. Karena ada satu prinsip yang harus selalu kita pegang teguh: Children See, Children Do.
Biarpun kita berbusa-busa menjelaskan soal pentingnya mengatur duit, dll, kalau ternyata emak-bapaknya punya gaya hidup yang alakazam hura-hura syalala, ya wassalam.
Anak kita PASTI bakal mencontoh plek-ketiplek gaya hedonis yang ditularkan orangtuanya.
Karena itu, saban menularkan prinsip financial planning for kids, saya berusaha sekuat tenaga untuk menjadi emak yang “cerdas finansial”. Caranya?
Emak kudu mau belajar-belajar-dan belajar. Sejak tahun 2003 (saya masih prewin kinyis-kinyis *info penting*) saya hobi banget berburu ilmu tentang financial planning. Bagaimana cara mengatur kondisi finansial kita supaya tak amburadul. Bagaimana supaya kita bisa survive di belantara dunia yang kian “wow-sangar” ini. Dan, bagaimana kita menularkan kemampuan mengelola keuangan untuk anak-anak kita.
Selain itu, saya juga rutin follow twitter dan blog seputar financial planning. Termasuk blog ini. Banyak sekali masukan, ilmu, wawasan yang dibagikan. O iya, tahun 2013 lalu, saya juga sempat gabung di komunitas Duta Parenting. Salah satu materi yang kami dapatkan adalah mengenai family financial planning.
***
Bagaimana Mengajarkan Masalah Finansial pada Anak?
Ada 4 (hal) prinsip yang kudu dipegang anak-anak, manakala udah bicara soal uang.
Yang pertama, adalah EARNING alias cara mendapatkan uang. Anak harus banget belajar, bahwa uang itu enggak datang mak bedunduk dari langit. Harus diraih dengan upaya, kerja keras dan cerdas. Gak ada yang gratis di muka bumi ini. There is NO free lunch, NO free breakfast, NO free dinner, terusin dewe ya, hehehe.
Karena itulah, tatkala kali pertama saya mengajak Sidqi ke ATM untuk ambil duit, eh, dia menyangka kalau saya lagi “beli duit”. Saking senengnya dengan adegan duit “muncrat” dari ATM, Sidqi bolak-balik ngajak saya untuk ke sana. “Kiddo, duit ini adalah hasil kerja Ibu selama ini. Ibu ambil duit secukupnya, untuk modal kita belanja bulanan.”
Masalah EARNING ini bisa kita ajarkan dengan cara mengajak anak jalan-jalan ke berbagai spot. Lihat itu! Ada tukang sapu jalanan, mereka bekerja, berpeluh keringat untuk memberi makan keluarga.
di taman flora sby, Sidqi belajar beragam profesi
Lihat itu! Tukang loper koran, masih kecil-kecil, mereka bekerja demi sesuap nasi.
Lihat itu! Sopir bus! Lihat itu, para pekerja di pabrik! Lihat itu, guru… Lihat itu, pengemudi dokar… Lihat itu, pawang satwa…. Lihat itu, tukang parkir… Lihat itu, bakul di pasar… Lihat itu, tante Syahrini…. *krik*
Salah satu jalan mengajari Sidqi agar tahu how to earn money adalah, saya minta dia mengumpulkan barang bekas di rumah. Lalu, ketika ada tukang rombeng lewat, “Lihat itu…. tukang rombeng!” Sidqi pun beraksi. Melakukan transaksi dengan pak tukang rombeng itu. Mayan, dapat duit 50 ribu, hasil berburu sampah 🙂
Yang kedua, GIVING
Pay your God first!
Sudah punya duit, tapi masih pelit? *berima* Shame on him/her! Justru kalau ingin hidup penuh keberkahan, maka anak-anak kita harus dijejali semangat untuk rajin, gemar, dan bahagia untuk bersedekah. Ini adalah orientasi hidup mendasar yang harus selalu dicanangkan bagi anak. Bagaimana kita memandang materi yang kita cari dan kita punyai? Untuk apa semua harta yang kita miliki? Yap, anak harus tahu, bahwa di sebagian harta yang ia punya, ada hak fakir miskin, ada donasi kemanusiaan yang harus selalu ia tunaikan.
Saya mendaftarkan Sidqi di klub donatur cilik. Setiap bulan, ia komitmen menyisihkan uang untuk nantinya disedekahkan. Satu quote Imam Al-Qayyim yang saya kutip di sini, “Sesungguhnya sedekah memiliki khasiat yang menakjubkan dalam menangkal bahaya. Maka dari itu, dengan sedekah, sungguh Allah menahan bagi penderma berbagai macam bahaya. Hal ini sudah diketahui seluruh penduduk bumi. Mereka telah memahami kebaikan yang luar biasa dari sedekah, karena mereka telah mencobanya!”
Oke, kita beranjak ke poin ke-3 SAVING
Kenapa sih kudu saving? Ini yang wajib banget dijelaskan ke anak-anak kita, dengan bahasa yang sederhana. Gampangnya, saya comot slogan tante Ligwina Hananto. “Tujuan lo apa?” Jadi, ketika kita mengajak anak untuk saving, maka kita kudu menjelaskan soal “tujuan lo saving buat apa?”
Apakah mau beli mainan Transformers? Atau, mau makan enak di resto yang dia suka? Atau, mau nambah koleksi lego? Atau, mau beli buku Ensiklopedia? Atau, mau sekolah di tempat favorit dia? Macam-macam kan?
Nah. Di sini peran saving. Jelaskan juga, sebagai manusia, kita kudu mempersiapkan asuransi. Provider asuransi emang jumlahnya segabruk. Beneran bikin galau kan, mau ikut yang mana.
Yang jelas, pilih aja perusahaan yang terpercaya. Ya kayak Sun Life itu. Kan udah berdiri sejak 1995. Produk dan program yang ditawarkan super-duper komplit. Mulai dari produk-produk proteksi dan pengelolaan kekayaan, termasuk asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan, dan perencanaan hari tua.
Per 30 Juni 2013 , tingkat Risk Based Capital (RBC) Sun Life Financial Indonesia adalah 379 persen (konvensional dan syariah) – jauh melampaui ketentuan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah yakni 120 persen, dengan aset Rp 5,31 triliun! Wow banget kan? Saat ini Sun Life menyediakan berbagai produk inovatif melalui lebih dari 61 kantor pemasaran di 32 kota di Indonesia.
Sun Life adalah bagian dari Sun Life Financial, salah satu organisasi keuangan terkemuka di dunia. Didirikan pada 1865 dan berkantor pusat di Toronto, Kanada, Sun Life Financial beroperasi di berbagai pasar kunci di seluruh dunia.
Weleh, weleh… kalau udah kredibel seperti ini, ga mungkin bisa pindah ke lain hati kan?
SPENDING
Nah, masalah how to spend your money wisely adalah problema klasik yang harus dihadapi para orangtua. Bagaimana mengajarkan agar anak kita punya kesadaran, tanggungjawab dan paham bener untuk apa duit dibelanjakan. Terdengar klise sih, tapi saya tetap berpegang teguh pada kalimat “Mau beli ini, karena BUTUH atau karena INGIN?” Yes, kiddo. Percayalah, bahwa MAYORITAS hal di dunia ini adalah sesuatu yang kita INGINKAN, tapi sama sekali tidak kita BUTUHKAN.
Semua orang BUTUH tas. Tapi, apakah harus tas Hermes?
Semua orang BUTUH makan. Tapi, apakah kudu ke resto mihil yang bikin dompet keselek?
Semua orang BUTUH traveling. Tapi, apakah harus dengan pesawat kelas 1, hotel bintang lima, dan fasilitas premium lainnya?
Memang bukan perkara gampang mewariskan masalah financial education ini ke anak-anak. Tapi, bukan berarti kita boleh mengabaikan tho?
Sebagai penutup, saya sajikan kutipan dahsyat dari Pakde Warren Buffet, orang terkaya nomor 2 di jagat raya. Have fun with money, kids!
Alhamdulillah, jadi pemenang hiburan di Lomba Jamu IPB info di sini
Jamuuuu…. jamuuu…. Jamunya masss… jamu pegel linuu…. encok-encok bakal hilaang….
Jamuuu… jamuuuuu….
Suara kenes bin endhel khas Juminten masih terngiang-ngiang di kuping saya. Buat generasi 90-an tentu nggak asing dengan sinetron komedi “Lika-liku Laki-laki”. Ria Irawan berhasil memainkan peran bakul jamu yang kemayu sekaligus ngangenin.
Karena gencarnya promo cafe-cafe fancy, dus tren ngopi-ngopi cantik ala Amrik, walhasil anak muda kita makin akrab banget dengan minuman produk franchise. You name it lah. Semacam kopi-kopi yang segelasnya bisa dibandrol 50 ribu, atau bubble tea, atau milk shake, pokoke serba kebarat-baratan. Asal udah nongkrong di kafe, gosip-gosip cihuy, lalu selfie, bbeuuuuh berasa keren sejagat raya lah.
“Lagi nongkrong di St*rb*cks euy. Sedap!”
“Wih. Ngantri di Jc* yahud banget! Rameee… padahal lagi pengin nyeruput hazelnut latte…”
Tweet semacam itu berhamburan di timeline.
Kalau anak-anak muda bisa begitu bangga nongkrong di kafe kopi dan sebangsanya, makaa…. jamu juga bisa banget dibikin keren, cute, asik dan gue banget!
Caranya?
Eng ing enggg…. SMART banget nih, terobosan yang dilakukan SIDO MUNCUL. Pas saya lagi jalan-jalan di Mal Delta Plaza Surabaya, ada sebiji kafe assoy yang nangkring di sono. Jualannya? Jamu! Widih. Keren kan?
Saking happy-nya nemu spot menakjubkan ini, saya buru-buru pesen ke mbak “barista” yang nongkrong di situ.
Beneran, euy. Mbaknya bukan pakai style ala-ala Juminten. Sudah nggak pake jarit atau konde. Tapi, style doi sooo… kosmopolitan. Nongkrong di kafe jamu ini berasa lagi nongkrong di kafe yang chic. Langsung deh, saya ngetwit
Price list jamu. Murah-meriah banget-nget 🙂
Tuh kan, kalau jamu dikemas dalam strategi penjualan yang wow, maka anak muda seperti saya sudah pasti bakal melabuhkan pilihan pada jamu.
Jamu ini kan produk otentik Indonesia. Banyak manfaatnya pula. Kalau mau mengulik beragam referensi yang ada di sini atau di situ, maka kita akan dibuat takjub setakjub-takjubnya akan kehebatan jamu.
Bisa ngobatin penyakit kolesterol, diabetes, darah tinggi, obesitas (uhuk!) bahkan tumor ataupun kanker!
Buat ibu-ibu yang lagi kasih ASI ke dedek bayi, juga bisa rutin konsumsi jamu. Supaya ASI-nya makin lancar jaya.
Nah, karena sekarang manusia-manusia Indonesia lagi doyan banget ber-online shopping, termasuk saya, maka lagi-lagi kudu ada terobosan wow yang dilakukan di kancah marketing.
Please welcome…… *drum roll* rumahjamu dot com…!
Praktis banget. Cukup modal mantengin gadget atau komputer, tinggal pilih jamu apa yang kita mau. Ada edukasi seputar manfaat masing-masing jamu. Yang pengin kulit mulus, hayuk deh pilih kunyit asam. Yang pengin haid lancar, bisa pilih kunyit asam plus sirih. Navigasinya enak banget. Online shopping jadi gampiiilll, gak pake ribet.
Intinya, ada banyak cara untuk menjadikan jamu sebagai kebanggaan Indonesia. Iya dong, kalau kita terlalu sering mengusung lifestyle ala kebarat-baratan, ya jangan salahin kalo anak-anak di masa mendatang gak kenal dengan jamu.
Hayuk ah. Kita mulai kembali menjamu diri sendiri dengan jamu.
Alhamdulillah, tulisan ini menjadi Juara Lomba Blog AQUA Blogdetik #ngaBLOGburit AQUA di Pandaan, Pasuruan. Info di sini
Halo, semuanya. Kenalkan, aku Sidqi. Anaknya Bu Nurul, itu loh, yang hobi curhat-curhat di blog bukanbocahbiasa. Ibuku itu yaa… kayak ibu pada umumnya deh. Kadang suka ngomel-ngomel. Biasanya kalau aku malas-malasan pas sholat. Tapi, kalau lagi baik banget, ibuku suka mengajak aku pergi ke luar kota. Traveling, katanya. Termasuk, lihat pabrik AQUA di Pandaan, Pasuruan. Aku diajak loh. Di dalam bus, aku sempat grogi. Habis, aku lihat sekeliling, eh, pesertanya om dan tante semua. Hiks. Jangan-jangan nanti aku di-bully di sana…
Rasanya aku ingin batal ikut. Tapi, ibuku bersikeras. “Ayo, ikut saja! Biar kamu dapat wawasan baru. Nggak ngluthek di rumah, nonton TV thok.” Ngluthek? Apa ya Bahasa Indonesianya? Mungkin… berdiam diri. Maksudnya, biar aku berhenti nonton TV terus-menerus.
Baiklah. Sebagai anak sholeh, aku ikuti permintaan ibu. Ternyata ibuku tidak keliru. Selama di pabrik AQUA, aku dapat ilmu baru, yang sama sekali belum aku dapat di sekolah. Maklum, aku kan masih kelas 2 SD. Salah satu “guru” yang menjabarkan banyak ilmu adalah Om Prigi Arisandi. Beliau aktivis dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton).
Begini. Setelah dapat penjelasan dari Om Prigi, aku baru tahu, kalau ternyata air di kotaku tercinta Surabaya ini tercemar! Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan Ecoton, sungai Surabaya sudah tercampur 5 ton tinja! Hoekksss… pengin muntah kan?
Yaiks!
Bayangkan. Padahal, sungai itu jadi sumber PDAM alias Perusahaan Daerah Air Minum. Air Minum! Artinya, air yang bakal diminum itu, juga dipakai untuk mencuci, mandi, bahkan pup! Ya ampun, jijik banget kan? Udah gitu, kalau lihat sampah-sampahnya, ya Allah…. penuh banget! Padahal, sungai kan bukan tempat sampah? Hiks. Sedih.
Yang lebih bikin sedih lagi, sampah-sampah itu adalah limbah rumah tangga. Artinya, orang-orang yang menyiksa kali Surabaya dengan membuang sampah ke sana. Semena-mena banget…
Akibatnya? Selain air sungai jadi tercemar, ikan-ikan yang ada di sungai juga keracunan. Pencemaran di sungai, tepatnya di sepanjang Kali Brantas, termasuk Kali Surabaya, sangat mengejutkan.Tahu nggak, Om Prigi dan teman-teman sudah menelusuri Kali Brantas di Mlirip, Mojokerto hingga Driyorejo Gresik dan Gunungsari Surabaya.Banyak keanehan yang mereka temukan. Di antaranya, ikan jantan berubah jadi ikan betina! Wih, kok bisa ya?
Bisa! Soalnya, ikan-ikan itu tercemari hormon estrogen sintetis. Waduh, apa lagi ini ya? Intinya begini. Beberapa wanita dewasa kan minum pil KB. Nah, pil KB itu membuat air seni jadi mengandung hormon, dan ketika air seni itu dibuang ke sungai, diminum deh oleh para ikan. Itu yang bikin ikan berubah jenis kelamin. Mengerikan ya?
Kata Om Prigi lagi, masih ada sampah yang jauh lebih bahaya. Dibuang ke sungai juga. Sampah itu adalah limbah dari pabrik. Hiks, ternyata banyak om-om dari pabrik yang seenak udel. Nggak mau bertanggung jawab sama kondisi kali supaya bersih dan sehat.
Limbah pabrik yang dibuang ke sungai.
Terus terang, Sidqi sedih dengan semua ini. Pabrik-pabrik itu memang banyak jasanya untuk kasih pekerjaan ke banyak orang. Tapi, pabrik harus peduli lingkungan sekitar kan? Jangan cuma asyik bikin barang, dijual, dapat untung, eh, terus limbah alias sampahnya dibuang gitu aja ke sungai. Itu namanya CURANG!
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri dalam sungai mencapai 100 kali batas yang dapat ditoleransi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Ternyata, merkuri ini sampai ada dalam darah dan air susu para wanita yang tinggal di daerah muara Sungai Surabaya.
Fakta yang lebih mengerikan lagi adalah: jumlah penderita kanker anak-anak yang tertinggi adalah mereka yang tinggal di sepanjang sungai, di mana air baku seringkali digunakan untuk mandi dan cuci!
Bagaimana ya, supaya air di Indonesia ini jadi baik lagi? Soalnya, air itu kan sumber kehidupan. Nggak terbayang deh, kalau semua air bakal tercemar. Hidup kita jadi menderita.
Kita bakal memulai hari dengan mandi air kotor. Yang bercampur dengan kotoran manusia. Lalu, sikat gigi, keramas, masih dengan air yang sama. Trus, kalau ibu mau masak, pakai air yang penuh limbah. Mau makan ikan? Eh, ikannya sudah berubah jenis kelamin, gara-gara kena limbah pil KB. Lalu, sampah semakin menumpuk, menumpuk, dan menumpuk. Banyak sampah yang tak bisa terurai sampai ribuan tahun. Kali meluap, banjirrrr dimana-mana banjirrrr… Lalu, kotoran dan sampah masuk ke rumah-rumah warga… Astaghfirullah….
Bijak Memproduksi Sampah!
Ya! Kalau kita ingin bisa bersahabat dengan air, maka kita wajib menciptakan kondisi kehidupan yang baik dan sehat. Langkah sederhananya, JANGAN sembarangan nyampah deh. Lebih parah lagi, kalau kita seenaknya saja membuang sampah ke sungai. Biar sampah tidak semakin banyak, berarti jangan membeli dan menggunakan barang yang bakal menimbulkan banyak sampah. Kalau ada yang bisa dihemat, jangan dibeli. Maksudnya?
Begini. Salah satu ilustrasi yang disampaikan om Prigi adalah mengenai popok sekali pakai. Itu loh, diapers, yang biasa dipakai dedek bayi. Sidqi udah nggak pakai dong. Kan udah nggak ngompol, hihihi…
Om Prigi bilang, apabila tiap bocah memakai diapers selama 2 tahun, berarti membutuhkan 6000 pcs diapers. Jika harganya Rp 2000,-/pcs, total biayanya sekitar Rp 12 juta. Dan, si 12 juta ini harus dibuang ke tempat sampah!
Dari hitungan volume sampah, sekitar 6000 pcs x 150 gram popok bekas pakai yang sudah dipipisi = 900 kg sampah!
Masya Allah… itu hanya dari SATU jenis sampah saja loh, yaitu HANYA diapers. Sudah habis duit banyak (12 juta itu banyak banget kan?) eh, diapers hanya dibuang begitu saja, mengotori sungai-sungai kita, dan itu artinya sumber polusi air kita.
Makanya, Sidqi senang waktu diajak berkunjung ke Desa Karangjati Pasuruan. Lokasinya nggak jauh dari pabrik AQUA. Di sini, kami disambut teman-teman yang lucu loh. Mereka menari dengan semangat. Yang menarik perhatian adalah, beberapa warga di kampung ini, mengolah sampah menjadi barang yang bagus. Bisa dibuat dompet, tas dan sebagainya.
Tas-tas yang diolah dari limbah rumah tangga. Keren banget ya?
Warga semakin semangat mengumpulkan sampah, karena ternyata sampah yang dikelola dengan baik bisa menjadi sumber duit! Keren ya? Kata om-om dari AQUA, ini adalah salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), yang dikemas dalam AQUA LESTARI.
Program ini dicetuskan oleh pemimpin DANONE, Antoine Riboud, sejalan dengan pemikiran pendiri AQUA, Tirto Utomo. Beliau berdua punya prinsip bahwa bisnis harus berkontribusi sosial pada masyarakat. Bisnis harus dijalankan dengan mengedepankan keseimbangan antara keberhasilan ekonomi dan kemajuan sosial. AQUA Lestari dikembangkan sejak tahun 2006.
Kegiatannya macam-macam. Ada empat pilar, gitu. Yaitu: Pelestarian Air dan Lingkungan, Praktik Perusahaan Ramah Lingkungan, Pengelolaan Distribusi Produk, serta Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Tak heran, program CSR ini sering dapat penghargaan. Menginspirasi banget sih. Salah satunya dapat penghargaan dari Corporate Forum for Community Development (CFCD) dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia.
Bocah-bocah unyu di Ds Karangjati Pasuruan
Jadi, intinya butuh kerjasama yang baik, antara warga masyarakat, industri, pemerintah dan semuanya, termasuk orang-orang seperti Om Prigi, media massa, para blogger dan artis alias selebritis! Ingat betapa happening-nya ice bucket challenge kan? Ketika para selebritis rame-rame mem-posting video dan menunjukkan kepedulian mereka terhadap para pengidap ALS (amyotrophic lateral sclerosis), maka orang-orang seluruh dunia peduli dan mau berdonasi untuk para penderita ALS.
Tahu Matt Damon kan? Dia itu artis Hollywood kondang. Ibuku hobi lihat film-film Om Damon ini. Ternyata, selain jago akting, om Damon juga co-founder water.org. Itu semacam organisasi nirlaba yang peduli banget tentang masalah krisis air bersih. Om Damon bareng temen-temennya memberikan akses air bersih untuk ratusan komunitas masyarakat di Afrika, Asia Selatan dan Amerika Tengah.
Om Damon bilang ada 7800 orang yang susah mendapatkan air bersih untuk kehidupan sehari-hari. Dia mengajak orang-orang untuk menyalurkan kepedulian dengan berdonasi. Bahkan, ia mem-posting video kampanye rasa pedulinya dengan toilet strike campaign. Dia bilang “Saya nggak akan pakai toilet untuk mandi dan buang air, sampai masalah air bersih ini selesai!” Widih. Om Damon tapi jangan mandi dan buang air di sungai Surabaya loh yaa…. Hihihi….
Aksi ini juga diikuti oleh : Bono (U2), Sir Richard Branson, Jessica Biel, Jason Bateman and Olivia Wilde. Intinya, kalau para selebritis tanah air juga digerakkan untuk punya kepedulian pada air dan lingkungan hidup, insya Allah masyarakat kita akan semakin sadar, melek dan tergerak untuk juga melestarikan air.
Bayangkan, kalau tante Syahrini, berkoar,
“Air itu sesuatu yaaa… Cethar membahana badai untuk kehidupan kita semua.
Bukan fatamorgana, bukan khayalan, bukan buaian, bukan remix dan halusinasi, semuanya terpampang nyata, terpampang apa adanya.
Ternyata, polusi gawat sedang menimpa air kita. Jangan sampai kita terperosok, seperti sedang berada di terowongan Casablanca. Hidup kita akan gelap gulita. Ulalaaaa….
Kita harus mencintai dan merawat lingkungan dengan baik, supaya air selalu menemani hidup kita. Sehingga kita bisa berucap Alhamdulillah yaaa… Oh, I feel freee….”
Tante Syahrini di Paris
Eh, ngomong-ngomong, kenapa ya, ini ada foto tante Syahrini lagi di Paris?
Hmm, jadi ceritanya begini, kawan. Tulisan ini sedang diikutsertakan dalam Lomba Anugerah Jurnalistik AQUA. Hadiah utamanya, berkunjung ke Paris. Jadi, kalau aku menang, aku akan mengikuti jejak tante Syahrini ke Paris! Tentu bukan buat shopping tas mewah ya, aku akan melakukan hal yang lebih bermanfaat dong. Yaitu, menyaksikan proses produksi air bersih di sana.
O iya. Ini fotoku waktu di pabrik AQUA.
Kurang jelas? Ini dia.
Kelihatan kan? Aku pakai topi yang bertuliskan PARIS!
Aku akan berdoa dengan khusyu’. Ibuku juga akan berdoa… Semuanya berdoa… Supaya, tulisan ini bisa menginspirasi banyak orang…. termasuk Tante Syahrini. Supaya kita lebih peduli lagi dengan kondisi air. Bahwa, air di negara kita itu banyak terpolusi. Padahal, masih banyak masyarakat yang memakai air dan kali sebagai sumber kehidupan sehari-hari.
Teman-teman semua….
Om-om dan tante-tante yang pinter dan menginspirasi di AQUA…..
Om-om dan tante-tante hebat yang jadi juri di Anugerah Jurnalistik AQUA….
Tante-om blogger keren se-dunia….
Om Karel Anderson yang lucuuuu banget (Sidqi ngefans deh, om!) dan seluruh tim Blogdetik yang keren…
Semuanya aja yang baca blog ini…. termasuk Tante Syahrini…..
Ayo kita ubah gaya hidup untuk mewujudkan Indonesia dengan air yang lebih baik. Air adalah sumber hidup dan kehidupan. Jangan sampai, kita malah berbuat jahat untuk air yang kita cintai dan sangat mencintai kita. Ayo kita berupaya supaya sehat untuk kita semua…!