Surat untuk Ibu: Tentang Aku Mencintaimu karena Allah

Follow me on twitter: @nurulrahma

Ibu,

Pagi ini Surabaya hujan dereeess banget! Suegeer rasanya. Semoga hawa sejuk dan angin semilir yang berhembus bersama tetesan hujan, bisa Ibu rasakan di alam sana ya. Gimana, Ibu? Adem kan? Aku yakin banget, amal-amal yang udah Ibu goreskan di muka bumi, bisa menjadi penyejuk, membuat rumah abadi Ibu terasa luas, walaupun hanya berukuran yaaah, sekitar 2 x 3 meter aja ya.

Ibu,

Tahu ndak. Menjelang Ibu dimakamkan Sabtu (7/9) lalu, hujan rintik-rintik juga turun di kawasan Rungkut. Seolah, alam pun ikut menangis, mengungkapkan sedih yang begitu perih, karena satu hamba Allah harus berpulang, tuntas menunaikan tugas kekhalifahan.

Kami begitu antusias mengantarkan Ibu ke rumah peristirahatan terakhir. Bahkan, bocah-bocah cilik di kompleks juga ikutan sampai ke makam loh, Bu. Ada Awal, Kahfi, sapa lagi ya… Pokoknya, anak-anak kicik yang biasanya Ibu ajak ngobrol, ajarin ngaji, kasih snack, Ibu ajak ke Masjid

Yah, mereka mereka itu yang biasa manggil “Uti Faaaaat…” kalo ketemu Ibu.

Aku begitu bersyukur, demi mengetahui begitu banyak yang memberi atensi pada Ibu. Pun ketika Ustadz Ridwan Suparno memberi tausiyah, bahwa ada 3 hal yang menemani almarhum(ah), yaitu : amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, doa anak yang sholih(ah)….Masya Allah, aku  bersyukur banget, bahwa semasa menghirup udara segar di muka bumi, Ibu sudah istiqomah melakukan itu semua. Hmm, ini tugas buat aku dan Sidqi, supaya bisa ajeg melantunkan doa, agar amal-amal Ibu diterima, dosa-dosa Ibu dihapus, Ibu bebas dari siksa alam kubur, dan kelak, kita akan reuni di jannah-Nya, amiiin.

Ibu,

Setelah tubuh Ibu dimasukkan ke liang lahat, kemudian kami menaburi kembang di atas pusara, ada satu hal yang sungguh membuat kami terkejut luar biasa. Ibu dimakamkan TEPAT BERSEBELAHAN dengan Bapak! Iya, buuu… Persis sebelahan! Padahal, Bapak kan meninggal tahun 1991. Sudah 25 tahun yang lalu. Dan, makam kompleks kita juga penuh sesak dengan jenazah warga2 lain kan? Rupanya, kalau Allah berkehendak, tak ada yang tidak mungkin.

img_1870

Ibu sudah menjadi single parent selama 25 tahun. Ibu mengasuh kami, tanpa dibantu sosok ayah. Namun, cinta Ibu kepada Bapak, berbalut kepasrahan total pada Allah ta’ala, membuat Ibu memutuskan untuk tidak pernah menikah lagi! Laa hawla wa laa quwwata illa billah… Ibu yakin, bahwa Allah yang memberi daya, kekuatan dan rezeki. Ibu berprinsip bahwa Bapak adalah the one and only husband in Mom’s entire life, dan cinta itu bersatu lagi di wahana peristirahatan abadi… Masya Allah….

Ada Apa dengan Cintamu, wahai Ibu?

Congrats, Ibu! Seneng kan Bu, bisa kumpul dengan Bapak lagi? Lihat itu, Ibu. Lihat batu nisan Bapak… Ada di samping Ibu 🙂

I’m a proud daughter! 

Yang lebih “unik” lagi, Bapak kan meninggal di Hari Raya Idul Fitri tahun 1991. Sedangkan Ibu berpulang ketika momen Idul Adha 2016.

Bapak wafat setelah momen puasa Ramadhan. Ibu wafat setelah momen puasa Arofah. Tabarokallah. 

Ibu bisa mengajarkan arti kesetiaan dengan begitu indah. Ibu memberi contoh, bahwa ya beginilah hidup. Punya suami, perlakukan dengan baik. Harus setia. Jangan membandingkan dengan cowok-cowok lain di luaran sana. Jangan protes, kok suamiku enggak seganteng REZA RAHADIAN siiih? #etdaaaah.

Jangan gampang memutuskan untuk cerai. Oh iya, Ibu. Hari ini, trending topic-nya Brad Pitt dan Angelina Jolie divorce. Astaghfirullah, astaghfirullah… maaf, maaf, kok aku jadi ngegosip 🙂

Namanya pernikahan tentu ada kerikil dan batu sandungan ya, Ibu. Tapi, bersama Allah, segalanya terasa mudah.

Manakala kita yakin bahwa tantangan adalah sesuatu hal yang harus dihadapi, maka HADAPILAH! Jangan cengeng. Jangan mengeluh. Jangan galau. Harus bisa Mengelola Ekspektasi

Sedih itu boleh. Sedih itu manusiawi. Tapi, secukupnya saja. Masih ada jalan panjang yang harus kita tempuh, jika memang khusnul khotimah dan ridho Allah adalah cita-cita terbesar dalam hidup.

Hanya kepada Allah, kita bergantung. Hanya kepada Allah, kita memohon. Cintai pasangan hidup kita, karena Allah ta’ala. Maka Allah yang akan mengatur sedemikian cantiknya, sehingga kelak, kita akan dipertemukan bersama-sama dalam surga-Nya, amiiin….

Surga itu nggak gratis. Surga hanya diperuntukkan bagi mereka yang tangguh, semangat dan konsisten menebarkan amal kebaikan.

Makasih, Ibu.

Makasih.

Ibu dapat salam dari seluruh sahabat Ibu yang tadi malam aku sowani satu demi satu. Mereka bilang, “Saya merasa Bu Fat masih ada Mbak… Saya celingak-celinguk saban ke Masjid, nyari sosok Bu Fat. Beliau begitu sabar, selalu ikhlas dalam melakukan kebaikan, selalu mendengarkan curhat kami-kami ini… Rasanya, suara Bu Fat masih terngiang, Mbak…”

Ibu,

Selamat “ngobrol” dengan Bapak ya. Sooner or later, I will join the club! 🙂

 

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

11 thoughts on “Surat untuk Ibu: Tentang Aku Mencintaimu karena Allah”

  1. Ya allah.. Baru buka blog lagi dan liat postingan ini..
    Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.. 😥

    Ikut berduka cita ya mba. Semoga almarhumah ibu dijaga Allah selalu di masa akhirnya :’).
    Masya allah bgt single parent sejak 1991 :’)

  2. Karena cinta bapak ke ibu tak ada habisnya, demikian juga sebaliknya.
    Makam berdampingan itu rasanya sulit untuk sekarang ini, karena benar apa yg telah disampaikan, sudah sesak, saking penuhnya.
    Bapak dan Ibu mbak adalah sosok cinta sejati yang dinaungi oleh ridho illahi.
    Selamat jalan, ibu. Semoga yang ditinggalkan mendapat beribu kekuatan menjalani kesehariannya.
    Bersedih silahkan, menangis tak dilarang, tapi ada kalanya harus bangkit berdiri diatas bumi yang terus bergulir.

  3. Innalilahi wa innalilahi rojiun. Turut berduka cita Mbak Nurul. Semoga ibu dan bapak dilapangkan kuburnya, diterima iman Islamnya dan masuk surga…aamiin

  4. Baru setengah udah memutuskan untuk berhenti baca, terlanjur meleleh air matanya. Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun. Semoga ibu husnul khatimah ya mbak 😥

Leave a reply to Iwan Tantomi Cancel reply